Ingat, Istri Adalah Partner Suami Dan Pekerjaan Rumah Tangga Adalah Tugas Semua Orang

Tak banyak orang yang tahu dan mengingat, bahwa istri merupakan partner suami di rumah, dan pekerjaan rumah tangga adalah tugas semua orang di rumah

Ketika ada acara keluarga, semua sepupu saya yang cowok datang bersama para istrinya.

Di sebuah pembicaraan, istri kakak sepupu pertama bercerita kalau suaminya sekarang mau membantu dan bisa masak nasi goreng, atau membantu menyiapkan sarapan. Ini ia lakukan setelah hampir 30 tahun mereka menikah.

Lalu istri kakak sepupu nomer dua langsung bilang “Tuh, lihat dia sudah bisa membantu lho!.”

Dan istri kakak kedua mengatakan,”Kalau dipikir nggak adil loh, ya. Kita khan sama bekerjanya dari pagi sampai sore, tapi ketika kita pulang, kita masih ngerjain ini itu!.”

Lalu kakak sepupu saya mengatakan “Itu khan memang tugas seorang istri, mengerjakan pekerjaan rumah tangga!.”

Terus terang saya jadi ingat sebuah video di Facebook yang pernah diupload oleh Stirredup dengan judul This man explains to his friend why he doesn’t “help” with the housework 

Pada video tersebut diceritakan seorang laki-laki yang sedang kedatangan tamu para teman laki-lakinya di rumahnya. Ketika dia mengatakan akan mencuci piring, temannya itu terkejut. Temannya itu mengatakan, dia senang ada yang membantu istri. Aku tidak membantu istriku sebab ketika aku membantu, dia takut istrinya tidak menghargainya

“Minggu lalu ketika aku membersihkan lantai dia tidak mengucapkan terima kasih!.”

Lalu lak-laki itu kemudian mengatakan pada temannya tersebut:

Aku tidak membantu istriku. Ternyata istriku tidak membutuhkan bantuan, dia membutuhkan partner

Aku tidak membantu istriku membersihkan rumah, aku tinggal disini juga jadi aku perlu membersihkan juga. 

Aku tidak membantu istriku memasak, padahal aku juga butuh makan dan perlu memasak juga.

Aku tidak membantu istriku mencuci piring setelah makan, padahal aku juga menggunakan piring tersebut.

Aku tidak membantu istriku dengan anaknya, padahal mereka anakku juga dan tugasku adalah sebagai ayah.

Aku tidak membantu istriku mencuci pakaian, seterika atau melipat, karena itu juga pakaianku dan pakaian anakku. Aku mencuci karena itu pakian kotorku dan pakaian kotor anakku.

Tanpa disadari, seringkali para laki-laki yang menjadi suami selalu minta dilayani. Mereka cenderung seperti tamu di rumah sendiri. Mulai dari makan, mencuci baju, membuat kopi atau minuman, membersihkan rumah, mendidik anak semua dilimpahkan kepada istri

Bahkan tidak jarang masih meminta pelayanan ekstra sepeti harus memijat suami atau lainnya. Padahal melakukan pekerjaan rumah tangga itu lebih melelahkan secara fisik daripada bekerja di kantor.

Dalam dunia yang patriarkhi sepertinya sudah jadi pemakluman yang umum bila istri mengerjakan semua pekerjaan rumah tangga dan itu dianggap sebagai kewajiban seorang istri. Para laki-laki seperti tidak memiliki kesadaran bahwa istrinya adalah seorang partner.

Bila suami menganggap kedudukan istri sama atau sederajat dengan dirinya, seharusnya dia juga ikut mengerjakan pekerjaan rumah tangga. Apakah ini karena suami merasa memiliki kekuasaan terhadap istri dan berkuasa atas rumah dan segala isinya?

Bukankah dia juga tinggal di rumah yang sama kenapa harus istri yang membersihkan rumah? Pekerjaan rumah tangga bukan soal pekerjaan perempuan atau pekerjaan laki-laki tetapi pekerjaan bersama suami istri.

Kalau laki-laki tidak menikah dan tinggal sendirian tentu dia juga harus mengerjakan pekerjaan rumah tangga, misalnya membersihkan rumah, mengganti sprei, mencuci piring bekas dia makan, mencuci pakaiannya sendiri lalu kenapa ketika menikah kemampuan itu seperti hilang dan dilimpahkan ke istri.

Mungkin ini saatnya kita mendidik anak kita, tidak peduli laki-laki atau perempuan, untuk mengerjakan pekerjaan rumah tangga secara bersama-sama.

Yuk, memutus budaya patriakhi sejak dini dan dari dalam rumah kita sendiri, karena istri adalah partner suami!

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Poedjiati Tan

Psikolog, aktivis perempuan dan manager sosial media www.Konde.co. Pernah menjadi representative ILGA ASIA dan ILGA World Board. Penulis buku “Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Putri.”
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!