Jangan Boros; Hemat Air Bukan Urusan Perempuan, Tapi Urusan Semua Orang

Menghemat air tentu saja bukan menjadi urusan perempuan, tapi urusan semua orang. Jika ada yang mengatakan bahwa air menjadi urusan perempuan karena itu adalah pekerjaan domestik, ini pasti kuno, karena sejatinya semua orang bertanggungjawab atas penggunaan air

Mematikan keran air sebelum penuh, menggunakan air bekas AC untuk menyiram tanaman yang tidak dimakan, dan rutin mengecek kebocoran pada pipa, adalah hal kecil yang bisa kamu lakukan untuk menghemat air

Langkah-langkah kecil seperti menampung air saat hujan untuk menyiram tanaman, juga menjadi bagian dari upaya mendukung langkah konservasi air. Selain itu, beberapa hal juga dapat dipraktikkan di dapur, misalnya menghindari mencuci piring dan peralatan masak dengan air yang terus menerus mengalir, serta memastikan membuang sisa-sisa makanan maupun sayuran ke tempat sampah komposter, bukan di wastafel. Upaya-upaya tersebut tentu membutuhkan dukungan semua pihak. Minimnya edukasi soal ini menjadi persoalan bagaimana memecahkan problem soal air di dunia ini

Penghematan air sebenarnya untuk apa?

Mengapa menghemat air penting untuk dilakukan?. Meski air termasuk sumber daya terbarukan,  namun, memperkirakan ketersediaan air di bumi bukanlah perkara mudah. Sebab, sifat air selalu berubah dan dinamis. Wujud air yang cair dapat mudah berubah ke fase padat atau gas, begitu seterusnya mengikuti siklus hidrologi.

Seiring bertambahnya penduduk bumi, kebutuhan dan permintaan air (water demand) kian meningkat. Pertumbuhan penduduk, variabilitas dan perubahan iklim, faktor alam dan faktor antropogenik, penggunaan air secara berlebihan, adanya kontaminasi air, ekstraksi air tanah, dan faktor teknologi adalah sederet pengaruh yang menyebabkan ada dan terbatasnya ketersediaan sumber daya air.

Hidrosfer bumi menurut Shiklomanov (1998) mengandung sekitar 1386 juta kilometer kubik air yang terdiri dari 97,5% air asin dan 2,5% air tawar. Sebagian besar air tawar (68,7%) berupa es dan penutup salju permanen di Antartika, Arktik, dan di daerah pegunungan. Sedangkan 29,9% lainnya berupa air tanah segar. Meski demikian, total air tawar di bumi yang tersebar di danau, waduk, dan sungai hanya berkisar 0,26%.

Sedangkan di Indonesia, menurut Yusuf dan Koundouri (2004) memiliki sekitar 6% dari total keseluruhan sumber daya air tawar dunia. Namun, variabilitas musiman dan spasial dalam pendistribusian sumber daya air berdampak pada kekurangan air regional periodik. Kondisi ini banyak terjadi di Jawa, Bali, dan Nusa Tenggara.

Diakui atau tidak, kebanyakan dari kita masih banyak yang berpikir bahwa upaya konservasi sumber daya air hanya perlu dilakukan ketika terjadi kekeringan parah atau kekurangan air mulai mengancam. Padahal, penggunaan air haruslah bersifat berkelanjutan (sustainable water use) untuk mendukung manusia agar bertahan dan berkembang di masa depan tanpa merusak siklus hidrologi dan sistem ekologi.

Menurut Sallata (2015), konservasi sumber daya air merupakan sebuah upaya untuk memelihara keberadaan dan keberlanjutan sifat dan keadaan, serta  fungsi air agar senantiasa tersedia dalam kuantitas dan kualitas yang memadai guna memenuhi kebutuhan makhluk hidup, baik di waktu sekarang maupun di waktu yang akan datang.

Dalam pengamatan Postel (2015) manusia di berbagai belahan dunia telah jauh melampaui penggunaan batas air terbarukan. Hal tersebut dikarenakan banyak dari kita menganggap bahwa air adalah sumber daya yang murah dan ketersediaannya tidak terbatas. Padahal, kelangkaan air dapat terjadi jika kita tidak menjaga kelestariannya.

Secara garis besar, konversi air terbagi menjadi dua bagian. Pertama, konservasi air non domestik (umum) dan kedua, konservasi air domestik (rumah tangga). Konservasi air non domestik yang dilakukan dengan teknologi misalnya, ada beberapa cara seperti pengisian kantong-kantong air di daerah cekungan, melakukan proses infiltrasi agar meningkatkan masuknya air ke dalam tanah, serta melakukan proses evapotranspirasi guna mengurangi adanya kemungkinan kehilangan air. Secara umum, konservasi air non domestik berupaya meningkatkan infiltrasi ke dalam tanah untuk mengurangi adanya limpasan permukaan berlebih yang dapat menyebabkan banjir, bukan semata-mata sebagai pengimbuhan kembali air tanah yang terus menerus diambil.

Beberapa langkah konservasi air non domestik dapat dilakukan dengan pembuatan lubang resapan biopori, sumur resapan, embung, pemanen air hujan, peningkatan efisiensi irigasi untuk lahan pertanian, penerapan agroforestry, dan lain sebagainya. Sedangkan konservasi domestik dapat dilakukan dengan mengubah perilaku hidup dan bijak menggunakan teknologi.

Konservasi Air di Ranah Domestik

Produk-produk teknologi yang menunjang upaya konservasi air di ranah domestik mulai banyak terjual di pasaran. Namun, harga produk-produk tersebut belum cukup ekonomis. Selain itu, perubahan konservasi air yang bergantung pada teknologi cenderung membutuhkan waktu yang lama dan usaha yang ekstra. Sebab itulah, perubahan perilaku merupakan metode konservasi air yang paling dapat segera dilakukan dan tidak memakan biaya mahal.

Di Indonesia, aktivitas domestik masih didominasi oleh perempuan, meski tentu saja dalam beberapa hal lelaki terlibat di dalamnya walau masih sangat kecil. Namun, sekalipun perempuan memiliki karir di ranah publik, mereka masih mengurus semua urusan domestik.

Jadi ini yang mestinya diubah, karena hanya perempuan, namun semua orang memiliki peran penting dan andil besar dalam suksesi konservasi air rumah tangga. Kondisi ini juga terjadi di ranah domestik perempuan pedesaan seperti: sumur. Meski peran penggalian pertama banyak dikerjakan laki-laki, namun, dalam memelihara air sumur baik itu kebersihan maupun strategi penjernihan sampai air siap minum di meja makan masih menjadi tanggungjawab perempuan.

Upaya berhemat air tidak saja berdampak pada terpeliharanya ekosistem sumber daya air. Namun, akan berdampak juga bagi menurunnya penggunaan listrik yang berujung pada kontribusi besar mengurangi potensi kelangkaan sumber daya terbarukan lainnya. Dan urusan hemat air bukan urusan perempuan, namun urusan semua orang

(Foto/ ilustrasi: Pixabay)

Fifit Arfays

Anggota Dewan Pimpinan Pusat Suluh Perempuan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!