They Atau Them Pronoun: Asumsi Normatif Gender yang Makin Diperluas

Mendeklarasikan diri sebagai non-biner, Demi Lovato, Sam Smith, dan Indya Moore sempat mengejutkan banyak orang, terutama penggemar mereka. Banyak yang mendukung, namun banyak pula yang kurang bisa menerima keputusan idolanya itu.

Mendeklarasikan diri sebagai non-biner, beberapa artis kenamaan dunia seperti Demi Lovato, Sam Smith, dan Indya Moore sempat mengejutkan banyak orang, terutama penggemar mereka. Banyak yang mendukung, namun banyak pula yang kurang bisa menerima keputusan idolanya itu. Apapun yang menjadi pilihan mereka, bukankah hal tersebut patut diapresisasi? Karena, basically proses menemukan jati diri itu tidak mudah dan penuh tantangan.

Lalu apa itu non-biner?

Non-biner berasal dari kata biner yang menurut KBBI memiliki arti serba dua atau ditandai oleh dua bagian. Secara normatif, dua bagian sistem gender yang dimaksud adalah laki-laki dan perempuan. Namun tidak dipungkiri bahwa di luar sana ada orang yang merasa bahwa kedua gender tersebut tidak cocok dengan diri mereka. Ada juga yang merasa memiliki dua gender sekaligus dalam satu waktu. Sehingga identitas non-biner itu terbentuk dan diakui oleh mereka sebagai hal yang nyata.

Dilansir dari voaindonesia.com, Reymi, warga non-biner asli Indonesia, mengatakan sistem gender biner terlalu membatasi dan terlalu menyederhanakan pengalaman manusia. “Seharusnya setiap orang itu punya kebebasan dalam merasakan dan mengidentifikasi gender mereka sesuai kondisi yang mereka alami,” terangnya dalam wawancara itu.

Menyoal tentang non-biner, sepertinya kita lebih dulu familiar dengan istilah genderqueeragenderbigender, maupun genderless. Beberapa istilah tersebut memiliki makna yang hampir sama dengan non-biner. Jika kalian bertanya bagaimana membedakannya? Jawabannya adalah: tidak perlu dibedakan. Karena non-biner adalah istilah payung atau kategori yang digunakan oleh mereka yang identitas gendernya tidak sesuai dengan gender yang diakui oleh mayoritas orang (laki-laki atau perempuan).

Mengutip dari postingan Demi Lovato pada tanggal 22 Mei lalu, kalimat berikut ini bisa menjadi jawaban yang lengkap untuk mendefinisikan makna non-biner sesungguhnya. Kalimat tersebut adalah:

Non-binary is a term used to describe individuals who may experience a gender identity that is neither exclusively male or female or is in between, beyond, or totally independent of those two binary gender.

Dengan begitu, tentu saja para non-biner tidak menggunakan kata ganti dia laki-laki (he) maupun dia perempuan (she). Karena sebagai manusia, mereka juga berhak untuk memilih identitas apa yang sesuai dengan diri mereka. Sehingga mereka pun menggunakan kata ‘they’ sebagai pronoun yang mencakup gender yang lebih luas. Theythem, dan their adalah gender-neutral pronoun yang menjadi pilihan terbaik dan terhindar dari konotasi masculinity dan femininity.

Di Indonesia sendiri yang tidak ada pronoun khusus berdasarkan gender, nampaknya memang menjadi kelegaan tersendiri bagi warga non-biner di Indonesia. Namun tidak hanya sampai di situ, masyarakat kita masih kurang ramah dan minim edukasi tentang LGBT dan isu gender lainnya. Ini membuat warga Indonesia masih menggunakan kata “mbak/mas” dan “bapak/ibu” sebagai kata sapaan sehari-hari. Akibatnya, misgender pun sering dialami oleh para non-biner dan transgender sekalipun. Misgender adalah kekeliruan yang disengaja maupun tidak disengaja dalam memanggil seseorang dengan panggilan yang tidak sesuai dengan gender mereka.

Well, kita sebagai masyarakat yang menjunjung tinggi toleransi, ada baiknya untuk menggunakan panggilan yang tidak merujuk gender seperti “kak/dik” atau memanggil nama saja. Selain lebih aman, sapaan yang netral gender juga melatih kita untuk mengurangi asumsi berlebih mengenai gender seseorang hanya berdasarkan penampilan luar, nada bicara, atau cara berjalan. Karena pada dasarnya, kompleksitas karakter manusia itu memang nyata adanya. Keberagaman tersebut harus kita akui dan hargai eksistensinya sebagai sesama manusia yang berhak atas kenyamanan hidup di dunia ini.

(Sumber: https://plainmovement.id)

Adissa

Penulis Plainmovement.id
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!