Pasca Berikan Sambutan di Bazar PRT, Kini Saya Jadi Mentor Baking di Hongkong

Pertama kali saya bicara di depan publik adalah saat memberikan sambutan di bazar yang diselenggarakan Organisasi Pekerja Rumah Tangga (PRT), JALA PRT. Ini menjadi batu loncatan bagi saya untuk menapaki dunia kerja yang lebih luas. Kini selain menjadi PRT di Hongkong, saya juga mengajar di sekolah baking atau sekolah membuat kue.

Suatu hari, saya mengirim pesan pendek padambak Lita Anggraini, Koordinator Jaringan Nasional untuk Advokasi untuk Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

“Selamat malam mba Lita.  Apa kabar, semoga sehat selalu.”

Demikian, saya tuliskan pesan pendek ini. Pesan pendek ini saya kirim setelah saya selesai mengajar di sebuah kursus baking atau kursus membuat kue di Hong Kong.

Mbak Lita telah banyak membantu saya sehingga saya bisa menjadi diri saya yang sekarang ini. Dalam pesan tertulis yang saya kirimkan pada Minggu 17 Juli 2022 di malam itu, tak lupa saya ucapkan terima kasih saya atas semua pertolongannya.

Baiklah saya ceritakan siapa diri saya. Saya adalah pekerja rumah tangga yang sekarang mengadu nasib sebagai pekerja migran di Hong Kong. Saya bekerja menjadi PRT sejak tahun 1997, tepatnya setelah saya menyelesaikan pendidikan di sekolah menengah pertama (SMP). Dulu saya orangnya grogian, tidak percaya diri kalau harus berbicara di depan orang banyak. Dulu saya  orangnya nggak enakan, sungkan kalo orang Jawa bilang.

Lalu saya bergabung dengan Serikat PRT (SPRT) Sapulidi Jakarta, dan sejak itu perlahan kehidupan saya berubah. Saya ingat betul, perubahan itu berawal saat saya dipercaya untuk memberikan kata sambutan di acara bazar yang digelar SPRT Sapulidi pada tahun 2018. Selain bazar, dalam acara itu juga digelar senam sehat bersama.

Dalam acara itu dijual aneka makanan mulai dari minuman, snack, dan makanan khas daerah tertentu hasil olahan kawan-kawan PRT yang bernaung di SPRT Sapulidi. Diikut-sertakan dalam bazar yang di support oleh JALA PRT

Jujur, saat itu saya sangat takut akan salah bicara. Gemetaran tak karuan saat harus berbicara. Kalau orang Jawa menyebutnya, ndredek rak karuan wis ta. Tapi alhamdulillah berawal dari pengalaman itu, sejak saat itu saya jadi berani ngomong di depan orang banyak

Sebelum bergabung dengan SPRT Sapulidi saya tidak tahu jika PRT juga harus diperlakukan sama sebagaimana pekerja lainnya. Saya tidak tahu apa saja hak saya sebagai PRT. Jadi apapun omongan bos, saya ikut saja. Diminta nggak pernah libur, saya ikut. Disuruh bekerja sepanjang hari, saya ikut.

Tapi, sejak bergabung dengan SPRT Sapulidi saya belajar banyak. Tak hanya belajar hak-hak PRT, tetapi juga apa saja kewajiban kita sebagai PRT. Saya juga jadi tahu apa manfaatnya berorganisasi, serta pentingnya komunikasi yang baik. Beruntung lagi, saya mendapat majikan yang pengertian, sehingga saya dapat leluasa berorganisasi selama semua pekerjaan saya bisa saya selesaikan.

Pada Juni 2018 majikan saya pindah ke Hongkong setelah 4 tahun saya  bekerja dengan mereka. Lagi-lagi, berkat organisasi lah saya jadi punya keberanian meminta hak saya sebagai PRT, antara lain minta pesangon selama saya kerja dengan mereka 4 tahun. Itu merupakan pertama kalinya sejak bekerja menjadi PRT selama hampir 20 tahun, saya mendapatkan pesangon saat diberhentikan dari pekerjaan.

Hingga akhirnya saya diajak majikan ikut ke Hongkong. Awalnya, saya awalnya menolak karena pernah punya pengalaman kurang baik saat bekerja di Singapura. Tapi majikan selalu meyakinkan saya semuanya akan baik-baik saja. Setelah mikir2 dan banyak pertimbangan akhirnya saya setuju ikut mereka. Namun saya mengajukan syarat, saya tidak mau keluar biaya sepeserpun, baik untuk keperluan mengurus dokumen yang dibutuhkan maupun biaya tiket ke Hongkong.

Saya pun mengusulkan agar dibuat surat perjanjian kerja. Di surat perjanjian itu, selain disebutkan besaran upah, jam kerja dan hari libur, saya juga mau tidak ada potongan sepeserpun untuk menutup biaya perjalanan ke Hong Kong.

Mereka pun menyetujui, dan akhirnya  saya berangkat  ke Hongkong setelah melewati proses mengurus dokumen keimigrasian. Saya juga sempat belajar bahasa Kanton, untuk ujian formalitas di balai latihan kerja (BLK).

Saat awal saya sampai di Hongkong, saya masih seperti pekerja pada umumnya. Setiap libur di Hari Minggu, saya bertemu teman-teman sesama pekerja migran dari Indonesia. Saya juga sering janan ataupun belanja baju seperti pekerja migran lainnya.

Tapi lama-lama saya bosan dengan kegiatan yang itu-itu saja. Hingga akhirnya saya bergabung dengan grup memanggang, yakni komunitas pekerja migran Indonesia yang hobi memasak kue.

Karena sering nimbrung di grup itu, saya pun lantas tertarik ikut kelas baking. Hampir setiap kali libur di hari MInggu, seharian saya habiskan untuk ikut kursus baking. Saya seolah menemukan dunia baru dengan baking ini.

Namun, pandemi Covid-19 mengakibatkan aktivitas ini terhenti. Kami tidak bisa lagi adakan pertemuan. Karena saya masih ingin tetap bisa belajar baking, akhirnya saya ikut kursus secara online dari chef-chef di Indonesia. Kursus ini saya ikuti lewat link zoom.

Hampir setiap hari saya bikin cake, roti dan beragam panganan lainnya hingga majikan saya tahu dan mendukung saya untuk menjadikan kegiatan ini sebagai usaha. Ketika ada teman-teman yang order saya terima semampu yang saya bisa.

Karena kegiatan ini, akhirnya saya dipercaya teman-teman untuk mengajar di kelas baking. Saya ingat banget, pertama kali saya mengajar itu bikin Roti Boy. Deg-degan dan takut gagal itu pasti ada. Tapi Alhamdulillah mentoring pertama ini berjalan dengan baik. Saya coba untuk menyampaikan materi dengan cara penyampaian yang benar.

Dari situ saya sadar, ketenangan, penguasaan materi dan kepercayaan diri memegang peran penting. Saya akui menjadi satu tantangan tersendiri ketika saya harus mengajari mereka yang usianya lebih tua atau lebih senior dibanding saya. Harus sabar.

Dan, itu menjadi tantangan tersendiri buat saya. Terima kasih mba Lita. Terima kasih JALA PRT yang sudah mengenalkan saya  dengan SPRT Sapulidi yang banyak banget manfaatnya. 

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT).

Miska

Aktif di Sekolah Pekerja Rumah Tangga (SPRT) Sapulidi
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!