AJI Beri Penghargaan Jurnalis Pejuang Hak Disabilitas Hingga HAM Papua

Aliansi Jurnalis Independen (AJI) Indonesia dalam ulang tahunnya yang ke-28 memberikan sejumlah penghargaan untuk para jurnalis pejuang kebebasan pers, kebebasan informasi dan kebebasan bersuara. Mereka mulai dari jurnalis yang memperjuangkan hak disabilitas, pendamping komunitas korban dan marginal hingga jurnalis pembela Hak Asasi Manusia (HAM) di Papua.

Puji Astuti, 51 tahun, perempuan penulis isu disabilitas yang aktif mengadvokasi orang dengan disabilitas mendapatkan anugerah penghargaan S.K. Trimurti Award 2022. Dia mengadvokasi isu disabilitas yang merupakan salah satu isu minoritas yang paling kerap terlupakan. 

Astuti atau yang punya nama pena Astuti Parengkuh produktif menulis di media advokasi disabilitas, Solider.or.id. Dia aktif menulis isu hak asasi manusia, khususnya perempuan. Dia juga secara konsisten mendampingi penyandang disabilitas. Ibu tunggal dua anak ini menjadi relawan untuk membantu anak dengan penyakit kelainan darah dan komunitas peduli skizofrenia.

Astuti pernah menjadi kontributor blog Jurnal Perempuan. Relawan Solidaritas Perempuan untuk Kemanusiaan dan Hak Asasi Manusia (SPEK-HAM) Solo ini banyak menulis tentang isu Hak Asasi Manusia, khususnya perempuan. Dia tak hanya menulis artikel, tetapi cerpen, puisi, novel anak hingga berjejaring di komunitas Cerita Nulis Diskusi Online (Cendol).

Menulis bagi Astuti menjadi terapi setelah kehilangan anaknya, Asa Putri Utami, karena penyakit lupus. Catatan harian mendampingi anaknya itu kemudian dibukukan dengan judul Malaikat Mungilku.

Tidak hanya menulis, perempuan kelahiran Surakarta ini ikut mengadvokasi penyandang disabilitas. Sempat menjadi relawan Family Supporting Group, mendampingi pasien anak dengan penyakit kelainan darah, ibu tunggal dua anak ini juga bergiat sebagai relawan di Komunitas Peduli Skizofrenia Indonesia simpul Solo Raya pada 2015 hingga sekarang.

Dewan juri SK Trimurti Award 2022 yang terdiri dari Board Konde.co dan Pendiri Aliansi Laki-laki Baru, Eko Bambang Subiantoro, Feminis dan Aktivis PurpleCode Collective, Dhyta Caturani, Pengurus AJI Indonesia Bidang Gender, Anak, dan Kelompok Marginal Ana Djukana sepakat memilih Puji Astuti setelah melewati serangkaian diskusi. Dewan juri mempelajari usulan, memeriksa rekam jejak, karya, dan dampaknya terhadap publik.

Salah satu juri, Dhyta Caturani mengatakan tidak mudah bagi dewan juri memilih satu di antara tiga nomine tersebut. Aktivisme, kerja-kerja dan kontribusi ketiganya sama-sama mencerminkan semangat S.K. Trimurti. 

“Menginspirasi publik untuk melakoni dan memperjuangkan kebebasan pers dan kemerdekaan berpendapat, serta membela kelompok-kelompok yang dimarginalkan,” kata Dhyta melalui keterangan resmi yang diterima Konde.co pada minggu (7/8).

Pejuang Korban Pelanggaran HAM

Dosen jurusan Hukum Tata Negara dari Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada Yogyakarta, Herlambang Perdana Wiratraman dan Project Multatuli, meraih Tasrif Award 2022 dari AJI Indonesia. 

Menurut perwakilan Dewan Juri Tasrif Award, Feri Amsari, kedua penerima penghargaan Tasrif Award tersebut adalah figur-figur yang memperjuangkan nilai-nilai demokrasi, Hak Asasi Manusia dan terlibat memperjuangkan korban-korban pelanggaran HAM. 

“Mudah-mudahan penerimanya akan terus berjuang di barisan yang sama dengan AJI dan masyarakat sipil lainnya dalam memperjuangkan isu hak asasi manusia,” kata Feri.

Herlambang adalah sosok yang aktif membela kelompok marginal yang menjadi korban ketidakadilan struktural. Ia memberikan pendidikan hukum gratis ke warga-warga kampung yang menjadi korban konflik agraria, penggusuran, buruh, hingga ke komunitas petani dan masyarakat adat.

Ia terlibat memberikan pendapat hukum dalam pemidanaan terhadap petani korban konflik tambang Budi Pego, melawan penambangan di Pegunungan Karst Kendeng, kasus kekerasan terhadap jurnalis Tempo, Nurhadi. Herlambang juga turun mengadvokasi warga yang menjadi korban kongkalikong pemerintah dan penambang batu andesit di Wadas Purworejo, yang ramai diberitakan di awal tahun 2022 ini.

“Oleh karena itu sudah jadi kewajiban penting bahu-membahu mendukung suara kritis publik, berani menyuarakan kebenaran, melawan ketidakadilan sosial, korupsi, penghancuran ekologis dan dehumanisasi. Sehingga peran ilmuwan dan kaum akademisi begitu penting dan dibutuhkan. Sehingga disayangkan jika kampus tidak berdiri tegak membentengi kebebasan akademik dan perjuangan warga,” ujar Herlambang.

Sementara Project Multatuli adalah organisasi jurnalisme yang berdiri pada Mei 2021 dengan karya-karyanya yang berfokus memberi suara pada mereka yang sudah banyak menderita, di antaranya kaum miskin kota dan desa, korban diskriminasi seks dan gender, dan masyarakat adat, serta membongkar ketidakadilan sistematis yang belum banyak berubah sejak zaman kolonial.

Pendiri Project Multatuli, Evi Mariani mengungkapkan Tasrif Award tidak hanya sebagai bentuk apresiasi, tetapi juga wujud cinta dan solidaritas dari dan untuk mereka, untuk kita, yang memperjuangkan kebebasan berpendapat dan berekspresi, keadilan dan kesetaraan.

“Project M lahir dan tumbuh lalu diserang oleh mereka yang lebih berkuasa, tapi tetap bertahan karena solidaritas dan cinta dari kawan-kawan semua, termasuk AJI, dan banyak media lain,” kata Evi.

Jurnalis dari Tanah Papua, Victor Mambor, juga menerima Penghargaan Udin Award 2022 AJI Indonesia. Victor selama ini konsisten mengangkat pelanggaran HAM di Papua dan Papua Barat. 

Pengalaman jurnalistiknya telah membentang sejak 1996, dengan menulis di sejumlah media, baik di Indonesia dan luar negeri. Victor Mambor menjadi salah satu pendiri Jubi, media yang berbasis di Ibukota Papua, Jayapura. Bersama Jubi, Victor membawa lebih banyak suara-suara dari Papua, di tengah dominasi informasi yang bias, sepihak dan mendiskriminasi Papua.

Salah satu anggota juri Udin Award 2022, Bambang Muryanto, mengatakan tidak mudah bagi seorang jurnalis mempertahankan profesionalitas dan independensinya di wilayah konflik bersenjata. Apalagi ketika situasi wilayah tersebut serupa dengan darurat militer tanpa pengakuan resmi pemerintah.

“Keselamatan diri dan keluarganya menjadi taruhan. Kondisi lokasi yang sangat sulit juga menjadi tantangan tersendiri untuk menyajikan berita yang komprehensif dan nir pelanggaran etika jurnalistik,” kata Bambang.

Bambang menjelaskan, selama menjalani kariernya, Victor Mambor pernah kehilangan akun twitter-nya setelah menyebarkan perilaku kekerasan yang dilakukan militer kepada warga sipil. Beberapa waktu lalu, mobilnya juga dirusak oleh orang tidak dikenal yang hingga kini belum diketahui identitasnya. “Ancaman tentu makanan sehari-hari baginya sebagaimana jurnalis lain di daerah konflik bersenjata,” kata Bambang.

Juri lainnya, Dhia Al Uyun mengatakan, Victor Mambor memimpin sebuah media massa yang menjadi rujukan untuk mengetahui peristiwa konflik di Tanah Papua. Ia berharap Udin Award dapat memberinya semangat baru untuk menegakkan keadilan di tanah Papua.

“Selamat untuk Victor Mambor, semoga penghargaan ini menjadi penyemangat untuk terus menegakkan keadilan di tanah Papua dan menggelorakan semangat tersebut. Terus berkarya dan jangan lupa utamakan keselamatan diri dan keluarga!” kata Dhia.

Victor Mambor mengatakan penghargaan tersebut akan mengingatkan publik bahwa intimidasi, kriminalisasi, kekerasan fisik, verbal dan digital terhadap jurnalis masih terjadi hingga saat ini, dan masih diperjuangkan oleh komunitas pers. Meskipun secara umum Indonesia menghadapi represi oligarki dan penyempitan ruang demokrasi, Victor mengingatkan, kebebasan pers di tanah Papua, masih berada di posisi paling rendah di Indonesia.

“Jika kita percaya bahwa pers adalah pilar demokrasi keempat, maka sudah seharusnya kita mendorong kebebasan pers yang lebih baik di tanah Papua agar demokrasi di tanah Papua semakin baik juga, sehingga benar-benar menjadi surga kecil yang jatuh ke bumi,” ujar Victor.

Selain itu, Lembaga Pers Mahasiswa (LPM) Lintas IAIN Ambon meraih Penghargaan Pers Mahasiswa dari AJI Indonesia.

LPM Lintas menerima berbagai tekanan setelah mengungkap kekerasan seksual di lingkungan kampus. Sekretariat mereka dirusak, dan sejumlah pengurusnya dianiaya. Pihak kampus pun membekukan organisasi LPM Lintas, kemudian melaporkan sembilan awak redaksinya ke Polda Maluku. Mereka dituduh melakukan pencemaran nama baik.

Saat ini, LPM Lintas tengah berjuang. Mereka menggugat pemberedelan oleh otoritas kampus ke Pengadilan Tata Usaha Negara (PTUN) Ambon.

Ada pula penghargaan jurnalisme warga yang diberikan AJI Indonesia kepada media komunitas nggalek.co serta seorang pewarta warga dari wartadesa.net, Buono. nggalek.co merupakan media swakelola berbasis jurnalisme warga dari Kabupaten Trenggalek Jawa Timur yang berdiri pada 12 Maret 2016. Nggalek.co terpilih karena dinilai aktif mengembangkan jurnalisme warga dan karya jurnalistiknya banyak menyuarakan kepentingan masyarakat.

Sedangkan Buono aktif mengawasi isu pelayanan publik dan lingkungan di desa-desa sekitar Pekalongan. Sehari-hari ia bekerja sebagai pegawai tata usaha di salah satu SMA swasta di Pekalongan, Jawa Tengah.

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!