Datang ke Pernikahan Seorang Diri, Siapa Takut?

Kamu minder untuk datang sendirian ke pernikahan temen mu? Banyak perempuan yang datang sendiri ke pernikahan dan dianggap tidak laku karena datang tanpa pasangan, kesepian dan mati gaya.

Makan sendirian di restoran? Nonton film di bioskop sendirian? Semua pasti sudah pernah melakukannya. Sayangnya, bila perempuan yang datang sendiri, entah kenapa masih banyak yang memandang ini dengan perasaan negatif. Kalau nggak dicap aneh, ya dianggap kesepian dan nggak punya teman. Padahal, belum tentu juga, lho!

Masih ingat komentar miring karakter Ron Weasley (Rupert Grint) dalam film “Harry Potter: The Goblet of Fire?.” Menurutnya, laki-laki yang pergi ke pesta dansa sendirian saja sudah terlihat payah, apalagi perempuan. Tidak hanya payah, tapi juga dianggap juga tragis dan menyedihkan. Makanya, jangan heran bila kesombongannya sempat membuat Hermione Granger (Emma Watson) geram bukan kepalang. Apalagi, Ron sempat tidak percaya saat Hermione beneran diajak pergi sama Viktor Krum (Stanislav Yanevski), pemain Quidditch top yang sebenarnya dikagumi Ron.

Nah, bagaimana dengan perempuan yang datang ke pernikahan seorang diri?

Undangan “+ Partner” atau “Plus One” yang Kurang Bikin Nyaman Bagi Si Lajang

Sering dapat undangan pernikahan seperti ini? Ada nama lengkapmu tercantum di amplop dan disertai dengan tulisan “…dan Partner” atau “Plus One” sesudahnya. Bagaimana perasaanmu saat membacanya? Bagi yang sudah berpasangan mungkin tidak masalah, tinggal ajak suami/istri, tunangan, atau pacar.

Namun, bagaimana dengan yang masih lajang? Mungkin bagi yang baru putus dari  atau ditinggal mati pasangan atau bercerai, ada rasa sedih menyelinap ke dalam hati. Bagi yang melajang cukup lama, mungkin ada sedikit rasa tidak nyaman. Kenapa sih, harus ada tulisan itu segala? Kesannya yang mengundang berasumsi bahwa semua orang pasti sedang atau harus punya pasangan. Bila tidak, kesannya ada yang kurang dalam hidup mereka.

Padahal, kita tidak perlu merasa begitu. Ada banyak alternatif selain buru-buru mencari pasangan “hanya untuk diajak ke pernikahan itu”. Contoh: kamu bisa mengajak salah satu anggota keluargamu untuk menemanimu ke sana. Sewaktu masih sama-sama lajang, adik laki-laki pernah mengajak saya pergi ke pernikahan temannya. Santai saja, tuh.

Pilihan lainnya, kamu bisa mengajak teman atau sahabatmu. Contoh: seorang teman laki-laki sesama lajang yang kehilangan undangannya tanpa malu-malu meminta.

“Ruby, bolehkah aku jadi ‘Plus One’ kamu?” saat ingin menghadiri pernikahan teman kami. Dengan santai saya mengiyakan. Meskipun ada kemungkinan kami berdua digosipkan sebagai ‘pasangan’, saya tidak peduli. Toh, tidak ada yang mewajibkan kami berdua harus jadian sesudah acara itu. Yang praktis sajalah.

Kalau mau datang ke pernikahan seorang diri? Kenapa tidak? Bahkan, saya sendiri sudah sering melakukannya. Biasa saja.

Datang ke Pernikahan Sendirian Tanpa Mati Gaya

Salah satu kekhawatiran banyak lajang saat datang ke pernikahan seorang diri adalah : mati gaya. Padahal, kalau mau melihat peluang, banyak cara untuk mensiasatinya. Berikut tips yang bisa kamu baca:

1.      Mengobrol dengan tamu-tamu lain yang dikenal.

Biasanya, kamu akan memilih datang ke pernikahan orang-orang yang kamu kenal dengan sungguh-sungguh. Misalnya: pernikahan saudara sepupu dekat atau sahabat. Biasanya, lingkaran pertemanan kalian tidak jauh berbeda.

Nah, sampai di venue, kamu bisa mengobrol dengan mereka. Tidak perlu takut dianggap aneh, karena belum tentu semua berpendapat demikian. Bisa saja mereka mengagumi rasa percaya dirimu karena datang ke pernikahan sendirian.

2.      Bertualang kuliner selama acara.

Apa sih, yang biasanya dicari saat datang ke resepsi pernikahan? Apalagi kalau bukan makan-makan gratis. Apalagi, banyak menu di resepsi pernikahan yang biasanya belum tentu bisa kamu temukan setiap hari. Mau membelinya di resto pasti mahal sekali.

Nah, nikmatilah kesempatan ini untuk bertualang kuliner. Silakan mencicipi berbagai makanan di prasmanan, dengan catatan: makan secukupnya dan jangan sampai membuang-buang makanan. Ingat, kamu bukan satu-satunya tamu di pernikahan dan jangan makan seperti orang kelaparan seminggu. Tidak mau ‘kan, pulang dengan perasaan tidak nyaman, dengan baju sesak karena kekenyangan?

3.      Mencari kenalan baru.

Tidak semua tamunya kamu kenal baik? Ya, tidak apa-apa. Kamu bisa mencoba mencari kenalan baru. Tidak perlu bersikap sok akrab dan memaksakan diri. Biarkan percakapan mengalir secara alami.

Misalnya, kamu sedang menyimak wedding singer atau band yang sedang tampil di pernikahan. Laki-laki di sebelahmu juga begitu. Karena tertarik, kamu bisa memulai percakapan dengan bertanya padanya mengenai band tersebut. Bila lawan bicaramu tertarik, lanjutkan percakapan – siapa tahu mereka bisa jadi teman baru. Bila tidak, ya tidak perlu memaksa mereka. Segeralah pindah tempat dan cari sosok lain yang kira-kira bisa diajak ngobrol.

4.      (Khusus yang bisa menyanyi) – Unjuk Kebolehan di Panggung.

Kalau ini khusus kamu yang bisa menyanyi dan merasa cukup pede untuk unjuk kebolehan di atas panggung saat acara pernikahan. Apalagi kalau pengantin yang mengundangmu sudah meminta jauh-jauh hari agar kamu menjadi penghibur di acara mereka. Eh, tapi hindari lagu-lagu sedih, ya. Momennya ‘kan harusnya yang bahagia.

5.      Mencari inspirasi.

Inspirasi macam apa? Ya, bisa apa saja. Misalnya: kamu penulis dan sedang ingin mencari ide cerita. Kamu seorang creator content dengan tema pernikahan.

Apa mungkin kamu sedang mencari inspirasi untuk pesta pernikahanmu sendiri nanti? Kenapa tidak? Boleh kok, kamu bermimpi menggelar pernikahan mu dengan caramu sendiri.

Nah, datang ke pernikahan seorang diri sebenarnya sudah tidak perlu dipermasalahkan – apalagi sampai ditakuti lagi. ‘Kan tidak merugikan siapa-siapa? Yang mengundang juga akan senang dengan kehadiranmu. Tidak ada keharusan kamu harus membawa pasangan atau siapa pun itu. Yang penting kamu tetap senang.

Ilustrasi/gambar: freepik.com

Ruby Astari

Sehari-hari bekerja sebagai translator dan author. Ia juga seorang blogger dan banyak menulis sebagai bagian dari ekspresi dirinya sebagai perempuan
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!