Drama Seri ‘My Ice Girl’: Dukung Korban Kekerasan Seksual untuk Speak Up! 

Drama seri “My Ice Girl” bercerita tentang sakit dan trauma dengan kekerasan seksual yang dialami korban. Tidak tahu harus kemana mencari pertolongan, tekanan demi tekanan harus dihadapi korban.

Kematian Amanda menjadi misteri yang sulit dipecahkan. Di kamarnya, Amanda ditemukan dengan dugaan bunuh diri. Namun, kakak laki-laki Amanda bernama Malik, membuka kemungkinan lain bahwa Amanda bisa saja mati karena dibunuh. 

Banyak pertanyaan muncul di benak Malik. Jika dia bunuh diri, apa yang membuat Amanda nekat mengakhiri hidup? Seputus asa itu kah Amanda dengan kehancuran keluarganya pasca Ayah mereka tutup usia? Tapi bila Amanda dibunuh, siapakah orang itu? Dia berjanji akan memberikan ganjaran setimpal. 

Malik yang diperankan aktor Bryan Domani lantas bertekad mengungkap teka-teki kematian adik tercintanya itu. Malik lalu pindah ke sekolah Amanda, yang diperankan oleh aktris Maria Theodore. Dia mulai menggali informasi yang bisa menemukan kepingan-kepingan teka-teki kematian adiknya.   

Dengan menggebu, Malik mulai mendekati teman hingga orang-orang yang dianggap musuh Amanda. Di awal, Malik bertemu dengan sahabat Amanda bernama Dara yang diperankan Mawar de Jongh, perempuan ini, yang kemudian turut membantu Malik dalam upayanya mengungkap misteri kematian Amanda. 

Seiring pencarian informasi, Malik tampak begitu marah. Dia mendapati kondisi-kondisi yang menyakitkan. Seperti, sekolah adiknya yang ternyata berusaha menutup kasus kematian tersebut. Termasuk langsung menyimpulkan bahwa hilangnya nyawa Amanda akibat perbuatan bunuh dirinya. 

Sementara Malik, tidak bisa mempercayai. Amanda yang begitu ceria dan semangat, tiba-tiba memilih untuk mengakhiri hidup. Malik juga semakin tertekan, sebab ibunya jadi tampak lebih murung selepas kematian Amanda. Dia juga merasa diabaikan. 

Perjalanan Malik di sekolah untuk mencari petunjuk kematian adiknya terus berlanjut. Meski, Malik kerap membuat kekacauan di sekolah, semua kawan-kawannya menjadi sasaran kecurigaannya. Hanya satu orang yang tidak pernah dicurigai Malik, yaitu Aldo yang diperankan Rafael Winata.

Suatu waktu, Malik menemukan sebuah handycam tua peninggalan ayah Malik. Amanda yang ternyata membuat pengakuan di situ, memunculkan petunjuk bahwa Aldo terlibat. Amanda jadi korban kekerasan seksual. 

Korban Kekerasan Seksual Butuh Ruang Aman

Amanda yang menerima fakta dirinya hamil akibat perkosaan yang dilakukan Aldo, berulang kali mengalami penderitaan secara fisik dan psikis. Aldo sebagai pelaku kekerasan seksual mengintimidasi Amanda untuk menggugurkan kandungan karena Aldo takut nama baik keluarganya yang dari kalangan politisi itu tercoreng.

Amanda juga tak mau membebani keluarganya, jika mengetahui kondisinya. Apa yang terjadi padanya. Amanda, tak mendapatkan ruang aman yang semestinya dia dapatkan sebagai korban kekerasan seksual. 

Amanda tak bisa bercerita kepada orang yang dipercayai dan mendukungnya. 

Di situasi yang tertekan, Amanda dipaksa menenggak pil yang diberikan Aldo yang disangka adalah pil penggugur kandungan. Namun, ternyata itu adalah racun. Aldo yang panik dan takut, akhirnya membuat rekayasa atas kematian Amanda. Aldo membuat seolah-olah Amanda bunuh diri. 

Cerita itu pula lah yang akhirnya diakui oleh Aldo, usai Malik menekan dan mengintrogasinya. Bahkan, hampir saja menghabisi nyawa Aldo. 

Tak mudah memang korban kekerasan seksual untuk bisa bercerita (speak up) atas peristiwa yang dialaminya. Apalagi, korban yang berada di bawah tekanan dan  lingkungan sosial yang tak suportif. 

Amanda barangkali adalah satu di antara potret korban itu. Dia mengalami sakit dan trauma dengan kekerasan seksual yang dialaminya. Dan tidak tahu harus mencari pertolongannya kemana, sementara tekanan demi tekanan harus dia hadapi. Termasuk, kekerasan lanjutan dari pelaku. 

Serial web Indonesia ‘My Ice Girl’ diproduksi screenplay films dan wattpad studios yang ditayangkan perdana 30 September 2022 di Vidio. Series ini berdasarkan novel wattpad ‘My Ice Girl’ karya Pit Sansi. Sutradara dalam series ini adalah Eman Pradipta dan Dinna Jasanti. Sedangkan para pemainnya adalah Mawar De Jongh, Bryan Domani, Maria Theodore, Rafael Adwel, Samudra Taylor, Naura Hakim, Dewa Dayana, Mikha Hernan dan Muhammad Reza. 

Dukungan untuk Korban Kekerasan Seksual Speak Up!

Psikolog Hani Hendayani mengatakan bahwa banyak korban kekerasan seksual yang terjerat pada konstruksi sosial yang membuat mereka takut mengakui bahwa dirinya korban kekerasan seksual.

“Penyintas sudah kehilangan kepercayaan dirinya, terluka dan terhina sehingga rentan dengan tekanan sosial, kebanyakan karena merasa sudah ternoda, aib, takut, malu bahkan merasa bersalah walaupun sebagai korban,” jelasnya kepada Konde.co, Kamis (1/12).

Hani juga mengungkap bahwa sebagai korban yang terluka fisik dan psikis terlepas dari siapapun pelakunya, korban bisa mengalami hal traumatis yang menjadikannya begitu berat untuk bisa speak up

“Mereka tak akan punya kekuatan mental untuk mengakui, karena korban kekerasan seksual punya luka batin yang berat sehingga tidak memungkinkan mereka untuk bicara bahkan kepada orang terdekatnya sekalipun,” ujarnya.

Namun demikian, Hani menuturkan tidak semua penyintas diam dan tak mau bicara. Hal ini terkait dengan kemampuan setiap penyintas kekerasan seksual. Menurutnya, mereka perlu terlebih dahulu menerima diri dan situasi yang dia alami. Meskipun, menyakitkan. 

“Tidak menyangkal realitas dan menyadari keadaan penyintas, penyintas harus mengalirkan rasa seperti marah, sedih, kecewa, terluka, malu, takut secara positif,” ujarnya.

Penyintas kekerasan seksual, dikatakan Hani, selanjutnya mesti mencari bantuan untuk pendampingan.

”Para pendamping akan mengetahui kejadian sebenarnya agar bisa menindaklanjuti keadaan, membela diri dan mencegah berulangnya kejadian kekerasan seksual dengan speak up,” katanya.

Heni menekankan, penanganan bagi korban kekerasan seksual, pada prinsipnya bisa  dimulai dengan memberikan kenyamanan dan keamanan pada penyintas.

”Dalam mendampingi penyintas, pendamping harus memberikan rasa aman dan nyaman, memberikan ruang dan waktu agar penyintas siap untuk terbuka, menguatkan untuk bisa speak up dalam rangka menolong dirinya dan mencegah orang lain mengalami hal yang sama, juga kesiapan untuk move on,” pungkasnya.

(Sumber Gambar: IG screenplayfilms_id)

Devi P. Wiharjo

Beberapa tahun jadi jurnalis, sempat menyerah jadi manusia kantoran, dan kembali menjadi jurnalis karena sadar menulis adalah separuh napas. Belajar isu perempuan karena selama ini jadi perempuan yang asing pada dunia perempuan, eksistensialis yang hobi melihat gerimis di sore hari.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!