Putus atau Terus? Jangan Biarkan Orang Lain Mengatur Relasimu

Desakan bagi pasangan yang telah berpacaran lama untuk segera menikah, pasti menimbulkan kecemasan setiap pasangan. Pihak luar hanya mau menuntut, tapi tidak mau memahami kondisi pasangan.

Apakah kamu pernah mengalami situasi dimana kamu dikejar-kejar untuk menikah, padahal pasanganmu tidak mau menikah?

Situasi seperti ini ternyata banyak dialami perempuan, didesak-desak terus untuk cepat menikah.  

Akhirnya karena tak tahan, kondisi ini membuat sebagian perempuan cepat-cepat untuk menikah. Bisa jadi dia lalu menikah dengan pasangannya, tapi jika pasangannya gak mau menikah secara cepat, dia akan pergi dari hubungan itu dan bisa jadi akan mencari pasangan baru. 

Yang jelas, situasi seperti ini serba tidak mengenakkan untuk semua pasangan, dikejar-kejar harus menikah padahal mereka belum mau melakukannya.

Apa yang terlintas di pikiranmu ketika melihat pasangan yang hubungannya sudah terjalin bertahun-tahun namun harus kandas karena sang perempuan harus menikah dengan laki-laki lain karena desakan keluarga? sedangkan sang laki-laki tidak mau buru-buru diajak nikah.

Bukan tanpa sebab, selain faktor kesiapan mental, kesiapan finansial juga menjadi pertimbangan semua orang untuk membahas rencana menikah. 

Baca Juga: Ini Fenomena Waithood, Perempuan Tunda Menikah karena Beban Sandwich Generation dan Trauma

Beberapa teman saya, anak muda berusia di bawah 30 tahun, belum sepenuhnya siap untuk mengambil tanggung jawab pernikahan dan membangun keluarga, ini terjadi pada laki-laki dan perempuan. Mereka mungkin masih mencari jati diri, mengejar karir, atau belum memiliki stabilitas finansial yang memadai.

Mengatur acara pernikahan yang memadai dengan anggaran terbatas dapat menjadi tantangan bagi pasangan muda, terutama jika masih berada di awal karir. Apalagi bagi anak muda yang harus menanggung biaya hidup keluarganya, duh dari mana bisa menabung untuk menikah?

Kisah ini ternyata  juga dialami seorang perempuan di media sosial. Saya membaca di salah satu akun base Twitter sebuah pernyataan seperti ini, “Akhirnya aku putus dari pacarku yang udah jalan 4,5 tahun karena aku memutuskan buat nikah sama orang lain, aku sayang dia tapi kalo nunggu 3 tahun lagi terlalu lama buatku.” 

Komentar pun bermunculan seperti, “Cari validasi biar gak merasa bersalah banget ya mbaknya?.” 

Ada juga yang menuduh perempuan ini  berselingkuh dan tidak sabar menunggu pacarnya berjuang.

Tuntutan Masyarakat yang Berujung Pada Kecemasan Pasangan

“Kan kalian sudah lama pacaran? Kenapa belum menikah? Tunggu apalagi? Kenapa putus?,” rentetan  pertanyaan ini sering terdengar oleh pasangan yang sudah lama menjalin hubungan. 

Apalagi hubungan asmaranya telah banyak diketahui oleh keluarga dan teman. Jawaban “Minta doanya ya, agar disegerakan,” pun menjadi jawaban template untuk pertanyaan yang sebenarnya memang beneran template tadi.

Pertanyaan bahkan desakan bagi pasangan untuk segera menikah itu mudah saja mereka lontarkan. Seakan budaya pernikahan di negeri ini semudah itu. Tidak semua orang mampu membuat pesta pernikahan yang sesuai standar masyarakat. Atau kehidupan setelah pesta, yang lagi-lagi butuh biaya.

Jika hanya bertanya, mungkin bisa dijawab. Tapi desakan-desakan untuk orang yang sedang pacaran agar segera menikah salah satu alasannya adalah agar menghindari zina. Masyarakat sepertinya tidak bisa santai melihat pasangan yang bahagia dan saling support jika tanpa ikatan pernikahan. Hubungan asmara ya harus berakhir di pernikahan, padahal tidak semua individu berpikir untuk menikah.

Baca Juga: Kamu Perempuan 30 Tahun? Siap-siap Kena Stigma dan Diskriminasi Usia

Pertanyaan, desakan, bahkan hasutan orang lain itulah terkadang yang membuat konflik bagi pasangan. Hubungan yang baik-baik saja kini menjadi tegang hanya karena tuntutan pihak lain. 

Beberapa orang laki-laki di media sosial membagikan kisahnya ditinggal menikah oleh kekasihnya. Seperti unggahan video TikTok seorang laki-laki yang bertuliskan “Pacaran 5 tahun, tapi pacar nikah sama orang lain” dalam video itu ia hadir di pernikahan mantan kekasihnya sambil haru memeluk dan mengucapkan selamat. 

Dalam kolom komentar, banyak laki-laki yang mengungkapkan mengalami hal yang sama, sakitnya ditinggal menikah setelah lama berpacaran. Sebagian lagi menyalahkan perempuan dengan mengatakan “Cewek mah gitu, nuntut buat nikah mulu, tapi nggak mau nerima keadaan cowok yang belum punya apa-apa.”

Baca Juga: Tips Bedakan Antara Suka, Cinta, dan Jatuh Cinta

Sudah merasa berinvestasi waktu dan emosi dalam hubungan, pasti merasa terpukul dan kehilangan ketika hubungan tersebut harus berakhir. Dan kali ini baik perempuan dan laki-laki selalu jadi biang kesalahan, perempuan dianggap gak mau menunggu dan laki-laki dianggap gak mau mengambil tanggungjawab. Padahal baik laki-laki dan perempuan punya tanggungjawab yang sama, untuk bertanggungjawab, aktif maupun menunggu.

Yang paling penting adalah hubunganmu, jangan biarkan orang lain untuk mengatur-atur hubungan kalian. Mau terus atau lanjut, itu adalah kalian yang memutuskan. Jangan harus putus karena desakan untuk menikah atau desakan untuk bubar. Keputusan putus itu pastikan sudah kalian pertimbangkan.

Selamatkan hubunganmu dalam kondisi ini, itu yang paling penting kalian lakukan. Dan jangan lupa, bahwa kebahagiaan itu, kalian yang mengatur, bukan orang lain.

Ika Ariyani

Staf redaksi Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!