Film 'Taylor Swift: The Eras Tour'

Film ‘Taylor Swift The Eras Tour’: Ingatkanku Tentang Memori Perjuangan Masa Remaja

Aku sangat antusias menyambut Film Taylor Swift: The Eras Tour yang tayang di bioskop sejak 3 November 2023. Bagiku, aku bisa bernyanyi, menangis, dan menghargai perjalanan bertumbuh bersamanya.

Fika (26) adalah seorang Swiftie—sebutan untuk penggemar penyanyi sekaligus penulis lagu perempuan, Taylor Swift. Ia telah menjadi bagian dari fandom tersebut sejak masih duduk di bangku SMP.

Maka tak heran, meski hanya lewat sambungan telepon, ia tidak bisa berhenti bercerita tentang pengalamannya menonton filmTaylor Swift: The Eras Tour yang dirilis global secara resmi pada 13 Oktober 2023. Di Indonesia, film itu tayang perdana di Indonesia pada 3 November 2023.

“Rilis itu tanggal 3 (November). Gue nonton tanggal 4,” ujar Fika saat dihubungi Konde.co, Minggu (12/11/2023).

Berdomisili di Bali, Fika bersama temannya mendatangi bioskop terdekat demi menonton film yang menayangkan dokumenter konser ‘The Eras’, yang juga menjadi seri tur dunia Taylor Swift.

Bukan hanya Fika yang antusias menyambut film ‘Taylor Swift: The Eras Tour’ di Indonesia. Kina (23) juga menonton film konser itu di mal Kota Kasablanka, Jakarta, bersama teman-temannya.

Bagi Kina yang belum bisa menonton langsung konser Taylor Swift ‘The Eras Tour’ di Singapura pada Februari 2024 mendatang, menyaksikan performa pelantun lagu ‘All Too Well’ itu di layar lebar cukup membuatnya merasakan euforia serupa.

“Kebetulan karena emang nggak berkesempatan buat datang (ke) ‘The Eras Tour’ SG, aku pengin banget nonton ini supaya at least bisa ngerasain atmosfernya walaupun di layar lebar,” kata Kina.

“Toh, sama aja kita nyanyi-nyanyi bareng Swifties juga, kan,” lanjutnya.

Baca Juga: Beyonce dan Taylor Swift Torehkan Sejarah di Penghargaan Grammy Award

Film ‘Taylor Swift: The Eras Tour’ memang sukses mengumpulkan para Swifties di satu tempat, sama-sama merayakan kemegahan dan euforia konser penyanyi kesayangan mereka.

Di Indonesia, ada acara ‘nonton bareng’ yang dikelola oleh komunitas penggemar Taylor Swift dari berbagai daerah. Namun tak sedikit pula yang memutuskan untuk menonton film itu sendirian atau bersama orang-orang terdekatnya saja. Yang penting, mereka kemudian sama-sama menikmati keseruan konser ‘The Eras’ di bioskop.

Banyak pengguna media sosial membagikan momen seru mereka nonton bareng film tersebut. Mulai dari sesama penggemar yang membagikan ‘friendship bracelet’ atau gelang persahabatan. Hingga para penonton yang nyanyi bareng.

Ada juga bahkan yang sambil berteriak-teriak menonton di studio bioskop seakan sedang menonton langsung konser Taylor Swift. Juga beberapa orang yang kedapatan menangis karena terharu bisa menonton konser tersebut atau merasa ‘nyambung’ dengan lagu yang dibawakan.

Konser ‘The Eras Tour’ di Layar Lebar: Nyanyi Bareng Sampai Menangis

Fika menjelaskan, suasana studio tempatnya menonton begitu riuh dan seru sepanjang film diputar. Kendati tidak ada fanbase yang mengorganisir acara nonton bareng di sana, para penonton yang tidak saling kenal itu tetap bernyanyi, berteriak, dan meluapkan perasaan mereka bersama-sama saat menyaksikan film ‘Taylor Swift: The Eras Tour’.

“Seru banget sih, parah! Ada beberapa perform juga yang sampai gue bisa dengar orang-orang kayak ‘hiks, hiks’,” katanya, menirukan penonton yang menangis saat menyaksikan ‘konser’ Taylor Swift di layar lebar.

Salah satu lagu yang ia ingat membuatnya dan para penonton serempak bernyanyi adalah ‘Bad Blood’. Lagu itu seakan mendukungnya untuk meluapkan emosi dan ‘marah-marah’ sejenak.

Sedangkan menurut Kina, penataan panggung ‘The Eras Tour’ yang memukau sampai membuatnya menangis. Segala kemegahan konser Taylor Swift itu tampak cantik baginya.

Baca Juga: Lagunya Bikin Empowering: Senang Berhasil War Tiket Taylor Swift

“Waktu awal-awal, baru stage Loveraja aku udah nangis,” ujar Kina. “Stage-nya se-cantik itu, dari segi property, dancers, LED panggungnya, dan lagu ‘Lover’ yang liriknya pun juga nggak kalah cantik sama semua setting panggung itu.”

Kina menambahkan momen tak terlupakan lainnya, yakni saat Taylor Swift membawakan lagu ‘Enchanted’. “Paling seru pas pada nyanyi bareng, dan menurutku juga stage-nya nggak kalah ethereal sama stageLover’,” katanya. 

“Benar-benar ngerasain definisi jatuh cinta: yang terang kayak warna lavender, yang berani, yang freefalling, just like how the song vibes!

‘Long Live’, ‘Friendship Bracelet’, dan Indahnya Pertemanan
Friendship bracelet yang dibagikan saat nonton bareng film ‘Taylor Swift: The Eras Tour’. (Sumber foto: dok. Kina)
Friendship bracelet yang dibagikan saat nonton bareng film ‘Taylor Swift: The Eras Tour’.
(Sumber foto: dok. Kina)

Fika dan Kina juga sepakat, kalau lagu ‘Long Live’ yang muncul di credit akhir film sukses membuat semua orang terenyuh.

Long Live’ itu tuh kayak… Lagu gratitude dari Taylor untuk kariernya, untuk fansnya dan rekan-rekannya, gitu setahu aku. Makanya liriknya dibikin kayak cherishing momen-momen yang bikin dia thankful atas kehadiran orang-orang di sekitarnya selama karier dia,” jelas Kina.

Sedangkan menurut Fika, lagu ‘Long Live’ memiliki tempat spesial di hati para Swifties. Pasalnya, melalui lagu itu, Taylor Swift meminta Swifties untuk mengenang dirinya dan masa-masa bahagia mereka sebagai artis dan penggemar, saat mereka memiliki anak suatu hari nanti.

Lirik lagu tersebut berbunyi, ‘If you have children someday/ When they point to the pictures/ Please tell them my name/ Tell them how the crowds went wild/ Tell them how I hope they shine.”

“Itu pas ‘Long Live’, gue rasa semua nangis, sih,” tuturnya. “Karena ada banyak fans kayak gue yang udah lama banget di sini, bertahun-tahun. Pas dengar ‘Long Live’ di film ini, mereka yang seumuran gue atau even lebih tua, ada yang udah punya anak.”

“Waktu gue nonton, itu dari bocil sampai yang udah tua, ada semua. Terus dikasih lagu itu, kayak jadi ingat we’ve been going through everything together,” kenangnya.

Baca Juga: Swifterature, Menggaet Minat Sastra Lewat Karya Taylor Swift

Kina juga mengatakan, ‘Long Live’ adalah salah satu lagu Taylor Swift favoritnya. Mendengarkan lagu itu membuatnya semakin menghargai pertemanan yang ia miliki saat ini.

Personally suka banget sama lagu itu dan pas banget nontonnya pas lagi bareng teman-teman terdekat,” Kina mengungkapkan perasaannya. “Jadi makin kerasa, ‘Oh, begini ya rasanya punya rezeki dalam bentuk teman-teman?’ dan bikin bersyukur karena udah treasuring my friendship a lot!

Di momen itu pula, menurut Kina, ada yang membagikan ‘gelang persahabatan’. Alhasil, ia dan teman-temannya segera memakai gelang tersebut.

‘Gelang persahabatan’ atau ‘friendship bracelet’ menjadi ‘ikon’ khas Taylor Swift dan Swiftie. Rupanya, hal itu berasal dari lirik lagu Taylor berjudul ‘You’re on Your Own Kid’. Lirik tersebut berbunyi, “So make friendship bracelets/ take the moment and taste it/ you got no reason to be afraid.”

“Dia (Taylor Swift) juga nulis nama-nama di ending credits-nya pakai beads kayak di friendship bracelets gitu. Very iconic of her,” kata Kina.

Jalan Panjang Menjadi Swiftie

Taylor Swift: The Eras Tour’ begitu lekat dengan pengalaman Fika sebagai Swiftie selama bertahun-tahun. Perempuan itu bercerita, dirinya sudah menjadi penggemar Taylor Swift sejak penyanyi itu memulai debut kariernya. Saat itu, ia masih siswa SMP.

I deserve a Swiftie veteran discount,” selorohnya.

Hal serupa diungkapkan oleh Kina. Ia telah mendengarkan Taylor Swift sejak penyanyi itu merilis lagu ‘You Belong with Me’. Ketika Taylor Swift meluncurkan lagu yang kemudian menjadi hits itu, Kina masih berada di bangku kelas 3 SD.

“Aku sekarang (usia) 23,” kata Kina. “Jadi dulu tahunya pas tahun… 2009-ish? Gara-gara disetelin MV ‘You Belong with Me’ sama papaku terus-terusan di Youtube. Terus karena udah dapat early exposure dari situ, ke sini-sininya jadi ngikutin deh.”

Tapi Fika bilang, dirinya justru sempat ‘menyembunyikan’ identitas sebagai Swiftie. Pasalnya, dulu banyak orang yang membenci Taylor Swift karena berbagai alasan. Salah satunya, ia menjelaskan, lantaran Taylor Swift kerap menjalin hubungan dengan artis-artis papan atas yang memiliki basis penggemar besar, seperti Harry Styles dan John Mayer.

Baca Juga: Taylor Swift Raih Gelar Doktor untuk Kampanye Stop Kekerasan Seksual di Dunia Musik

Pada masanya, para penggemar itu seringkali tidak menerima hubungan Taylor Swift dengan artis favorit mereka. Ditambah lagi, Taylor Swift pernah berkonflik dengan beberapa artis ternama, seperti Kanye West. Sehingga, mereka membenci dan mem-bully Taylor Swift habis-habisan. Tekanan ini tidak hanya dirasakan oleh Taylor Swift sendiri, tetapi juga para Swifties.

We were traumatized,” kenang Fika. “Dulu tuh, lo ketahuan Swiftie, lo di-bully. Makanya, gue kalau ditanya dulu ngakunya, ‘I don’t listen to Taylor Swift!’ padahal diam-diam sih, masih dengerin. Gue baru terang-terangan jadi Swiftie lagi itu pas kuliah deh, kayaknya.”

Kenangan pahit itu juga yang membuat hubungan Taylor Swift dan Swifties makin erat. Fika menyebut, Taylor Swift sampai membuat sebuah lagu yang, bukan hanya menjadi tanda terima kasih darinya untuk para penggemar, tapi juga sebagai ‘permintaan maaf’nya karena telah membuat Swifties mengalami hal-hal berat selama menyukainya.

Di sisi lain, Kina melihat penayangan film ‘Taylor Swift: The Eras Tour’ sebagai kesempatan untuk mengenang perjalanan panjangnya sebagai penggemar. Lagu-lagu Taylor Swift yang dibawakan di konser itu jugalah yang mengantarkan Kina hingga menjadi dirinya saat ini.

“Kayaknya karena berasa banget growing up with Taylor Swift-nya, dari kecil ditemenin lagu-lagu dia,” kata Kina. “Jadi pas ada ‘The Eras Tour’ tuh langsung mikirnya, ‘Oh tentu nggak boleh kelewatan nih’  soalnya ini dia lagu-lagu yang nganterin aku sampai sini.”

Salsabila Putri Pertiwi

Redaktur Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!