Tren Estetika Old Money Jadi Obsesi di Sosmed? Kenapa Gen Z Suka Ini

Para Old Money memilih memakai brand barang-barang yang jarang didengar dan tak mencolok. Mereka tak mau dipandang ramai dan mentereng dengan menampilkan logo brand mahal untuk menampilkan kekayaan.

Saya pertama kali mengenal istilah old money dan new money ketika membaca trilogi Crazy Rich Asian karya Kevin Kwan pada 2018 yang lalu. Dalam salah satu dari trilogi ini (Crazy Rich Asian, China Rich Girlfriend, dan Rich People Problems), Kevin Kwan sempat menampilkan karakter keluarga konglomerat Indonesia yang juga masuk dalam golongan yang ia sebut sebagai crazy rich Asian atau kaya tujuh turunan. 

Saya ingat, setelah membaca ketiga buku ini saya begitu tertarik dengan istilah old money. Saya pun melakukan sedikit penelusuran mengenai keluarga-keluarga old money di Indonesia. Ternyata cukup banyak dan cukup berpengaruh di Asia bahkan dunia. 

Dari trilogi Kevin Kwan ini juga, saya tahu bagaimana sejarah keluarga-keluarga kaya keturunan Cina yang bermigrasi keluar mendapatkan gelar old money. Sementara keluarga-keluarga kaya di Cina daratan, biasanya merupakan generasi new money

Ketika film dan novel Crazy Rich Asian begitu naik daun, istilah old dan new money yang jadi salah satu topik utama dalam buku maupun film tidak begitu dibahas dalam berbagai review dan diskusi mengenai film dan novel ini. Mungkin karena pembahasan dan review pada waktu itu kebanyakan fokus pada keberhasilan representasi Asia di Hollywood. 

Beberapa waktu terakhir old money menjadi salah satu istilah yang begitu banyak dibicarakan. Orang-orang ingin menggunakan brand yang digunakan old money. Makan di tempat makan para old money, menggeluti olahraga yang disukai para old money, menyekolahkan anak di sekolah-sekolah para old money. Bahkan saya baru-baru ini melihat video seorang real estate agent mempromosikan rumah yang dijualnya sebagai rumah old money

Semua ingin memiliki estetika, gaya hidup, dan kepekaan seperti yang dimiliki oleh para old money

Lalu sebenarnya ada apa dengan obsesi ini?

Dengan bangkitnya sosial media, tren berubah-ubah dengan cepat. Tren yang berganti-ganti dengan cepat ini, paling tidak menurut saya, selalu punya satu benang merah penghubung: semua orang ingin terlihat seperti orang kaya. 

Ya jujur saja, bukankah itu yang diinginkan kita semua yang sempat punya keinginan punya barang branded sebelum era tren mode old money? Cara untuk terlihat kaya adalah dengan menggunakan statement piece dengan logo brand yang tercetak besar. 

Orang biasanya menyebut tren ini sebagai tren yang loud atau berisik. Seperti ingin berteriak kepada semua orang di sekitar, “Hai, lihat tas yang kupakai adalah Lady Dior!” 

Tren loud ini berjalan beberapa lama sebelum akhirnya orang menyadari bahwa mereka yang benar-benar kaya sebenarnya tidak pernah secara gamblang meneriakkan kekayaan mereka. 

Tren old money “pertama kali” muncul lewat media sosial TikTok, Instagram dan Pinterest. Ia digerakkan oleh Gen Z. Mereka sebelumnya menamai mode ini sebagai dark academia atau light academia

Gaya fashion ini, paling tidak menurut businessinsider.com, merupakan respon dari outfit kasual yang menjadi tipikal gaya kelas miliarder milenial baru. Mereka menentang gaya para CEO perusahaan teknologi yang khas dengan hoodie dan sneaker mereka.

Baca Juga: Flexing, Orang Doyan Pamer Kekayaan di Media Sosial Cuma buat Validasi

Mungkin acuan paling jelas yang bisa kita sebut old money adalah British Royal Family. Kehidupannya bisa kita saksikan dalam serial Netflix ‘The Crown‘. Season pertamanya mulai ditayangkan pada 4 November 2016 lalu. Kini, 7 tahun dan 5 season kemudian (rilis season terakhir pada 16 November lalu).

Kaitannya itu, orang-orang bisa dengan mudah melihat dari dalam bagaimana gaya hidup dan kebiasaan Royal Family yang notabenenya adalah the “real” old money. Mulai dari olahraga berkuda, berburu, pakaian eksklusif yang didesain hanya untuk mereka. Hingga brand-brand yang identik dengan gaya hidup old money

Bahkan dalam ‘The Crown‘ sendiri pun digambarkan satu karakter yang begitu ingin dekat dan masuk dalam circle British Royal Family. Yaitu Mohamed Al Fayed. Ia mempekerjakan seorang mantan pelayan Duke of Windsor untuk membuatnya memiliki gaya hidup yang sama dengan mantan Raja Inggris tersebut.

Lalu mengapa sebenarnya gaya old money ini menjadi tren dan laku di pasaran sebagai aspirasi dari banyak anak muda? 

Baca Juga: Film Perubahan Iklim: Utamakan Negara Kaya Dengan Konten Tak Berimbang

Alasan pertama yang mungkin bisa saya kemukakan adalah muaknya generasi Z terhadap tren yang sangat ribut dan mentereng menampilkan logo brand mahal untuk menampilkan kekayaan seseorang. Salah satu ciri khas utama old money adalah bagaimana mereka menggunakan brand yang jarang didengar. Tidak terpampang nyata dalam pakaian ataupun benda-benda yang mereka gunakan. 

Istilah lain yang juga digunakan untuk menyebut gaya hidup ini adalah quiet luxury alias kemewahan terselubung. Orang-orang yang benar-benar kaya bukan bermaksud menggunakan barang-barang branded untuk memamerkan kekayaan mereka. Mereka kaya, semua orang tahu itu. Mereka tidak butuh pengakuan. 

Penggunaan luxury brand dimaksudkan untuk kepuasan pribadi, kenyamanan saat menggunakan. Dan penghargaan terhadap craftsmanship di balik sebuah item pakaian atau barang apapun yang mereka beli.

Alasan lainnya yang coba saya pikirkan mengenai meningkatnya obsesi kita pada tren old money adalah keinginan untuk dianggap sebagai bagian dari sebuah lingkungan eksklusif. Di mana orang-orang di dalamnya mempunyai sebuah budaya sendiri: mereka menggunakan brand yang hanya “yang tau tau aja” yang paham. Memiliki hobi olahraga mahal yang sama (berkuda, tenis, atau golf), dan menggunakan kosakata yang sama dalam percakapan alias bahasa orang kaya. 

Baca Juga: Dianggap Punya Duit dan Kaya Raya: Stigma Menyerang Perempuan Etnis Minoritas 

Eksklusivitas dan keinginan untuk bisa memahami apa yang sebenarnya ada dalam pikiran orang-orang terkaya di dunia mungkin menjadi driving force di balik keinginan orang-orang untuk memiliki gaya hidup selayaknya para old money. Pada akhirnya, ini adalah sebuah usaha menaiki tangga sosial untuk menikmati gaya hidup kelompok 1% dunia yang sulit untuk dijangkau 99% penduduk lainnya.

Di luar dua alasan ini, tentu saja ada juga para pengikut tren old money yang murni tertarik karena suka terhadap kausalitas dan “kesederhanaan” (tapi tidak murah) mode old money. Dibanding menggunakan baju dengan logo Fendi tercetak dari ujung atas sampai bawah. Ada yang lebih nyaman menggunakan kaos polos dengan logo kecil dan bahan yang nyaman. 

Baru-baru ini saja kita menamainya tren old money. Selama ini sudah banyak yang menggunakan mode ini. Mereka menamainya dengan nama lain seperti timeless fashion dan sebagainya.

Mungkin pertanyaan kritis yang perlu kita sampaikan kepada diri sendiri sebelum mencoba sebuah mode baru – entah apapun itu – adalah, tujuan kita apa? Rasa haus akan apa yang coba kita puaskan dengan mengikuti sebuah tren tertentu? Intinya adalah kita harus selalu sadar dan kritis setiap kali melakukan sesuatu. 

Ifana Tungga

Saat ini aktif sebagai Direktur Program MEREKAM KOTA, sebuah program pengarsipan publik yang diinisiasi SkolMus | Multimedia Untuk Semua. Sehari-hari juga menulis untuk blog pribadinya.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!