Bagi Kami, Imlek Bukan Hanya Tahun Baru, Tapi Momen Dekat dengan Keluarga

Momen Imlek adalah momen yang sangat ditunggu, kami makan sama-sama, sungkem dengan orangtua, dan bertemu keluarga.

Waktu kecil aku selalu menunggu momen tahun baru Imlek. 

Hari itu adalah hari paling menyenangkan, banyak kue, banyak permen, buah, makanan, baju baru, semua keluarga berkumpul dan yang jelas banyak Angpao. 

Sebelum tahun baru Imlek tiba, biasanya kami melakukan beberapa ritual, seperti sembahyang untuk leluhur yang sudah meninggal. Kami sembahyang di rumah. Biasanya sembahyang ini dilakukan sehari sebelum tahun baru Imlek, tapi bisa juga satu minggu sebelumnya. 

Selain itu kami juga akan membersihkan rumah, mengecat tembok, mengganti gorden, pokoknya semuanya harus bersih. 

Karena ketika Tahun Baru Imlek, kita tidak boleh menyapu rumah selama tiga hari karena itu sama dengan mengusir dewa uang yang akan datang berkunjung. 

Sebelum Imlek, kami juga harus potong rambut atau merapikan karena untuk membuang sial dan menyambut tahun yang baru.

Malam sebelum Tahun Baru Imlek, biasanya kita akan makan-makan bersama se keluarga besar. Semua keluarga akan berdatangan, bahkan yang dari luar kota pun akan pulang. 

Menu malam tahun baru yang harus ada adalah sayur tujuh macam, ayam, ikan, kerang dara rebus, babi, Mie dan lumpia. Kalau kami makan kerang, itu biar rezeki gampang terbuka, seperti kita membuka kerang. Ini artinya yang paling banyak membuka rejeki di Tahun depan akan banyak. 

Untuk makan lumpia, biasanya kita harus membungkus sendiri, disediakan kulit dan isi lumpia, agar rezeki tidak lari dan dapat banyak. 

Kalau makan mie nggak boleh dipotong atau putus jadi harus disedot sampai tuntas karena itu melambangkan panjang umur. Makanan pasti berlimpah di hari itu, karena kalau sampai kurang, ini artinya rezeki di tahun depan akan berkurang. Pantang bagi orang Tionghoa sampai kehabisan makanan apalagi bila sedang menjamu tamu atau saudara.

Baca juga: Tak Mudah Hidup Menjadi Perempuan Tionghoa

Paginya kita akan berkumpul di rumah engkong (kakek). Kebetulan engkong dari mama adalah salah satu pendiri Klenteng Kampung Dukuh. Masih melekat dalam ingatanku, rumah engkong penuh dengan kiriman bunga segar dari kenalannya. Kiriman Kue tart juga berlimpah. Aku sering menghitung berapa kotak kue tart yang didapat, pernah sampai dapat 50 kue tart. Karena tidak mungkin bisa menghabiskan semua, maka kami kemudian bagikan kepada tetangga. Aroma wangi bunga memenuhi ruangan dan sangat menyenangkan. 

Engkong dan emak sudah siap duduk. Papa dan mama melakukan pai-kui (memberi hormat dengan berlutut dan kepala menyentuh lantai, seperti sungkem mencium kaki) kepada engkong dan emak. Tapi saat ini jarang sekali orang melakukannya. Lalu mulailah pembagian angpao buat para cucu, anak-anak yang belum menikah dan bekerja.

Setiap tahun baru Imlek, engkong selalu mengeluarkan XO dan membagikan sloki kepada semua cucunya dan diberi sedikit untuk diminum. Lalu kami melakukan foto bersama. Mama dan saudara perempuannya suka sekali foto, hampir setiap tahun selalu melakukan foto bersama. 

Sayang zaman dulu tidak ada media sosial yang bisa upload foto dan menyimpannya. Banyak foto lama yang rusak karena usia atau kena banjir. 

Baca juga: Edisi Khusus Perempuan Muda dan Keberagaman: Ini cerita tentang Tionghoa di Kampung Halamanku

Setelah itu kami mengunjungi sanak keluarga yang lebih tua. Kami yang anak-anak senang sekali itu tandanya akan dapat tambahan angpao. 

Aku sering beradu pendapatan angpao dengan sepupuku, tentu saja aku yang menang karena keluarga papa banyak dan semua selalu memberikan angpao.

Sekarang, ketika para orang tua kami sudah meninggal, kebiasaan mulai banyak yang hilang. mengucapkan Tahun baru imlek lebih banyak kami lakukan lewat WhatsApp, kadang video call dan angpao yang ditransfer. Tidak lagi ada aroma wangi bunga yang semerbak satu rumah, kue tart yang berlimpah. 

Banyak keluarga yang mulai meninggalkan ritual yang biasa dilakukan ketika tahun baru Imlek. Tapi sekarang tahun baru Imlek bisa dirasakan semua orang. Pusat perbelanjaan, hotel, restoran semua mengadakan acara untuk tahun baru Imlek dan yang pasti kita juga bisa merasakan libur bersama.

Sumber foto: Poedjiati Tan

Poedjiati Tan

Psikolog, aktivis perempuan dan manager sosial media www.Konde.co. Pernah menjadi representative ILGA ASIA dan ILGA World Board. Penulis buku “Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Putri.”
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!