Dalam Industri Hiburan, Idol Laki-laki Lebih Diagungkan Dibanding Idol Perempuan

Para penggemar atau fans selama ini lebih mengglorifikasi idol laki-laki dibandingkan idol perempuan.

Sudah jadi rahasia umum, jika para penggemar idola K-Pop, J-Pop, atau artis-artis luar, sangat memuji secara berlebihan para idol laki-laki. 

Umumnya mereka mengglorifikasi para idol laki-laki walaupun idolanya ini melakukan kesalahan, seperti melakukan kekerasan.

Dalam industri hiburan, para idola pasti ingin menunjukkan performa yang terbaik untuk penggemarnya, baik di depan layar maupun di belakang layar. Penggemar atau fans akan setia mengikuti kegiatan para idol nya dan mulai memuji-muji mereka.

Misalnya saja para fans K-Pop suatu grup mengikuti acara-acara idol nya di suatu variety show, reality show, dan tayangan-tayangan lainnya yang memiliki kesinambungan dengan idola mereka. Suatu kebiasaan bahwa para penggemar penasaran akan kehidupan sang idol dan mulai menelusuri jejaknya. 

Tapi seperti sudah jadi kebiasaan, ketika para fans menerapkan standar ganda terhadap idolanya yang laki-laki. Seperti ketika melihat idola laki-laki adalah segalanya, tidak penting jika idol tersebut memiliki kesalahan, akan terus dipuja oleh fans nya. Namun, jika ada idol perempuan yang memiliki kesalahan minor, masyarakat akan berbondong-bondong menyudutkan dan menjatuhkan mental idol perempuan tersebut.

Baca Juga: JKT48 dan Kerentanan Artis Perempuan di Industri Idola

Budaya membenci idol yang perempuan ini misoginis dan banyak tertanam di para warganet dan umumnya  tidak banyak yang menyadari hal ini. 

Padahal menyudutkan dan menyalahkan idol perempuan adalah tindakan yang keliru sebab tidak adanya landasan yang mendasari kesalahan terhadap perempuan yang dituju.

Budaya misoginis inilah yang akhirnya melahirkan protes dari para perempuan. Di dunia hiburan Korea Selatan, banyak idol perempuan yang secara terang-terangan membaca buku atau menunjukkan bahwa perempuan juga berhak setara. Namun, lagi-lagi bentuk perlawanan inilah yang justru melahirkan hujatan kembali dari para penggemar. 

Di Korea Selatan, budaya misoginis dan patriarki ini masih tinggi, sehingga banyak laki-laki atau bahkan perempuan tidak menyukai tindakan-tindakan feminis yang sedang berjuang terhadap kesetaraan.

Sama halnya di Indonesia, jika anak perempuan bangun tidur terlalu siang, pasti akan dimarahi, tetapi jika anak laki-laki bangun kesiangan akan dinormalisasi. Pemberian privilege inilah yang tidak adil kepada perempuan. 

Kultus pada Idola

Sebagian besar para idol umumnya memiliki masa lalu yang biasa-biasa saja, atau layaknya remaja tanggung pada umumnya. Namun, hanya segelintir atau beberapa orang yang memiliki masa lalu yang cukup gelap hingga kontroversial, seperti Lucas eks NCT.

Baru-baru ini media sosial dikejutkan dengan kembalinya Lucas, mantan NCT ke layar massa. Sebagian menganggap kabar ini baik, tetapi sebagian lagi kabar ini merupakan kabar buruk. Pasalnya, Lucas sebelumnya telah hiatus selama tiga tahun karena menyangkut masalah di masa lalunya yang cukup kontroversial. 

Namun, meski skandal yang dibarengi dengan sejumlah bukti yang kuat, penggemar setia dari Lucas masih menyukainya dan membelanya. Kejadian Ini juga kerap sering terjadi di industri hiburan  K-Pop, dan bahkan gerakannya jauh lebih ganas. Jang Won-Young merupakan idol girl group IVE asal Korea Selatan yang masih saja terus diperbincangkan mengenai cara ia menyantap hidangan. Dalam tayangan reality show, para anggota IVE tengah sedang makan bersama dan para warganet tidak menyukai cara Won-Young menikmati hidangannya. 

Warganet melihat cara makan Won-Young terlihat berbeda, dan hal itu membuat warganet geram dan tidak menyukainya. Hanya dengan cara makan yang berbeda dengan anggota lain, Won-Young memiliki ribuan ujaran kebencian pada kolom komentar di setiap konten yang menyangkut dirinya. Disebut-sebut sebagai pick me girl, sebutan kepada perempuan yang ingin berbeda sendiri dan menjadi sorotan dunia laman konotasi yang negatif. Disebut-sebut sok imut, dan ujaran kebencian lainnya hingga benci merangkap ke hal yang personal. Padahal, ia hanya menyantap hidangannya dengan caranya sendiri. 

Baca Juga: Feminisme Sulit Diperjuangkan di Korea, Namun Idola K-Pop Tetap Kampanye Lewat Karya Mereka

Seperti halnya dengan idol perempuan Korea Selatan yang tidak sengaja mengucapkan kalimat mengumpat kala sedang live bersama penggemar. Dari mengumpat itulah membuat titik awal pemicu penggemar untuk memaki-maki para idol perempuan. Dikatakan bahwa itu tidak pantas dilakukan oleh seorang idol. 

Namun, jika idol laki-laki yang mengumpat dan bahkan sengaja berkata kasar dalam ucapan atau lirik lagunya, justru hal tersebut menuai pujian dari penggemar, dikatakan bahwa itu adalah sebuah kemajuan untuk terlepas dari kekangan agensi dan terlihat savage

Contoh lain juga ada di Indonesia. Yaitu ketika artis, Saipul Jamil yang telah melakukan kekerasan seksual terhadap anak laki-laki, keluar dari penjara. Apa yang terjadi? Para penggemarnya justru mengadakan selebrasi kepada pelaku kekerasan seksual kala Saipul Jamil telah dibebaskan dari bui.

Diberi kalung bunga, disalami, dikawal, hingga masuk TV. Hal-hal normalisasi inilah yang harus segera disadari dan dihentikan. Tidak seharusnya untuk memberi ruang panggung kepada pelaku kekerasan, terlebih memuja-muja mereka.

Hal ini membuat hati teriris, bagaimana perasaan korban jika melihat sosok “penjahat” yang melukainya diarak dengan meriah? Bagaimana kondisi korban ketika pelaku masih bisa bertemu sapa dengan penggemar ketika kembali lagi setelah hiatus? Alih-alih membiarkan hal sepele terhadap kebiasaan idol perempuan, justru malah dicela dan diributkan dengan besar.

Kondisi inilah yang harus diakhiri karena mengkultuskan idol sama saja memuja tanpa didasari rasa kritis.

Aqeela Ara

Mahasiswa Universitas Multimedia Nusantara (UMN) yang kini magang sebagai reporter di Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!