Pada lebaran 2024 ini, Konde.co menampilkan kehidupan Pekerja Rumah Tangga (PRT). Ada yang tetap bekerja infal, dan jauh dari kampung halaman
Saya Suwarni, seorang pekerja rumah tangga (PRT) yang sudah berpuluh tahun kerja di Jakarta.
Bersama suami dan keempat anak, Saya mengontrak di rumah petakan di kawasan Cipete Selatan. Ayah saya yang dari Ngawi, Jawa Timur, baru kemudian tinggal bersama kami saat Ia mengalami sakit stroke pada 2019 lalu. Dikontrakkan sederhana itu, kami sampai sekarang tinggal bertujuh.
Sejak lima tahun itulah, kami bertujuh tidak pernah lagi mudik lebaran ke kampung halaman. Meskipun, masih ada sanak saudara di sana.
Seperti bertahun-tahun sebelumnya, lebaran tahun ini kami juga memutuskan tidak mudik. Alasan utamanya, ongkos besar yang kami perlukan untuk mudik lebaran. Per orang, kami minimal harus membayar tiket bis yang mahal saat momen lebaran. Kisaran Rp 600-700 ribu untuk kelas ekonomi.
Baca Juga: Akhirnya Bisa Pulang Kampung Saat Lebaran: Namaku Siti, dan Ini Ceritaku Sebagai PRT
Anggota keluarga kami berjumlah 7 orang, jadi untuk tiket pulang pergi setidaknya kami membutuhkan Rp 5-10 juta. Dana tersebut belum termasuk pengeluaran untuk kebutuhan kami setelah sampai di Kampung nanti.
Belum lagi, pulang kampung berarti kita harus siap dengan pengeluaran yang besar. Mulai dari membeli oleh-oleh untuk sanak keluarga sampai angpau keponakan serta anak tetangga.
Kebutuhan bahan pokok hari-hari ini, saya rasakan juga semakin tinggi harganya. Mau tak mau, kami juga harus bekerja lebih keras agar cukup memenuhi kebutuhan. Apalagi, anak-anak masih sekolah.
Libur lebaran tahun ini, saya memutuskan untuk tetap bekerja. Bukan hanya senin sampai jumat, saya bahkan bekerja di akhir pekan untuk mendapat lembur. Meskipun tidak penuh, karena majikan saya akan melakukan perjalanan bisnis ke luar negeri lebaran nanti.
Di rumah majikan itu, saya memiliki tanggung jawab untuk mengurusi keperluan rumah. Bersih-bersih, sesekali masak, menjaga rumah dan menjaga hewan peliharaan.
Pada sela-sela bekerja sebagai PRT, saya harus bergantian dengan suami yang bekerja sebagai ojek online untuk menjaga ayah kami yang sedang sakit. Juga merawat anak-anak kami, yang salah satunya adalah down syndrome.
Baca Juga: Tak Bisa Pulang Kampung, Ongkos Mahal, Kami Jadi PRT Infal Saat Lebaran
Meski tak bisa mudik, kami sekeluarga tetap berusaha menikmati momen bersama lebaran di Jakarta. Kami biasanya masak bersama dan saling bersilaturahmi dengan kerabat dan sahabat.
Seperti tahun lalu, saya akan begitu senang jika rumah kami didatangi oleh teman-teman anak saya. Banyak dari mereka yang justru berbeda agama dan berasal dari etnis Tionghoa. Kami merayakan lebaran bersama, indahnya toleransi.
Tak apa tahun ini kami tak mudik. Semoga lebaran tahun-tahun ke depan, kami punya kesempatan untuk mudik bersama ke kampung halaman.