Laki-Laki “Dibalik” Perempuan Wapres Terpilih Amerika Kamala Harris

Laki-laki dibalik wakil presiden. Walaupun kalimat ini bukan kalimat yang tepat, tapi paling tidak ini bisa menyingkirkan kalimat tentang: bahwa perempuan selalu berada di balik kesuksesan laki-laki, hal-hal yang selalu disematkan pada perempuan yang suaminya bekerja sebagai pejabat publik. Namun bagi Wakil Presiden terpilih Amerika Serikat, Kamala Haris, ia telah mengkoreksi kalimat ini, bahwa perempuan tak lagi berada di belakang laki-laki.

Kamala Harris mencetak sejarah sebagai perempuan pertama yang diproyeksikan sebagai wakil presiden AS terpilih. Artinya, suaminya, Doug Emhoff, akan menjadi “second-gentleman” alias “suami wakil presiden” Amerika yang pertama di Gedung Putih.

Doug Emhoff, suami wakil presiden-terpilih Amerika Serikat Kamala Harris, mencetak sejarah sebagai laki-laki pertama yang akan memegang peran pasangan wakil presiden Amerika.

Sarah Rowley, lektor Sejarah di Universitas DePauw mengatakan hal itu merupakan langkah besar dalam perjuangan kesetaraan gender, tetapi juga menunjukkan masih begitu banyak upaya yang harus dilakukan.

“Ini mencerminkan kemajuan yang dibangun di atas puluhan tahun tantangan feminis terhadap peran gender yang dibatasi,” ujar Sarah.

“Namun, (hal ini) juga menunjukkan seberapa jauh lagi kita harus melangkah untuk mencapai keadilan gender, mengingat ini adalah pertama kalinya kita berada dalam situasi ini: 232 tahun setelah pemilihan presiden pertama, seratus tahun sejak diberlakukannya Amandemen ke-19, dan 36 tahun setelah perempuan dicalonkan sebagai capres dan cawapres dari partai besar,” imbuhnya.

Emhoff adalah laki-laki keempat yang menjadi pasangan dari calon presiden (capres)/calon wakil presiden (cawapres) perempuan dari partai besar di Amerika. Sebelum pasangan calon (paslon) Biden/Harris, ada paslon Walter Mondale/Geraldine Ferraro pada 1984, John McCain/Sarah Palin pada 2008, dan Hillary Clinton/Tim Kaine pada 2016.

Matthew Schimdt, lektor Keamanan Nasional dan Ilmu Politik di Universitas New Haven mengatakan Emhoff mematahkan prasangka dalam banyak hal.

“Emhoff akan mengundurkan diri dari pekerjaannya, sesuatu yang biasanya dan memang telah dilakukan para pasangan presiden dan wapres. Penting juga untuk dicatat bahwa Jill Biden (istri Presiden AS terpilih, Joe Biden.red) akan tetap menjalankan profesinya. Emhoff bukan orang Kristen. Ia penganut agama Yahudi, itu juga merupakan yang pertama kalinya terjadi,” papar Matthew.

Matthew menambahkan pernikahan dalam usia matang setelah perceraian menyatukan anak-anak dari keluarga dengan latar belakang ras dan agama yang berbeda.

“Dari kebersamaan keluarga baru ini, muncullah sosok wakil presiden yang menjadi seorang ‘momala,’” ujar Matthew.

“Momala,” kata Harris, adalah panggilannya dari anak-anak tirinya, yang mencampurkan kata “Mama” dan “Kamala.”

Pekan lalu, Harris mencuit foto dirinya dan Emhoff tersenyum pada malam Joe Biden diumumkan sebagai pemenang pilpres. “Kenalkan, cinta dalam hidup saya,” cuitnya kepada 11,5 juta pengikutnya di Twitter.

“Emhoff benar-benar mendalami perannya dalam keluarga. Penampilannya di muka umum selama masa kampanye menyoroti rasa cintanya bagi Kamala Harris, mereka banyak berfokus pada kisah cinta mereka dan perannya sebagai seorang ayah dan suami,” tutur Sarah.

Harris dan Emhoff bertemu pada 2013 dan menikah setahun kemudian. Pernikahan itu adalah yang pertama bagi Harris dan yang kedua bagi Emhoff. Saat mereka menikah,anak-anak Emhoff sudah berusia 20-an tahun. Sejauh ini, pria berusia 56 tahun itu belum banyak berbicara tentang isu apa saja yang akan diperjuangkannya sebagai seorang suami wapres.

“Perkiraan saya, berdasarkan apa yang ia lakukan selama kampanye bahwa ia sosok yang tidak banyak bicara selama kampanye, dan saya menduga ia juga memilih tidak akan banyak bicara di Gedung Putih nanti,” kata Matthew.

Sementara banyak orang menyebut Harris sebagai sosok panutan, Emhoff juga bisa dilihat dari kacamata yang sama dalam hal memprioritaskan karier sang istri di atas kariernya sendiri. [rd/ft]

(Foto: Rmol.id)

(Sumber: Voice of America)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik. Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!