Yang Perlu Kamu Tahu: Apakah Cedaw dan Siapa Perempuan Indonesia Di Komite CEDAW?

Ada 4 perempuan Indonesia yang pernah duduk di Komite CEDAW atau Komite Anti Diskriminasi Terhadap Perempuan Internasional, mereka adalah Ida Soakaman, Pudjiwati Sajogyo, Sunaryati Sastrowardoyo Hartono dan Sjamsiah Achmad. Siapakah mereka?

Apakah itu CEDAW dan apa implikasinya bagi perempuan di dunia?

CEDAW merupakan sebuah konvensi perempuan yang diinisiasi Persatuan Bangsa-Bangsa (PBB), CEDAW terlahir untuk menghapus Segala Bentuk Diskriminasi Terhadap Perempuan atau disebut juga Konvensi CEDAW (Convention On The Elimination of All Forms Discrimination Against Women).

CEDAW terjadi ketika komitmen internasional untuk menghapuskan segala bentuk diskriminasi terhadap perempuan sudah digulirkan setelah Perang Dunia II.

Konvensi CEDAW berlaku pada 3 September 1981, setelah 20 negara meratifikasinya atau menjadikan Konvensi CEDAW sebagai bagian dari hukum nasionalnya. Pada 1982 terbentuklah Komite CEDAW yang terdiri dari 23 ahli independen tentang hak asasi perempuan dari berbagai negara.

Pemerintah Indonesia pada tahun 1984 kemudian meratifikasi CEDAW. Kemudian ratifikasi ini tertuang melalui Undang-Undang Nomor 7 tahun 1984. Setelah meratifikasinya, maka pemerintah berkonsekuensi untuk melaksanakan konvensi ini, yaitu pemerintah harus menjamin agar tidak terjadi diskriminasi terhadap perempuan di bidang sipil, politik, ekonomis, sosial dan budaya. Intinya prinsip non-diskriminasi harus menjadi landasan pemerintah dalam merancang kebijakan, program dan pelayanan publik untuk perempuan

Siapakah Perempuan Indonesia Anggota Komite CEDAW?

Kiprah perempuan Indonesia di PBB khususnya di komite CEDAW dimulai sejak tahun 1987, dan kita mengenal 4 (empat) nama di Komite CEDAW, yang mungkin tidak banyak diketahui publik.

Berikut ini 4 (empat) nama perempuan Indonesia yang pernah menjadi anggota Komite CEDAW, mereka terpilih karena keahliannya dalam bidang hak asasi perempuan:

1.Ibu Ida Soakaman

Ida Soakaman menjadi anggota Komite CEDAW pada tahun 1987, namun Ibu Ida Soakaman meninggal karena kecelakaan sebelum sempat datang ke New York.

2.Prof.Dr. Ir. Pudjiwati Sajogyo

Ibu Pudjiwati Sajogyo menjadi anggota Komite CEDAW untuk periode 1987 – 1990, ditunjuk menggantikan Ibu Ida Soakaman. Ia merupakan profesor dan guru besar sosiologi pedesaan Institute Pertanian Bogor. Prof. Pudjiwati mrupakan pionir untuk studi perempuan pedesaan dan sekaligus pionir penggagas Pusat Studi Wanita di beberapa perguruan tinggi di Indonesia. Saat dipilih menjadi anggota Komite CEDAW, Ibu Pudjiwati menjabat sebagai staf ahli Menteri Negara Urusan Peranan Wanita periode 1986 – 1993. Setelah itu beliau menjabat sebagai  Anggota Dewan Riset Nasional (DRN) periode 1994-1999. Istri dari Prof. Sajogyo ini meninggal pada tahun 2002 di usia 73 tahun.  

3.Prof.Dr. Sunaryati Sastrowardoyo Hartono, SH

Ibu Sunaryati menjadi anggota Komite CEDAW untuk periode 1995 – 1998. Prof. Sunaryati merupakan profesor bidang hukum. Sebelumnya, Ibu Sunaryati merupakan praktisi hukum, pernah sebagai advokat, jaksa dan pernah menjadi ketua BPHN. Terakhir, pada tahun 2000 Prof. Sunaryati menjabat sebagai wakil ketua Ombudsman Indonesia.

4.Ibu Sjamsiah Achmad

Ibu Sjamsiah menjabat anggota Komite CEDAW untuk periode 2001-2004. Sebelum menjadi anggota Komite CEDAW, ibu Sjamsiah aktif sebagai peneliti LIPI dan kemudian berkarir di PBB dari OThce for Science and Technology United National, New York.

Kemudian ia pindah ke bagian Non-Governmental Organizations (NGO) Unit, OThce of The Under Secretary General (1982—1983).Berikutnya, pada tahun 1983 Ibu Sjamsiah mendapat tugas ke Wina, Austria sebagai program officer di Branch for the Advancement of Women, Center for Social Development and Humanitarian Affairs UNOV (United Nations OThce Vienua), pada tahun 1986—1988.

Itulah 4 (empat) nama perempuan yang sudah berkiprah di dunia internasional untuk penghapusan diskriminasi terhadap perempuan. Semoga, semakin banyak perempuan Indonesia yang berkiprah di dunia internasional dan turut menyumbangkan pemikiran dan tenaga bagi pemajuan hak asasi perempuan di dunia dan Indonesia.

(Referensi: Dari berbagai sumber)

Poedjiati Tan

Psikolog, aktivis perempuan dan manager sosial media www.Konde.co. Pernah menjadi representative ILGA ASIA dan ILGA World Board. Penulis buku “Mengenal Perbedaan Orientasi Seksual Remaja Putri.”
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!