Solidaritas Perempuan: Hentikan Kekerasan dan Perampasan Kehidupan Perempuan di Wadas

Perjuangan Warga Wadas mempertahankan sumber hidup dan kehidupannya direspon dengan kekerasan oleh negara. Pengerahan ribuan personel Polri dan kriminalisasi yang dialami warga menjadi teror yang dilakukan negara terhadap perempuan

Solidaritas Perempuan mengecam kekerasan dan perampasan sumber kehidupan perempuan di Wadas.

Hari ini, ribuan polisi masuk ke Desa Wadas dengan senjata lengkap. Kehadiran mereka menimbulkan goncangan dan trauma bagi warga, terlebih dengan penangkapan setidaknya 60 orang warga dan pendamping, termasuk di antaranya perempuan dan anak-anak yang sampai saat ini masih ditahan.

Polisi menurunkan banner protes penolakan tambang batu andesit yang menjadi ekspresi perlawanan warga. Mereka juga sempat mengambil paksa alat pertanian dan pisau-pisau yang biasa digunakan untuk menganyam besek.

Pernyataan Gubernur Jawa Tengah, Ganjar Pranowo yang mengatakan bahwa polisi yang datang tak lepas dari menjaga situasi keamanan dan ketertiban masyarakat bertentangan dengan fakta terjadinya pengepungan, penangkapan warga dan pendamping, intimidasi serta kekerasan yang dilakukan aparat di Desa Wadas.

Solidaritas Perempuan yang melakukan pendampingan pada para perempuan di Wadas menyatakan dalam pernyataan pers yang diterima Konde.co, penolakan dari Masyarakat Wadas, terutama perempuan atas penambangan Bendungan Bener sudah dimulai sejak tahun 2015. Bagi mereka, tanah adalah ibu, darah daging mereka: sumber kebahagiaan, sumber keselamatan dan sumber kebijaksanaan hidup. Maka, proyek penambangan batuan andesit dan Bendungan Bener akan menjadi petaka.

Menganyam besek menjadi simbol perlawanan perempuan yang bertekad mempertahankan vegetasi bambu yang terancam proyek penambangan. Menganyam juga mencerminkan tradisi yang dijaga oleh perempuan Wadas dalam merajut kebersamaan dan perjuangan merawat alam, termasuk menjaga ketersediaan air.

“Kehadiran aparat hari ini di bumi Wadas menunjukkan bahwa negara tidak hadir untuk pemenuhan hak dan kesejahteraan warganya, melainkan untuk merampas kehidupan warga.”

Untuk itu Solidaritas Perempuan menyerukan untuk menghentikan intimidasi dan kekerasan di desa Wadas dan kembalikan barang milik warga yang dirampas paksa oleh polisi.

Solidaritas Perempuan meminta polisi untuk menarik mundur pasukan Polri dari desa Wadas. Lalu meminta polisi membebaskan warga dan pendamping yang ditangkap paksa oleh Polsek Bener, menghentikan pengukuran tanah yang dilakukan oleh Tim Pengukur dari Kantor Pertanahan Purworejo dan rencana pertambangan di Desa Wadas, Bener, Purworejo dan pemulihan trauma warga, terutama perempuan dan anak-anak

(Foto: Solidaritas Perempuan)

Tim Konde.co

Konde.co lahir pada 8 Maret 2016 untuk mengelola ruang publik dari sudut pandang perempuan dan minoritas sebagai bagian dari kesadaran dan daya kritis, menghadirkan penerbitan artikel di website, produksi video/ film, dan informasi/ pengetahuan publik.Kini dikelola oleh individu-individu yang mempunyai kesamaan dalam memandang perempuan dan minoritas.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!