Kalau Gak Mudik Kangen, Mudik Dikejar Pertanyaan “Kapan Nikah?”

Secuil balada perempuan single rantau yang memutuskan untuk mudik dan menghadapi pertanyaan-pertanyaan ‘ajaib’ kapan nikah saat lebaran. Tenang, tak perlu diambil pusing. Tetap chill dan nikmati momen kebersamaan bersama keluarga dan orang-orang tercinta!

Beberapa pekan jelang Lebaran, Riri (27) biasanya sudah memesan tiket kereta api mudik ke kampung halamannya, di sebuah kecamatan di Jawa Timur. Momen setahun sekali mudik Lebaran, tentu tak bisa dilewatkan Riri yang sudah sejak 2017 merantau ke Jakarta. 

Dia selalu kangen momen berkumpul bersama keluarga dan saudara, tentu saja bersama ketupat dan opor yang menggoda selera. Pokoknya, gak bisa kalau gak mudik, dia rindu kampung halaman. 

Tapi, dua tahun lebaran ini rasanya cukup berbeda bagi Riri. Ada perasaan cemas dan deg-degan saat dia memutuskan untuk pulang kampung. Apalagi, membayangkan ketika berkunjung ke sanak keluarga hingga tetangga, sudah mulai deras mengalir pertanyaan-pertanyaan ‘ajaib’ yang bikin Riri mengkerut. Salah satunya “kapan nikah?” 

“Kalau di kampungku kan, usia se-aku itu ya udah pada nikah kali ya. Apalagi, temen-temenku yang perempuan itu, bisa dihitung jari yang belum nikah. Lainnya udah pada punya anak balita,” ujar Riri kepada Konde, Kamis (28/4/2022).

Sebagai perempuan, Riri bilang, pertanyaan ‘kapan nikah’ itu lebih sering ditujukan. Dibandingkan kepada teman-teman sebayanya yang laki-laki. Kebanyakan mereka, mendapatkan “pemakluman” karena masih harus kerja atau fokus mengumpulkan modal untuk masa depan. Padahal kita tau ya, kalau kultur seperti ini patriarkis banget dan mesti didobrak.

“Aku pernah dikatain intinya, ya elah, jadi perempuan sibuk mengejar karir di kota banget ngapain sih. Ingat umur. Padahal kan ya, umur segini masih terbilang muda juga, dan ngapain ribet ngurusin hidup orang,” imbuhnya.

Kalau sudah begitu, perempuan kelahiran 1995 itu, memilih untuk ‘menebalkan muka’ saat berhadapan dengan pertanyaan ‘ajaib’ kapan nikah yang datang pada saat lebaran. Dia biasanya hanya melemparkan senyum atau membalasnya dengan basa-basi ‘ya besok, kalau gak hujan’ atau ‘kalau gak sabtu ya minggu’. 

“Kalau lagi sabar, ya minta didoain aja. Mau nikah atau enggak, mau kapan waktunya, ya itu kan masing-masing. Gak perlu ambil pusing,” katanya.

“Kode-kode” dari Keluarga

Pengalaman mendapat pertanyaan ajaib ‘kapan nikah’ juga pernah dialami oleh Ata (28) sejak lebaran tahun lalu. Kali ini, datang dari kedua orang tuanya yang melemparkan “kode-kode” dan candaan untuk anak perempuannya itu segera menikah. 

“Mamah aku tahun lalu itu udah ngomong, Kakak gak pengen nikah? Gak ada rencana apa nikah?” cerita Ata lewat pesan suara, Selasa malam (26/4/2022) kemarin. 

Hal yang cukup menggelitik bagi Ata, saat Papanya juga ikut melemparkan candaan kepadanya. Intinya, kenapa anak sekarang seperti halnya Ata, yang tak kunjung menikah. Padahal, segala kemudahan teknologi informasi dan komunikasi sudah serba mudah. Tak seperti era generasi boomers dulu. 

“Tiba-tiba ngomong, sekarang kan jamannya sudah canggih ada internet, Papa kira jaman sekarang itu gampang cari jodoh. Tapi kok anak Papa kayaknya belum ada-ada,” Ata menirukan ucapan Papanya sambil tertawa. 

Menanggapi itu, Ata pun memilih merespons dengan santai dan candaan. Baginya, urusan jodoh itu gak bisa diburu-buru. Dia juga gak mau hanya karena standar atau tuntutan sosial dan keluarga yang “harus cepat nikah” atau “nikah di usia segini”, menjadikan dirinya sembrono dalam memilih pasangan. 

“Untuk berani dan sampai ke tahap orang tua itu kan kita pengen benar-benar filter dulu, yakin dulu sama diri sendiri, baru bawa ke orang tua,” imbuhnya. 

Ata memilih tak memikirkan serius soal ‘pertanyaan ajaib’ dari keluarganya itu. Termasuk saat momen lebaran tahun ini. Alih-alih menjawab dengan emosi dia memilih untuk meminta doa orang tuanya. Lagian, momen lebaran baginya akan sangat sayang jika digunakan hanya cemas memikirkan pertanyaan-pertanyaan itu. 

Terlebih, perempuan yang kini merantau di Jakarta itu sudah bertahun-tahun tinggal jauh dari keluarga. Mulai dari saat kuliah di Bandung, bekerja di Malaysia, hingga saat ini di Ibu Kota. 

“Dilema juga memang buat aku, salah satu jadi faktor kenapa meskipun WFH tapi aku gamau terlalu lama di kampung halaman … tapi itu bukan hal yang terus-terusan perlu kita pikir dan buat gak bisa silaturahmi sama keluarga. Pokoknya minta aja doa yang banyak,” ujar perempuan lulusan kuliah S1 tahun 2017 itu. 

Hempaskan Omongan Tetangga, Nikmatin Momen Lebaran!

Pertanyaan “kapan nikah?”, juga pernah didapatkan Putri (28) dari para tetangga atau sanak saudara jauh di momen lebaran. Perempuan asal Cimahi, Jawa Barat ini, menganggapnya sebagai ‘angin lalu’ sebagai cara orang untuk basa-basi atau sekadar menanyakan kabar kehidupan. 

“Aku sih berpikiran positif aja, toh keluarga jauh atau tetangga relatif lama gak ketemu, kalau misalnya keluarga dekatku gak terlalu gimana sama jodoh, gak terlalu dipaksain harus nikah usia segini, lebih ke soal kabar kerjaan aja,” katanya kemarin malam. 

Putri yang dua tahun lalu tidak mudik ini, mengaku rindu sekali kampung halaman. Dia ingin menikmati momen bareng keluarganya di rumah. Sekaligus menikmati suasana lebaran yang syahdu, seperti sholat ied bersama, sungkeman orang tua, makan ketupat bersama hingga berkunjung ke rumah sanak saudara. 

Makanya, dia tak mau momen itu berkurang maknanya, hanya karena memusingkan pertanyaan-pertanyaan yang semestinya urusan personal. Untuk menghilangkan rasa tertekannya, Putri memilih untuk menjadikan itu sebagai sebatas gurauan.

“Paling simpel, jawab aja, yaudah tunggu saja undangannya atau sekalian bantuin dong promosiin, ada yang bisa dikenalin gitu? Pokoknya, jangan dianggap pertanyaan itu menghilangkan makna fitrah idul fitri. Tujuan kita kan silaturahmi, jangan sampai memutus silaturahmi atau dendam baru karena baru saja maaf-maafan,” pungkasnya. 

Berkaca dari pengalaman ketiga perempuan, Riri, Ata dan Putri, memang tak bisa dipungkiri terkadang “pertanyaan-pertanyaan ajaib” seperti kapan nikah berdatangan saat lebaran. Tapi, gak usah khawatir, nilai kita sebagai perempuan gak cuma dilihat dari status pernikahan kok! 

Kamu masih bisa terus berkarya dan berdaya dengan apapun yang saat ini kamu lakukan. Tetap semangat yaa!

Nurul Nur Azizah

Bertahun-tahun jadi jurnalis ekonomi-bisnis, kini sedang belajar mengikuti panggilan jiwanya terkait isu perempuan dan minoritas. Penyuka story telling dan dengerin suara hujan-kodok-jangkrik saat overthinking malam-malam.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!