Susah Payah Kerja, Ditinggal Suami Begitu Saja: Ina PRT Korban KDRT

Ina adalah Pekerja Rumah Tangga (PRT) yang bekerja di luar negeri setelah ia kena KDRT yang dilakukan suaminya. Ina tetap mengirim uang tiap bulan untuk anak dan suami, sampai kemudian suami meninggalkannya begitu saja.

Ini adalah cerita temanku. Temanku bernama Ina, usianya 26 tahun. Ia tinggal di daerah Depok. Pada tahun 2013 ia menikah dengan seorang laki-laki umur 28 tahun, sebut saja namanya Tito, sedangkan Ina waktu itu umurnya masih 17 tahun. Mereka sama sama-masih sendiri alias lajang ketika bertemu.

Awal mula pertemuan mereka di kenalin sama teman,  Tito bilang mau ajak Ina makan bakso.

“Ayo makan bakso nanti aku traktir.”

Awal ketemunya,Ina menunggu di tempat duduk di pinggir jalan, hingga akhirnya ada dua orang  laki-laki nyamperin Ina. Ina kaget dan mau lari saja ,tapi salah satu laki-laki itu mencegahnya agar Ina tidak buru buru pulang. Lalu laki-laki yang kemudian mengenalkan diri sebagai Tito itu mengutarakan maksudnya untuk serius membina hubungan. Ina pun tidak langsung menerimanya. Ia berpikir selama 7 hari dan ia akhirnya menerima maksud baik Tito

Satu tahun mereka saling mengenal satu sama lain, dan pada akhirnya mereka memutuskan untuk menikah. Setelah 2 bulan menikah Ina hamil lalu melahirkan. Namun di usia anaknya 1,5 tahun, mereka bertengkar hebat.  

Ina kemudian mengalami Kekerasan Dalam Rumah Tangga/ KDRT, Tito ternyata sangat ringan tangan dan Ina sering ditonjok,di tendang, kepala di jedotin ke tembok. 

Sampai ia kemudian memberanikan diri pergi ke luar negeri menjadi Pekerja Migran Indonesia/ PMI.  Selama 2 tahun Ina bekerja disana dengan hasil kerja kerasnya yang selalu dikirimkan untuk Tito dan anaknya. Namun hasil dari kerjanya ini habis digunakan untuk biaya hidup anaknya dan Tito.

Kemudian 2 buah sepeda motor pun juga di jual oleh Tito, alhasil Ina pulang ke Indonesia tidak punya apa apa. 

Setelah pulang ke Indonesia, Ina lalu bekerja sebagai PRT di perumahan sambil membawa anaknya. Tahun berganti tahun, rumah tangga mereka berjalan seperti biasa, walaupun serba kekurangan.

Lalu tiba waktunya setelah beberapa saat kemudian, Ina dipercaya lagi oleh Tuhan untuk hamil lagi. Lalu Ina memutuskan untuk berhenti bekerja,dari situ ekonomi mulai carut marut sampai mereka pernah kelaparan, dan Ina pun tidak mau berpangku tangan.

Di tahun 2021 sampai sekarang, Tito kemudian pergi meninggalkan Ina bertiga dengan anak-anaknya tanpa memberikan nafkah. Ina harus menafkahi dirinya dan kedua anaknya agar bisa bertahan hidup.  

Kadang mereka dikasih sembako dari orang tua teman sekolah anak, kadang Ina diminta tolong oleh majikan untuk mencarikan PRT untuk tetangga dan ia dapat uang imbalan seikhlasnya. Ada juga yang butuh tenaganya untuk satu kali bersih-bersih rumah dan dapat bayaran hari itu juga.

Ingin rasanya aku bekerja kembali untuk mendapatkan penghasilan yang lebih baik agar kehidupannya bisa layak,tapi apa hendak di kata, tidak ada yg bisa dititipkan anak, anak sulung  berumur 8 tahun 6 bulan kelas 2 sekolah dasar, dan anak kedua masih Balita umur 2,5 tahun.

Ina kesana kemari mencari pekerjaan,dan tidak ada yang mau menerima karena majikan keberatan jika Ina bekerja dengan bawa anak

Ina berharap pemerintah menyediakan jasa pengasuh anak secara gratis bagi para pekerja yang tidak sanggup membayar jasa penitipan anak 

KEDIP atau Konde Literasi Digital Perempuan”, adalah program untuk mengajak perempuan dan kelompok minoritas menuangkan gagasan melalui pendidikan literasi digital dan tulisanTulisan para Pekerja Rumah Tangga (PRT) merupakan kerjasama www.Konde.co yang mendapat dukungan dari Jaringan Nasional Advokasi Pekerja Rumah Tangga (JALA PRT)

Mulyani

Bekerja sebagai pekerja rumah tangga (PRT)
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!