Narges Mohammadi (foto: Instagram @narges_mohamadi_51)

Aktivis Perempuan Iran Narges Mohammadi Raih Nobel Perdamaian 2023

Penghargaan yang diraih aktivis perempuan Iran, Narges Mohammadi jadi simbol dukungan atas perjuangannya dalam melawan penindasan terhadap perempuan di Iran.

Narges Safie Mohammadi, aktivis hak-hak perempuan Iran yang tengah menjalani hukuman 12 tahun penjara, baru saja mendapat Hadiah Nobel Perdamaian 2023. 

Dia memenangkan penghargaan atas perjuangannya melawan penindasan terhadap perempuan di Iran. Serta kontribusinya untuk mempromosikan hak asasi manusia (HAM) bagi semua orang. Selama ini juga dia getol mengkampanyekan penghapusan hukuman mati dan perbaikan kondisi penjara di Iran. 

Adanya Hadiah Nobel Perdamaian ini, Narges Mohammadi bilang, menjadi pelecut semangatnya untuk lebih tangguh, bertekad, penuh harapan, dan antusias dalam mempercepat langkahnya dalam perjuangan.  

“Saya tidak akan pernah berhenti berjuang untuk mewujudkan demokrasi, kebebasan dan kesetaraan,” ujar Narges dalam pernyataan tertulisnya usai pengumuman penghargaan, dikutip The Guardian. 

Organisasi HAM Front Line Defenders menyebut, pemenjaraan Narges selama 12 tahun di penjara Evin di Teheran, akibat tuduhan terhadapnya termasuk menyebarkan propaganda melawan negara. 

Selama di penjara, Narges diketahui juga aktif melakukan aktivismenya. Dia memperingatkan protes nasional dengan menerbitkan surat-surat tentang keadaan penjara. Juga situasi pusat penahanan serta kekerasan terhadap narapidana dan tahanan. 

Salah seorang tahanan berkewarganegaraan Inggris-Iran yang berbagi sel penjara dengannya, Nazanin Zaghari Ratcliffe mengatakan, dirinya turut senang untuk Narges atas penghargaan yang didapat. 

“Dia melakukan banyak hal untuk kami di penjara Evin. Narges adalah inspirasi dan pilar bagi perempuan di Evin atas perjuangannya yang tak kenal takut melawan pelanggaran hak-hak perempuan, penggunaan sel isolasi dan eksekusi dalam sistem peradilan di Iran,” katanya. 

Dia menambahkan, penghargaan ini dipandang sebagai penghormatan terhadap gerakan perempuan atas kehidupan dan kebebasannya. Banyak perempuan yang ditindas dan banyaknya aktivis yang terbunuh atau terpenjara. 

Menggalang Solidaritas untuk Mahsa Amini

Pemberian penghargaan terhadap Narges tak lepas dari peringatan satu tahun tragedi kematian Mahsa Amini. Ia adalah seorang perempuan Kurdi yang meninggal akibat dugaan kuatnya ditangkap oleh polisi moral. Sebab dia tidak berjilbab sesuai aturan negara. Dia meninggal dalam kondisi luka parah, diduga akibat dianiaya selama masa tahanan. 

Dari dalam penjara, Narges yang ditahan sejak 2015 itu, mengoordinasi aksi solidaritas mendukung unjuk rasa untuk Mahsa Amini. Dia mengumandangkan perlawanan atas diskriminasi yang sistematis oleh negara. Dia mendukung agar setiap warga Iran memiliki hak untuk mengemukakan pendapatnya. 

Narges saat itu juga merupakan wakil kepala pusat pembela HAM, sebuah organisasi non-pemerintah yang dipimpin oleh Shirin Ebadi. Ebadi adalah peraih Hadiah Nobel Perdamaian tahun 2003. Dia dianugerahi penghargaan atas usahanya dalam penegakkan demokrasi dan hak asasi utamanya bagi perempuan dan anak-anak. 

Selama perjuangannya, Narges harus rela berpisah dengan keluarganya yang terpaksa meninggalkan Iran. Suami Narges, Rahmani harus berada di pengasingannya di luar Iran. Sejak dirinya di penjara pada tahun 2015. 

“Perjuangan beraninya harus dibayar dengan pengorbanan pribadi yang besar,” kata Komite Nobel.

Baca Juga: Michelle Kurisi, Aktivis Perempuan Papua yang Tewas Dibunuh KKB

Kantor Komisaris Tinggi HAM PBB juga mengatakan, penghargaan itu menyoroti keberanian dan tekad perempuan di Iran dalam menghadapi intimidasi, kekerasan dan penahanan. 

“Mereka dilecehkan karena apa yang mereka kenakan atau tidak kenakan. Ada tindakan hukum, sosial dan ekonomi yang semakin ketat terhadap mereka,” ujar juru bicara OHCHR, Elizabeth Throssell. 

Sementara itu, penghargaan yang diberikan kepada Narges, memunculkan ‘kecaman’ oleh pemerintahan Iran. Komite Nobel dianggap “bias dan politis”. 

“Kami mencatat bahwa Komite Perdamaian Nobel memberikan hadiah perdamaian kepada seseorang yang dihukum karena pelanggaran hukum dan tindakan kriminal berulang kali,” kata juru bicara Kementerian Luar Negeri, Nasser Kanani, dalam sebuah pernyataan. 

Setelah Shirin Ebadi, Narges Mohammadi adalah perempuan Iran kedua yang menerima Hadiah Nobel Perdamaian. Dia adalah perempuan ke-19 yang memenangkan penghargaan berusia 122 tahun itu. 

Hadiah Nobel Perdamaian ini, rencananya akan diserahkan di Oslo pada 10 Desember 2023 mendatang. Itu bertepatan dengan hari kematian Alfred Nobel, ilmuwan Swedia yang mendirikan penghargaan itu dalam surat wasiatnya pada tahun 1895.

(Sumber foto: Instagram @narges_mohammadi_51)

Nurul Nur Azizah

Bertahun-tahun jadi jurnalis ekonomi-bisnis, kini sedang belajar mengikuti panggilan jiwanya terkait isu perempuan dan minoritas. Penyuka story telling dan dengerin suara hujan-kodok-jangkrik saat overthinking malam-malam.
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!