Prilly Latuconsina Dihujat soal ‘Cewek Independen’: Waspadai Internalized Misogyny

Prilly Latuconsina tidak omong kosong soal data valid perihal ‘cewek independen’, namun ia malah kena hujat. Padahal yang disampaikannya benar dan sesuai fakta.

Prilly Latuconsina kini tengah menjadi perbincangan di media sosial. Ini berkaitan dengan pendapatnya soal ‘cewek independen’. 

Dalam potongan video yang diunggah pada 16 November 2024 di akun X @999o7i, Prilly terlihat sedang berada di sebuah bus bersama rombongan, yang dari suaranya para anak muda. Mengenakan pakaian coklat tua, dia berdiri dan memakai mikrofon di telinganya. 

Prilly tampak tengah berbicara di depan para rombongan. Dia juga menghadapkan pembicaraannya ke salah satu laki-laki yang sama-sama berdiri dengan Prilly. 

“… Karena banyak cewek independen, tapi cowok mapan dikit. Itu data valid loh. Jadi ya mau gimana, cuma maksud aku ya, ini cewek-cewek, kita nih pengen protes gitu, sebagai cewek yang selalu dijadiin tempat singgah…” ujar Prilly kepada laki-laki di sampingnya disambut riuh.

“Kita berhak dapat cinta yang setara,” sahut salah seorang perempuan muda yang ada di rombongan itu.  

“Betuuul,” tegas Prilly. 

“Mungkin itu cowoknya aja yang salah,” kata seorang laki-laki merespons pernyataan Prilly dan perempuan itu. 

“Tapi banyak banget loh yang kayak gitu, yang ninggalin ceweknya karena insecure,” kata Prilly lagi. 

Kutipan perbincangan Prilly itu menjadi sebuah potongan video yang cepat menyebar di media sosial. Bahkan, banyak akun-akun gosip yang turut mengunggahnya. Komentar warganet pun ramai, tak sedikit yang mengkritik bahkan menghujat Prilly karena perbincangan ‘cewek independen’ itu. 

Baca Juga: Di Balik Viral Obrolan ‘Provider’ bareng Prilly Latuconsina, Ada Jebakan Maskulinitas Toksik

Di banyak akun media sosial, hanya satu potongan video itu yang menyebar. Padahal, jika ditelusuri, ada beberapa potongan video lainnya, yang sebetulnya menjelaskan konteks dari maksud pernyataan Prilly. Dia menekankan, mencari pasangan yang setara: bukan soal materi, tapi pemikiran. Setelah sebelumnya, Prilly bilang, carilah orang yang senang melihat kesuksesan pasangannya. Bukan malah minder (insecure). Jika itu terjadi, berarti keduanya tidak cocok secara pemikiran.  

“Cari pasangan yang selalu happy ngeliat kesuksesan kita, bukan yang malah insecure dan malah ninggalin kita gitu. Itu berarti cewek kamu, bukan target market kamu”

“Menurut aku, kita itu harus cari pasangan yang setara. Bukan materi ya, tapi pemikiran, bagaimana mereka melihat masa depan,” lanjutnya di potongan video berbeda. 

Meski begitu, komentar warganet terus membanjiri akun-akun yang menayangkan potongan video itu. Salah satu akun IG yang ramai dikomentari adalah @pembasmi.kehaluan.reall. Beberapa di antaranya seperti: 

Iya iya kamu independent kurus cantik pinter sukses dll 👏👏👏👏👏tepuk tangan buat kamu udah y abis ini diem, berisik 🤫”

“Pembelaan diri karena blm laku 😢😢”

“Pick me bgt, mgkin yg deketin dia belum ada yg mapan jd ngerasa si paling mapan wkwk yg udh mapan bagi dia gamau kali ama dia, model2 begini biasanya dominan, sedangkan laki2 mapan pasti maunya cewe yg gak ribet dan yg gak dominan😂”

“Mindsetnya prilly gak kaya cewek2 independent pada umumnya, cewek independent yg mindsetnya keren cuma Cinta Laura, dulu Nikita Willy, dia keren, kalo prilly terkesan pick me, maap, tapi gw bukan fans siapa2😂😂 , ini pure opini”

Cek Fakta: Benarkah Cewek Independen Banyak, Cowok Mapan Sedikit?

Prilly tidak omong kosong soal adanya data valid dari pernyataannya di potongan videonya soal ‘cewek independen’.  

Penelusuran Konde.co, CNBC Indonesia pernah membuat video berita per 24 Oktober 2024 tentang ‘Wanita Mandiri RI Meningkat, Pria Mapan Sedikit’. Laporan berita itu, berhubungan dengan tren penurunan angka pernikahan di Indonesia. 

(Gambar: Tangkapan Layar Video Berita CNBC Indonesia)

Mengutip data Badan Pusat Statistik (BPS), angka pernikahan di Indonesia mengalami tren penurunan. Angka pernikahan 2023 turun 7,51% menjadi 1,58 juta pernikahan, dibandingkan pada 2022 sebanyak 1,7 juta pernikahan. Salah satu faktornya, situasi perempuan yang bekerja kini sudah semakin tinggi. Imbasnya, mereka cenderung akan lebih mandiri dan punya standar ideal dalam memilih pasangan hidup. 

Kementerian Ketenagakerjaan (Kemnaker) mencatat kenaikan jumlah angkatan kerja perempuan itu sejak pandemi. Setidaknya dalam kurun 3 tahun (2018-2020) dari 100 perempuan yang masuk ke angkatan kerja, 53 orang di antaranya aktif di pasar kerja. Jumlah itu terus mengalami tren kenaikan sampai 2024 ini.

Guru Besar Fakultas Ilmu Sosial dan Ilmu Politik UNAIR, Bagong Suyanto, menilai implikasi dari tren kenaikan perempuan bekerja secara profesional ini, membuka peluang perempuan lebih besar selain menikah.

“Terbukanya peluang perempuan untuk mengembangkan potensi diri,” kata Bagong dalam laporan CNBC Indonesia itu.

Sementara itu, CNBC Indonesia juga menyoroti, laki-laki yang hidup secara mapan disebut semakin sedikit. Mereka yang dikatakan mapan ini memiliki beberapa ciri-ciri seperti terpenuhinya kebutuhan sandang, pangan dan papan. Mereka juga termasuk orang yang dermawan, bebas dari jerat utang dan santai jika terjadi krisis seperti ketika ada PHK (Pemutusan Hubungan Kerja) yang kini marak terjadi.

Dengan begitu, pernyataan Prilly yang bilang ‘cewek independen banyak, cowok mapan sedikit’ adalah fakta. 

Waspadai Internalized Misogyny

Alih-alih menyampaikan pendapat dengan argumentatif dan mengecek fakta, tak sedikit warganet yang justru fokus menyalahkan perempuan. Sebagian lainnya, membenci apapun yang perempuan ingin katakan atau lakukan. 

Ini bisa kita lihat dari komentar-komentar di potongan video Prilly, seperti, prasangka-prasangka buruk, body shaming, bully, bahkan mengadu perempuan vs perempuan. Hal ini mengarah ke tindakan misoginis. 

Melansir dari Kamus Merriam-Webster, ‘misogyny’ atau misogini adalah “Hatred of, aversion to, or prejudice against women (kebencian, keengganan, atau prasangka (buruk) terhadap perempuan.” Di Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI), deskripsinya lebih singkat: “kebencian terhadap wanita.”

Dalam Kamus Feminis, disebutkan Istilah ‘misogini’ muncul dari abad ke-17. Dalam bahasa Yunani, ‘misogunēs’ berasal dari kata ‘misos (kebencian)’ dan ‘gunē (perempuan)’. Pelaku misogini disebut ‘misoginis’. Sedangkan penggunaan istilah ‘misogini’ untuk menyebut tindakan penghinaan terhadap perempuan dipopulerkan pada tahun 1970-an oleh para feminis gelombang kedua.

Baca Juga: Kamus Feminis: Apa Itu Misogini Atau Kebencian terhadap Perempuan

R. Howard Bloch dalam tulisannya berjudul ‘Misogyny, Misandry, and Misanthropy’ mengemukakan, misogini kemungkinan besar muncul bersamaan dengan patriarki. Itu artinya, sekitar 3-5 ribu tahun yang lalu. 

Misogini adalah situasi ketika perempuan dibenci, bukan karena alasan-alasan tertentu, tapi semata-mata karena ia adalah perempuan. Kebencian itu bisa berupa sikap permusuhan hingga penyerangan terhadap perempuan. Ini termasuk pelecehan, kekerasan, hingga pembunuhan terhadap perempuan (femisida).

Bentuk lain yang menunjukkan sikap misogini adalah mendefinisikan perempuan yang ‘baik’ dan ‘buruk’. Biasanya, perempuan yang ‘baik’ digambarkan sebagai perempuan yang pasif, penurut, tidak cekatan, dan sebagainya. Sedangkan perempuan ‘buruk’ adalah perempuan yang memiliki ‘kekuatan’.

Kebencian terhadap perempuan itu juga bisa terjadi dari tindakan yang mencerminkan nilai-nilai misoginis itu terinternalisasi (internalized misogyny)

Baca Juga: Apa Itu Femisida? Kekerasan Berbasis Gender Berujung Kematian

Pelakunya bisa dari ragam gender manapun, termasuk sesama perempuan yang saling merundung. Mereka bisa saja mengatakan, perempuan itu tidak mengikuti norma-norma umum masyarakat patriarki sebagai “perempuan benar” yang mudah diatur. 

Pun kaitannya dengan wacana perempuan independen, pelaku internalized misogyny menganggap perempuan semestinya bergantung. Dia tidak boleh terlalu mandiri supaya tidak sombong, tidak menyebalkan, atau meremehkan pasangan. 

Pengaminan atas nilai-nilai patriarki pada pelaku internalized misogyny juga menganggap perempuan yang menentang standar itu, dianggap tidak wajar. Laki-laki tak akan ada yang suka atau mau dengannya. 

Makanya, kita perlu hati-hati agar apa yang kita ucapkan itu bukan malah melanggengkan internalized misogyny. Alih-alih berdiskusi dan mengemukakan pendapat yang sehat. 

(Sumber Gambar: IG Prilly Latuconsina)

Nurul Nur Azizah

Redaktur Pelaksana Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!