Beberapa waktu lalu, saya mengikuti special screening sebuah film ‘Cinta Tak Seindah Drama Korea’ atau disingkat menjadi CTSDK. Film itu resmi tayang di bioskop pada 5 Desember 2024.
Tak kurang dari dua jam, saya menonton CTSDK itu di salah satu bioskop di Bandung. Kesan yang muncul, alur ceritanya yang unik dan terbilang mustahil untuk dieksekusi ini, garapan Meira Anastasia. Dia penulis sekaligus sutradara didampingi Etienne Caesar yang mengangkat isu perempuan dan persahabatan.
CTSDK digadang sebagai film dengan biaya produksi termahal dari seluruh karya Imajinari. Dapat dikatakan, 70% scene diambil di Korea dan selebihnya di Indonesia. Imajinari berhasil menggandeng berbagai aktor-aktris kenamaan Indonesia maupun Korea ternama mulai dari Lutesha (Dhea), Dea Panendra (Kikan), Anya Geraldine (Tara), Ganindra Bimo (Bimo), Jerome Kurnia (Julian) hingga Sung Byoung-Sook.
Film dengan genre Rom-Coms (Romantic-Comedies) menceritakan persahabatan 3 perempuan sejak SMA memiliki cerita hidup berbeda mendapatkan “golden ticket” ke Korea secara cuma-cuma dengan tujuan melepas penat dari Bimo, pacar Dhea. Liburan singkat bersama sahabat diasumsikan akan bahagia, namun seketika situasi berubah menjadi petaka dan pelik.
Baca Juga: Stereotip Dunia Sastra dan Film di ‘Wicked’: Cantik Dianggap Baik, Buruk Rupa Dianggap Jahat
Dhea (Lutesha) sebagai tokoh utama dalam film diperankan oleh Lutesha diperebutkan oleh 2 laki-laki, Bimo (Ganindra Bimo) dan Julian (Jerome Kurnia) yang berusaha mengambil hati Dhea. Bimo adalah kekasih Dhea yang sudah sudah lama menjalin hubungan, sementara Julian adalah cinta pertama Dhea saat SMA yang belum selesai.
Ketika liburan di Korea, Dhea dihadapkan pilihan berat. Apakah dia memilih cinta romantis dari masa lalunya atau realistis untuk masa depan? Film ini sekaligus mengungkap fakta mencengangkan yang membuka luka batin akan masa lalunya.
Masa Lalu dan Proses Berdamai
Semua orang memiliki masa lalu kelam. Tidak terkecuali 3 tokoh utama dalam CTSDK yakni Dhea, Bimo, dan Julian. Mereka mempunyai cerita hidup dan lukanya masing-masing.
Pengalaman buruk Dhea akan kehidupan percintaan ditinggal tanpa kabar (ghosting) oleh Julian saat SMA. Ditambah dengan tragedi kecelakaan yang merenggut nyawa kedua orang tuanya, menyebabkan luka batin dalam dirinya. Kedua peristiwa tersebut terjadi dalam waktu berdekatan. Dhea sulit move on dan susah payah membuka lembaran hidup baru. Baik dalam percintaan maupun berdamai dengan kepergian kedua orang tuanya.
Bimo dan Julian, turut mengalami masa lalu yang pelik. Bimo, pacar Dhea, sekaligus penyebab kecelakaan orang tua Dhea dan Sakti (adik Dhea). Sementara, Julian, tumbuh dalam keluarga yang tidak harmonis sehingga ia menghilang dan bertemu kembali dengan Dhea di Korea.
Baca Juga: Jika Relasi dengan Ibumu Tak Baik-Baik Saja, Kamu Bisa Belajar Dari Film “Bila Esok Ibu Tiada”
Meski begitu, kondisi psikis Bimo sebagai pelaku kecelakaan di masa lalu dan Julian “tukang ghosting” memang tidak dapat disamakan dengan Dhea maupun Sakti.
Dhea dan Sakti mempunyai luka yang membekas hingga saat ini. Kasia Kozlowska, Peter Walker, dan kawan-kawan memaparkan penelitian dalam jurnal berjudul ‘Fear and the Defense Cascade: Clinical Implications and Management’ mengenai cara manusia menghadapi trauma salah metodenya flight-or-fight method (mengabaikan atau melawan trauma).
Julian, cinta pertama Dhea saat SMA, tumbuh dalam keluarga tidak harmonis. Cara Julian menghadapi masalah serupa dengan Bimo. Metode “flight” diperlihatkan saat ia menghilang dari hidup Dhea. Ia mencoba berdamai dengan keadaan dan merasakan cinta tulus dari seorang Ibu pemilik kedai makan di Korea atau disapa dengan Imo (tante) diperankan oleh Sung Byoung-Sook.
Persahabatan Perempuan
Kehadiran support system dibutuhkan setiap orang tidak terpaku gender maupun alasan lainnya. Berkaca dari kehidupan Dhea, ia beruntung memiliki support system selalu ada dalam momen bahagia maupun pelik sekalipun seperti kepergian orang tuanya hingga terlibat cinta segitiga dengan Julian dan Bimo.
Masa lalu Kikan dan Tara sebagai pemeran pendukung kehidupan Dhea tidak seburuk itu. Kehidupan masa lalu ketiga perempuan tersebut tidak diceritakan secara eksplisit. Kapal persahabatan ketiganya diuji saat liburan di Korea.
Kikan mengalami penurunan kepercayaan diri akan bentuk tubuhnya pasca melahirkan (postpartum) dan tidak pernah menceritakan kepada kedua sahabatnya. Ia memilih memendam sendiri dan terbesit niat untuk melakukan operasi payudara (boobs job) di Korea dengan alasan dapat “membahagiakan” sang suami, Eka (Sadha Triyudha).
Baca Juga: Film ‘YOLO’ Ajarkan Mencintai Diri dan Hidupkan Mimpi
Tara turut mengalami masalah saat di Korea. Bekerja dalam dunia entertainment, sedikit banyaknya bersinggungan dengan skandal berujung merusak nama baik dirinya.
Setibanya di Indonesia, kondisi ketiga sahabat tersebut berangsur membaik dan berkenan mendengarkan cerita satu sama lain. Dhea dan Tara berhasil memutuskan siapa tambatan hatinya. Sedangkan Kikan berhasil berdamai dengan tubuhnya pasca melahirkan dibantu dukungan keluarga kecilnya.
Persahabatan ketiga perempuan tersebut menciptakan zona nyaman dan aman untuk sesama perempuan. Di satu sisi, mereka juga saling menguatkan dengan bercerita tanpa mendapat penghakiman.
(Sumber Foto: IMDb)