Artikel dan zine ini untuk memperingati #Haripendidikannasional 2025 yang ditulis para siswi Sekolah Menengah Atas (SMA) yang tergabung dalam Girl’s Project Konde.co. Tulisan ini bagian dari #Meimelawan 2025
Setiap orang memiliki masalah pada dirinya sendiri dan merupakan suatu hal yang normal dari setiap kalangan pasti sering mengalaminya. khususnya remaja perempuan.

Kali ini aku akan sedikit mencurahkan isi hatiku dari permasalahan yang aku alami. Dari masalah ini akan aku bahas awal mula aku sangat tertarik dengan masalah perempuan. Ini dikarenakan aku juga mempunyai masalah terkait hal tersebut.
Baik, sekiranya aku mengetahui hal dasar yang akan harus dilakukan, jadi semua berawal dari penampilan. Saat aku berada di kelas 7, teman-teman sebayaku kala itu sudah mengerti caranya berpenampilan untuk terlihat menarik. Lalu bagaimana denganku? Saat itu aku belum terlalu mengerti mengenai hal tersebut tetapi pada suatu ketika aku mulai menyukai teman sekelas ku. Akan tetapi dia seperti tidak tertarik padaku.
Baca Juga: Dear Guru dan Lingkunganku, Remaja Perempuan Dibelenggu Aturan Berpakaian, Tugas Kalian Memperbaiki

Selain itu, temanku yang paling berkulit bersih tidak berjerawat serta kulitnya berwarna kuning langsat itu sering sekali diberi makanan oleh kakak kelas. Padahal waktu itu posisinya sedang new normal. Pastinya murid murid di sekolah ku jarang sekali bertemu tatap muka tetapi aku yakin tentang satu hal. Ya, pasti dia dikenal banyak kakak kelas akan penampilannya yang menarik, istilahnya semacam primadona kala itu. Dari situ lah aku mulai berpikir bahwa penampilan itu sangat penting dan menguntungkan.
Tidak berselang lama aku dibawa ke dokter oleh orangtua ku karena aku baru pertama kali menstruasi jadi menstruasi ku tidak stabil. Lalu aku juga diberi tahu tentang kondisi kulit ku oleh dokter bahwa kulit ku sedang dengan keadaan berjerawat hormon yang berlebihan. Seiring berjalan nya waktu kejadian kelas 7 itu berlalu, hanya saja semua itu masih terbayang oleh ku.
Apalagi saat aku mulai memasuki kelas 8 hal baru pun terjadi padaku. Yaitu aku dibilang “eh si masker fishing tuh dateng” seseorang yang mengatakan itu matanya sambil mengarah kepadaku. Ya, benar benar di depan ku ia berkata seperti itu dengan temannya. Maksud ku apakah kamu sudah benar benar sempurna? Tetapi aku tidak memikirkan itu terlalu serius. Setelah semua kejadian itulah aku mulai berpikir apakah bisa menjadi seberuntung itu jika kita menjadi orang yang berpenampilan menarik?
Sejak pola pikir itu tumbuh di diriku, aku mulai lebih menggali tentang masalah hormon perempuan yang bisa mempengaruhi bukan hanya kulit, pertumbuhan rambut dan berat badan saja. Tetapi suasana hati kita pun juga ikut terpengaruh.
Baca Juga: Saatnya Kita Bertanya Tentang Remaja Perempuan Yang Hidupnya Tidak Baik-Baik Saja

Memang terkadang kekhawatiran penampilan agak membebani. Seperti dengan adanya jerawat yang disebabkan tidak stabil nya hormon menstruasi sampai sampai bisa ada jerawat di punggung. Atau berat badan yang tidak stabil, bulu yang lebat tidak beraturan, bahkan beberapa perempuan bisa mengalami rambut rontok, dan terkadang kulit wajah terlalu berminyak adapun terlalu kering. Itu sebenarnya hal yang wajar. Akan tetapi dikarenakan belakangan ini beauty standard sedang naik daun atau bisa disebut remaja sekarang berbondong bondong untuk terlihat siapa yang paling menarik diantara teman teman lainnya.
Peristiwa beauty standard itu timbul karena perbandingan diri dengan standar kecantikan yang ada di masyarakat. Dari situ kita seperti diperlakukan rendah, diremehkan, serta bisa saja disudutkan. Semua itu bisa saja terjadi jika kita terlihat kurang menarik diantara yang lain. Atau bisa disebut menjadikan diri kita sasaran yang empuk untuk dihina karena tidak sesuai dengan standar atau ekspetasi yang ada di masyarakat. Contoh ejekan atau hinaan yang biasanya ada di sekitar lingkungan seperti, “Alah, sok cantik lu”, “dikata cantik banget apa ya jadi berani sok jago begitu”. Nah, efek dari peristiwa tersebut dapat timbul kecemasan yang berlebihan. Seperti tidak percaya diri, serta minder saat berinteraksi di sekitar dengan teman sebaya. Aku pun juga pernah mengalami hal tersebut.
Selalu ada pertanyaan yang muncul di benakku. Seperti, “Kenapa sih hal seperti itu saja harus dipermasalahkan?” Sudah pasti akan memulai timbul rasa insecure yang berkepanjangan dan overthinking yang tak kunjung reda. Aku sampai memikirkan hal tersebut. “Lalu bagaimana denganku yang sedang mengalami hal tersebut?” “Kenapa ini harus berdampak kepadaku, kenapa aku ga bisa seperti remaja yang lain?” Seperti jerawat sewajarnya saja hanya di beberapa titik tapi, aku bisa sampai ke punggung. Hal ini seperti berlebihan bagiku. Kenapa ya masalah ini melulu yang terjadi di sekitarku lama kelamaan aku merasa jadi tidak pernah cukup”.
Baca Juga: Anjani Kurang Cantik dan Tak Layak Dicintai? Stop, Bebaskan Ia Mencari Jalannya Sendiri

Setelah semua itu berlalu, aku tidak sadar sedikit lagi aku sudah berada di penghujung sekolah menengah pertama ku. Aku mulai membentuk diriku yang baru. Semesta memang tidak pernah kalah untuk memberi kejutan di hidup kita. Aku mendapat teman baru dan meninggalkan teman lama ku yang memang tidak baik untuk ku. Dari situ lah semua berubah, aku menjadi tidak mudah insecure. Memang benar adanya bahwa pertemanan di masa remaja sangat mempengaruhi jati diri kita.
Tetapi jauh dari semua itu kenyataannya, hal seperti hormon tidak stabil dan menjadikan diri kita kurang menarik saat pubertas itu wajar saja. Dikarenakan remaja adalah masa peralihan dari masa anak anak ke masa dewasa. Semua proses dengan sendirinya. Asal kita bisa melaluinya bersama lingkungan yang baik, serta ditambah pemahaman yang sesuai tentang bagaimana hormon dalam tubuh perempuan melakukan penyesuaian dan bekerja.

Pemahaman ini bisa membantu kita menjaga keseimbangan tubuh dan emosi. Juga merawat kulit dan rambut dengan benar, menjadikan kita merasa lebih percaya diri dalam menjalani masa transisi tersebut. Karena aku tahu yang bisa memperbaiki itu semua hanya diri kita sendiri dengan cara bagaimana kita bisa menerima dan memahami. Ingat, semua tidak selalu tentang penampilan saja tetapi dari hati yang baik, humornya, maupun kepintarannya.
Karena girl’s power terletak pada kemampuan diri kita sendiri.
Tim Girl’s Project: Chaeilla Khaerani, Ellen Oktavia, Khansa Nayla Khairani, Laksita Mahesvari Hanindyajati, Ratu Sophia Ardhani, Savana Candid Nusantara
Tim fasilitator dan mentor: Sophie Trinita, Luviana Ariyanti, Terra Istinara