Mendengarkan lagu cengeng penyanyi perempuan.

Lirik Lagu Cengeng Mendominasi Pasar Lagu Indonesia, Menihilkan Perjuangan Perempuan

Akhir-akhir ini, banyak sekali lirik lagu cengeng yang dinyanyikan oleh para penyanyi Indonesia. Sejumlah aktivis perempuan mempertanyakan, lirik-lirik ini tidak mencerahkan dan seperti meniadakan perjuangan perempuan.

Kenapa lirik lagu cengeng selalu diberikan pada penyanyi perempuan? Ini semakin menambah stigma bahwa perempuan senangnya melow, tidak bisa memutuskan sesuatu, dan harus pasrah terima nasib.

Coba dengarkan lirik lagu-lagu yang dinyanyikan oleh Mahalini, Tiara Andini, atau Lyodra.

Lirik lagu ‘Sial‘ (Mahalini)

Bagaimana dengan aku terlanjur mencintaimu?

Yang datang beri harapan, lalu pergi dan menghilang

Tak terpikirkan olehmu, hatiku hancur kar’namu

Tanpa sedikit alasan, pergi tanpa berpamitan

Takkan kut’rima cinta sesaatmu

Lirik lagu ‘Usai‘ (Tiara Andini)

Aku memang kehilangan

Kamu yang sangat kucintai

Namun, kau telah kehilangan

Aku yang sangat mencintaimu, hu-oh

Aku yang sangat mencintaimu

Lirik lagu ‘Ego‘ (Lyodra)

Aku tak sanggup kita terus begini

Tak ingin cinta usai di sini

Kurindukan senyummu

Ku ingin peluk dirimu

Tapi rasa egoku terlalu tinggi

Tuhan tolonglah diriku

Ku tak ingin pisah dengannya

Para penyanyi jebolan ‘Indonesian Idol‘ ini sepertinya selalu dikasih lagu cengeng, mellow, dan seperti meniadakan perjuangan perempuan. 

Selain itu, dalam lirik lagu-lagu ini, perempuan selalu diposisikan sebagai orang yang menunggu, harus siap kehilangan, meminta pertolongan, dan dalam posisi tak berdaya, juga pasrah. Apakah ini gejala lagu pop yang menjadikan perempuan sebagai obyektifikasi dari lirik-lirik lagu?

Lagu-lagu ini kebanyakan ditulis oleh musikus Mario G. Klau dan diaransemen serta diproduseri oleh Tohpati. Lagu lain juga ditulis oleh Yovie Widianto.

Seorang aktivis perempuan menggugat, jika lirik lagu ini kini menjamur dan saat ini banyak didengar di mana-mana. Bahayanya, ini akan semakin menguatkan anggapan bahwa perempuan adalah orang yang cengeng, tak bisa memutuskan sesuatu, dan dianggap lemah.

Apakah ini mencerminkan selera masyarakat Indonesia yang memang menggemari lagu-lagu cengeng dan mellow, sehingga pencipta lagu yang harus bersaing dengan pencipta lagu lainnya melakukan ini untuk memenuhi permintaan pasar? 

Baca Juga: Pendeta Flo Meninggal Tak Wajar, Ia Korban KDRT, Aktivis Usut Kasusnya 

Aktivis perempuan, Damairia Pakpahan yang diwawancara Konde.co menyatakan, bahwa lagu-lagu seperti ini tidak menggambarkan perempuan sebagai agen yang aktif, tidak menggambarkan perjuangan perempuan. Perempuan juga dianggap sebagai orang yang tidak bisa memutuskan sesuatu dan tak mandiri.

Lagu berjudul “Sang Dewi” yang dinyanyikan Lyodra dan Titi DJ misalnya, ada lirik dalam lagu itu yang menuliskan ”wanita mana yang sanggup hidup sendiri di dunia ini.” Ini jika dinyanyikan terus-menerus, bisa masuk ke alam bawah sadar para perempuan dan anak-anak perempuan, bahwa mereka memang tidak bisa hidup sendiri.

“Ini bisa masuk alam bawah sadar jika terus dinyanyikan dan bahaya kalau tidak mencari alternatif yang progresif, ini seperti perempuan tak bisa hidup sendiri, harus tergantung sama laki-laki terus.”

Walau Damairia Pakpahan juga menyatakan bahwa tak semua lagu pop Indonesia itu cengeng. Damairia mencontohkan beberapa lagu reflektif seperti yang dinyanyikan Nadin Amizah. Lagu-lagu Nadin banyak yang reflektif, menyatakan soal perjuangan.

“Misalnya lagu yang judulnya bertaut itu lagu reflektif, ada enlighment soal hubungan ibu dan anaknya. Lagu-lagu yang seperti ini yang banyak dibutuhkan,” kata Damairia Pakpahan pada Konde.co

Damairia menyatakan bahwa harusnya para pencipta lagu dan penyanyi yang mengikuti ajang-ajang pencarian bakat juga diberikan pengetahuan kritis soal menulis lagu, diberikan pemahaman soal kesetaraan, non diskriminasi dan non kekerasan, sehingga bisa menyumbang lirik lagu progresif dan memperjuangkan perubahan sosial dan perubahan untuk perempuan.

“Seharusnya penyanyi, pencipta lagu di ajang-ajang kejuaraan juga diberikan bekal pengetahuan soal ini. Memang ada banyak lagu sedih, tapi harusnya yang bermakna, bukan pembodohan. Ini mestinya sejalan dengan ide pembebasan perjuangan, mandiri juga muncul, ini soal knowledge juga. Harusnya mereka diberikan pendidikan seperti ini di ajang-ajang pencarian bakat.”

Damairia Pakpahan menambahkan, kita harus banyak belajar dari beberapa negara lain yang menuliskan lirik lagu progresif seperti di beberapa negara India, Amerika dan Eropa, karena penting menjadikan ini sebagai bagian dari perjuangan untuk perempuan.

Baca Juga: Dikritik Gemuk dan Hitam; Belajar Dari Maria Indonesian Idol Atasi Body Shaming

Musik memang memiliki kemampuan untuk mempengaruhi berbagai suasana hati manusia. Mendengarkan musik ajaibnya bisa mengubah mood dan emosi seseorang. Misalnya, ketika berolahraga, orang cenderung mendengarkan lagu dengan ritme ceria untuk meningkatkan semangat. Atau saat mendengarkan lagu bertema cinta, tiba-tiba mood bisa berubah menjadi romantis.

Respon emosional terhadap musik bersifat sangat individual. Setiap orang dapat memiliki reaksi yang berbeda terhadap jenis musik tertentu. Musik bisa mengingatkan kenangan-kenangan pribadi masa lalu atau menggambarkan situasi yang serupa dengan yang kita alami.

Saat artikel ini ditulis, data lagu Indonesia yang paling banyak didengar di Spotify Agustus 2023 adalah lagu-lagu bertemakan kesedihan. Urutan pertama paling banyak didengar diraih oleh penyanyi Mahalini dengan lagunya yang berjudul ‘Sial’. Dan sebagian besar yang menduduki chart tersebut adalah lagu sedih. Begitu juga dengan yang terjadi di bulan-bulan sebelumnya. Chart playlist paling banyak didengar dominan diisi oleh lagu sedih.

Fenomena lagu-lagu sedih yang banyak dinyanyikan oleh penyanyi perempuan menggambarkan realitas kehidupan perempuan yang seringkali dihadapkan pada beragam tantangan dan kesulitan, kebanyakan soal asmara. 

Lirik-lirik lagu ini mencerminkan bagaimana perlakuan tidak adil, selalu dihadapkan pada tidak punya pilihan dalam hidup, atau kekecewaan dalam hubungan percintaan. Harapannya mungkin mendapatkan perhatian dari pendengar yang memiliki pengalaman serupa.

Mungkin inginnya mendapatkan hati penggemarnya dan memenuhi selera pasar masyarakat. Namun, akibatnya perempuan seringkali dipersepsikan dan diamini sebagai makhluk yang lemah dan rentan. Ini semakin menguatkan stereotip yang ada dalam masyarakat selama ini.

Baca Juga: Lagunya Bikin Empowering: Senang Berhasil War Tiket Taylor Swift

Hal ini juga dapat memperkuat pandangan bahwa perempuan seperti tidak memiliki standing position. Misalnya, efek setelah mendengar lagu ‘cengeng’ atau berlirik sedih, seseorang akan menganggap hidupnya amat mengenaskan karena baru ditinggalkan pasangannya.

Mendengarkan lagu-lagu sedih dalam kondisi emosional yang rapuh juga dapat memperkuat perasaan kelemahan dan ketidakberdayaan. Terutama jika lirik-liriknya mencerminkan penderitaan yang berkepanjangan dan kesulitan yang tak kunjung usai. Apalagi di TikTok, penggunanya sering mengunggah konten membuat quote kesedihan dengan menggunakan sound lagu-lagu sedih tersebut. Sedih yang seharusnya tidak berlarut-larut pun jadi berkepanjangan.

Jika hal seperti ini diteruskan, akan terjadi anggapan yang terus-menerus dipercaya bahwa semua perempuan adalah cengeng, tak bisa memilih, dan selalu menyerah dan menunggu. 

Padahal ada banyak sekali perempuan di Indonesia yang selama ini berjuang, tak mau menyerah dan bisa memilih hidup seperti apa yang mereka inginkan.

Jika lagu-lagu seperti ini jumlahnya makin banyak dan tak ada yang menciptakan lirik lagu perempuan yang sedang berjuang, atau memilih untuk tak mau jadi korban, maka ini akan mempertebal anggapan orang yang menyatakan bahwa perempuan memang cengeng dalam hal berelasi dan tak bisa memilih, jika ditinggalkan, bisanya cuma menangis. 

Tips Mendengar Lagu Sedih

Bagaimana cara lepas dari stereotip ini? Selain harus mencari lagu-lagu yang memperjuangkan perempuan, kamu juga bisa membatasi untuk mendegar lagu sedih yang melemahkanmu dan membuat depresi.

Dr. Brian Primack dari Universitas Pittsburgh menemukan bahwa tingkat mendengarkan musik sedih yang tinggi dapat menjadi pemicu depresi. Selain itu, jenis musik, durasi mendengarkan, dan lirik lagu juga terkait dengan risiko depresi. 

Bagi kamu yang suka mendengarkan lagu sedih saat mood sedang sedih atau down, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan agar kesedihan tidak semakin dalam dan berpotensi menyebabkan depresi.

Pertama, perhatikan lirik lagu yang didengarkan.

Beberapa lagu sedih dapat menyimpan motivasi yang positif dan menjadi sarana untuk melepaskan perasaan negatif. Namun, hindari lagu-lagu dengan muatan negatif, unsur balas dendam, atau menyalahkan diri sendiri.

Kedua, batasi durasi mendengarkan musik sedih.

Jangan biarkan momen sedih terlalu lama menguasai suasana hati. Alihkan perhatian dengan mendengarkan lagu-lagu ceria atau bahkan musik terapi yang dapat membantu mengelola stres dan meningkatkan kualitas hidup. Dengan memahami dampak musik pada emosi kita dan dengan bijaksana memilih lagu-lagu yang didengarkan, kita bisa menggunakan kekuatan musik untuk meningkatkan kesejahteraan emosional kita.

Baca Juga: Konser Coldplay Ditolak karena Dukung LGBT? Lagu Lama dari Ormas Intoleran

Beberapa orang kadang membutuhkan lagu sedih saat sedang merasa down atau patah hati. Sandra Garrido di The Conversation pernah menulis, bagi sebagian besar orang, mendengarkan musik – bahkan musik yang mengekspresikan emosi negatif seperti kesedihan atau kemarahan – dapat menjadi cara yang efektif untuk mengatasi emosi mereka. Melalui penelitian yang melibatkan lebih dari 1.000 orang, ia telah menemukan bahwa ada banyak cara di mana orang dapat menggunakan musik sedih untuk membantu mereka merasa lebih baik.

Meskipun musik dapat menjadi bentuk terapi bagi beberapa orang dalam mengatasi kesedihan. Perlu juga diingat bahwa mencari dukungan dari lingkungan dan profesional kesehatan mental adalah langkah yang lebih tepat jika perasaan tersebut berkepanjangan dan mengganggu secara keseluruhan.

Ika Ariyani

Staf redaksi Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!