Menangis Saat Nonton Film Bukan Tanda Cengeng, Apa Kata Ahli?

Menangis sebagai respons terhadap film menunjukkan empati yang tinggi, kesadaran sosial, dan koneksi - semua aspek kecerdasan emosional. Ini indikator kekuatan pribadi dan bukan kelemahan.

Mungkin kamu pernah menangis dengan diam-diam, atau bahkan tiba-tiba terisak tak terkendali saat menonton film. Film yang sering menjadi penyebabnya adalah Marley and Me, The Color Purple, Schindler’s List, dan The Lion King.

Kamu mungkin pernah mencoba untuk menangis secara diam-diam agar temanmu yang bermata kering tidak mengira kamu cengeng (dan bisa saja kamu melirik ke samping untuk melihat apakah mereka juga berkaca-kaca), atau kamu mungkin dengan berani menangis lepas.

Mengapa kita menangis dalam film? Apakah ini merupakan tanda kelemahan emosional (sehingga kita menyembunyikannya dari teman-teman kita) atau indikator kekuatan – bukti kecerdasan emosional?

Film yang bagus dibuat dengan teliti untuk melibatkan kita dan membuat kita terserap secara mendalam. Film-film tersebut membawa kita ke dalam dunia karakternya: melihat apa yang mereka lihat, merasakan apa yang mereka rasakan, dan bahkan benar-benar mengidentifikasi diri kita dengan karakternya dalam beberapa situasi. Kita tahu bahwa film tidaklah nyata, tapi kita begitu asyik dengan tayangan sehingga kita bereaksi secara emosional seolah-olah hal itu nyata.

Beberapa film didasarkan pada kisah nyata, dan mengetahui hal ini membuatnya menjadi lebih kuat. Kekuatan emosional dari beberapa film sangat menawan: film itu tidak disebut sebagai film yang menguras air mata tanpa alasan.

Hormon cinta

Ahli saraf Paul Zak telah mempelajari efek dari cerita-cerita yang menarik, yang menunjukkan bahwa menonton cerita-cerita tersebut dapat menyebabkan pelepasan oksitosin.

Oksitosin terkenal karena perannya dalam persalinan dan menyusui, meningkatkan kontraksi selama persalinan dan menstimulasi saluran susu. Oksitosin juga dilepaskan sebagai respons terhadap kontak fisik yang positif – berpelukan, berciuman, keintiman seksual, dan bahkan mengelus hewan – serta melalui interaksi sosial yang positif.

Oleh karena itu, hormon ini disebut sebagai “hormon cinta”.

Sebagai makhluk sosial, kelangsungan hidup kita bergantung pada ikatan sosial, dan oksitosin sangat penting. Hormon ini membantu kita untuk mengidentifikasi dan terikat dengan pengasuh dan kelompok sosial yang melindungi.

Baca Juga: Bagaimana Perempuan Ditampilkan dalam Film?

Menurut ahli saraf lainnya, Robert Froemke, penelitian terbaru menunjukkan bahwa oksitosin memiliki dampak yang lebih luas dan bertindak sebagai “tombol volume”, yang memperkuat aktivitas otak yang terkait dengan apa pun yang sedang dialami seseorang.

Jadi, meskipun oksitosin mungkin ditargetkan secara biologis untuk memastikan ikatan sosial yang kuat, oksitosin juga berfungsi untuk meningkatkan respons emosional.

Menangis di dalam film adalah tanda bahwa oksitosin telah dipicu oleh hubungan yang kita rasakan karena pengalaman sosial. Perhatian kita ditangkap dan emosi ditimbulkan oleh cerita film.

Oksitosin kemudian dikaitkan dengan perasaan empati dan kasih sayang yang meningkat, yang semakin mengintensifkan perasaan keterhubungan sosial dan membuat kita lebih memperhatikan isyarat sosial dari karakter dalam film. Itulah penyebab luapan emosi yang tiba-tiba!

Empati adalah tanda kekuatan

Empati adalah satu komponen utama dari kecerdasan emosional.

Kecerdasan emosional adalah kemampuan untuk mengidentifikasi dan mengatur emosi diri sendiri serta memahami dan mengelola emosi orang lain.

Menurut psikolog Daniel Goleman, empati adalah salah satu dari lima kunci karakteristik kecerdasan emosional, bersama dengan kesadaran diri, pengaturan diri, motivasi, dan keterampilan sosial.

Baca Juga: Film Medium Efektif Bagi Perjuangan Para Perempuan Pembela HAM

Kecerdasan emosional yang tinggi telah terbukti dikaitkan dengan kepemimpinan yang efektif, kesuksesan profesional dan prestasi akademis, serta hubungan sosial dan hubungan intim yang lebih baik. Kecerdasan emosional juga berhubungan dengan kesehatan dan kesejahteraan psikologis dan fisik, dan kecerdasan emosional yang lebih tinggi membantu mengatasi stres dan konflik.

Menangis sebagai respons terhadap sebuah film menunjukkan empati yang tinggi, kesadaran sosial, dan koneksi – semua aspek kecerdasan emosional. Dengan demikian, ini merupakan indikator kekuatan pribadi dan bukan kelemahan.

Menangis secara terbuka bisa jadi merupakan tanda kekuatan tertentu, karena hal ini menunjukkan bahwa seseorang tidak takut untuk menunjukkan reaksi emosionalnya kepada orang lain.

Menangis bukanlah tanda kelemahan

Alasan mengapa menangis dalam film dipandang sebagai tanda kelemahan emosional adalah karena menangis. Terutama menangis dalam menanggapi rasa sakit orang lain, dipandang sebagai perilaku perempuan secara stereotip.

Ditambah lagi dengan oksitosin, dan hubungannya dengan empati dan ikatan sosial, yang sangat terkait dengan melahirkan anak, dan hubungan menangis = perempuan = kelemahan pun terbentuk.

Baca Juga: Problem Gender di Industri Film: Minim Jumlah Perempuan, Minim Yang Terima Penghargaan

Namun, tidak ada yang lemah dalam menunjukkan kecerdasan emosional kita. Menangis secara emosional adalah perilaku manusia yang unik. Film yang bagus membuat kita berada di dunia lain, memunculkan emosi yang kuat dan memicu proses biologis dalam otak kita.

Tiba-tiba saja kita meneteskan air mata menunjukkan respons empati yang kuat. Menangislah dan banggalah dengan kecerdasan emosional kamu. Kamu bisa mencari film yang menguras air mata untuk melihat respons emosional teman-temanmu.

Rahma Sekar Andini dari Universitas Negeri Malang menerjemahkan artikel ini dari bahasa Inggris.

Artikel ini terbit pertama kali di The Conversation. Baca artikel sumber.

Debra Rickwood

Professor of Psychology University of Canberra
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!