Film ‘Mothers’ Instinct’ Peliknya Persahabatan Perempuan dan Kehidupan Ibu Rumah Tangga

Film 'Mother's Instinct' ceritakan dinamika persahabatan dua perempuan saat menjadi ibu dengan peran gender dan berbagai ekspektasi yang dibebankan pada mereka.

Seberapa kuat insting seorang perempuan, terutama sebagai ibu?

Pada kisah Alice dan Celine di film ‘Mothers’ Instinct, insting tersebut muncul begitu kuat. Entah sebagai perekat atau justru merenggangkan hubungan dua sahabat perempuan dan orang-orang di sekitar mereka.

Mothers’ Instinct’ adalah film yang disutradarai oleh Benoit Delhomme. Film yang tayang di bioskop Indonesia sejak awal Maret 2024 ini merupakan remake dari film Belgia ‘Duelles’ (2018), yang diadaptasi dari novel ‘Derrière la haine (Behind the Hatred) karya Barbara Abel. ‘Mothers’ Instinct’ dibintangi oleh dua aktris Hollywood ternama, Jessica Chastain dan Anne Hathaway.

Mothers’ Instinct’ mengusung genre psychological thriller. Secara harfiah, judulnya menyinggung soal insting seorang ibu. Film ‘Mother’s Instinct’ memang menguak sisi gelap kasih sayang ibu kepada anak dan keluarganya. Namun, lebih dari itu, film ini juga mengungkapkan rumitnya persahabatan perempuan dan kehidupan ibu rumah tangga kelas menengah ke atas di era 1960-an.

Penonton juga diajak menyadari berbagai ekspektasi yang dibebankan kepada perempuan, terutama atas perannya sebagai seorang ibu.

Tentang ‘Mothers’ Instinct

Mothers’ Instinct’ berlatarbelakang tahun 1960-an ketika Perang Dingin antara Amerika Serikat dan Uni Soviet terjadi. Film ini menceritakan kehidupan dua sahabat karib, Alice (Jessica Chastain) dan Celine (Anne Hathaway).

Kedua perempuan ini bertetangga dan sudah amat dekat sampai memiliki akses untuk langsung masuk ke rumah satu sama lain. Mereka juga sama-sama mempunyai anak laki-laki. Putra Alice, Theo dan putra Celine, Max, turut bersahabat karena kedekatan orang tua mereka.

Awalnya kehidupan mereka bisa dibilang cukup baik-baik saja. Sebagai ibu rumah tangga, Alice dan Celine lebih banyak menghabiskan waktu di rumah. Mereka melakukan peran-peran ibu rumah tangga tradisional: membereskan rumah, berkebun, menyiapkan makanan untuk anak dan suami, dan sebagainya.

Celine juga kerap mengantarkan Max dan Theo ke sekolah, serta mendampingi Alice saat ia menghadapi konflik rumah tangga. Misalnya ketika para pasangan suami-istri ini berkumpul dan Simon, suami Alice, menyinggung bahwa ia tidak menghendaki Alice untuk kembali bekerja sebagai jurnalis.

Alice juga enggan punya anak lagi karena kondisi kesehatan mentalnya. Dengan karakter yang lebih bijak dan hangat, Celine kerap menyemangati dan mendukung Alice.

Baca Juga: 22 Desember Disebut Hari Ibu Atau Hari Gerakan Perempuan? Kepentingan Politik Ubah Maknanya

Namun, sebuah peristiwa naas terjadi tak lama setelah ulang tahun Celine mengubah keadaan. Suatu hari, ketika Alice sedang berada di pekarangan, ia memergoki Max berdiri di teralis balkon lantai dua rumah Celine untuk menggantungkan rumah burung buatannya. Posisi Max yang berbahaya membuat Alice dengan panik berusaha memperingatkan bocah itu untuk menjauh, tapi tak digubris.

Alice pun terbirit-birit memasuki rumah Celine dan berlari ke lantai atas sembari berusaha memberitahu sang ibu yang sibuk membereskan rumah. Baru menyadari apa yang terjadi saat ia hanya mendapati Alice di balkon, Celine menjerit dan segera berlari ke belakang rumahnya. Namun mereka terlambat; Max tewas terjatuh dari ketinggian. Celine hanya bisa mendekap jasad anak lelaki satu-satunya yang bersimbah darah.

Duka cita menyelimuti dua keluarga itu.

Alice mengajak Simon untuk mampir ke rumah Celine dan Damian untuk menyampaikan belasungkawa. Namun mereka hanya disambut oleh Damian, yang seakan mengabaikan kehadiran Alice di tengah situasi berkabung itu.

Pada malam yang sama, dari jendela kamarnya, Alice melihat Celine berteriak-teriak dan menangis histeris. Kepergian Max adalah pukulan telak bagi Celine dan Damian. Apa lagi, Celine pernah didiagnosis hanya bisa memiliki anak sekali seumur hidupnya.

Baca Juga: Dalam Industri Hiburan, Idol Laki-laki Lebih Diagungkan Dibanding Idol Perempuan

Bukan cuma Damian, bahkan Celine menunjukkan sikap permusuhan kepada Alice. Ia hanya menjadi lebih ramah dan terbuka kepada Theo, yang juga kehilangan sahabatnya. Alice menduga, Celine dan Damian menjauhinya karena menganggapnya bersalah atas kematian Max.

Puncaknya, pada saat mereka mengantarkan kepergian Max, Theo merengek keras saat mendapati boneka kelincinya yang ketinggalan ketika ia terakhir berjumpa dengan Celine, ada dalam peti mati Max. Simon merasa perilaku Theo sudah kelewatan; tapi Alice berusaha membela putranya dan menilai ada yang aneh ketika Celine memasukkan mainan Theo di peti mati anaknya.

Sebulan berlalu, sebuah acara penampilan siswa berlangsung di sekolah Theo dan mendiang Max. Saat itulah Alice dan Theo menangkap kehadiran sosok Celine, yang berusaha tampak tegar meski anaknya sudah tak ada untuk mengikuti kegiatan di sana. Namun Celine tak bertahan terlalu lama; baru memasuki aula, ia jatuh pingsan. Alice pun membawanya ke sebuah ruangan dan menunggu hingga Celine sadar.

Di situlah akhirnya Celine menceritakan penderitaan yang dialaminya. Ujar Celine, saat berada di rumah, ia selalu merasa sendiri dan dihantui bayang-bayang buruk usai ditinggal Max. Ia memaksa dirinya sendiri untuk kembali beraktivitas seperti biasa. Celine juga meminta maaf kepada Alice karena sempat menjauhinya.

Kendati masih berusaha menjaga sahabatnya, Alice tidak dapat mengabaikan kekhawatirannya setiap kali melihat kedekatan Celine dan Theo. Apa lagi, berbagai kejanggalan mulai terjadi sejak Celine berusaha kembali menjadi dirinya yang dulu. Contohnya, Theo yang jadi lebih murung dan pendiam sejak kepergian Max, hanya mau berteman dan bermain dengan Celine.

Alice juga semakin paranoid ketika menyaksikan detik-detik ibu mertuanya mengalami serangan jantung dan meninggal di pekarangan rumahnya. Kejadian itu berlangsung saat mereka menggelar pesta ulang tahun Theo dan Celine turut diundang oleh bocah lelaki tersebut.

Baca Juga: Perempuan Hadapi Paksaan Sosial untuk Menjadi Ibu, Padahal Punya Anak atau Tidak Itu Pilihan

Ia lalu meminta agar ibu dari Simon itu diotopsi demi membuktikan kecurigaannya bahwa Celine yang melakukan semua itu. Setelah itu, saat Alice, Simon, dan Theo berkunjung ke rumah Celine dan Damian, Theo mengalami alergi setelah memakan kue kacang yang disimpan Celine di dapur.

Alice mengamuk dan menuduh Celine sengaja melakukan itu untuk menguji dirinya atas meninggalnya Max.

Perilaku Alice justru mengusik suaminya, Simon. Ketika terungkap bahwa Alice memasuki rumah Celine diam-diam dan meminta dokter melakukan otopsi terhadap ibu Simon tanpa sepengetahuannya, dia gusar. Ia merasa Alice sudah berlebihan dan kerap berhalusinasi yang lama-kelamaan mengganggu semua orang.

Simon pun menyuruh Alice untuk kembali menemui psikiater dan dirawat atas kondisi kesehatan mentalnya. Di sisi lain, Alice sangat yakin bahwa instingnya tidak mengada-ada dan memang ada yang salah dengan Celine. Tapi ia akhirnya tetap melakukan anjuran Simon dan memeriksakan diri ke dokter serta kembali minum obat-obatan.

Perseteruan Alice dan Celine sempat mereda gara-gara Theo nyaris melompat dari balkon rumah Celine. Lokasinya persis sama dengan tempat Max meninggal dunia. Theo kesal karena melihat kedua ibu yang sebelumnya bersahabat itu, jadi saling marah dan curiga terhadap satu sama lain.

Setelah mengungkapkan keresahan masing-masing, Alice berupaya memperlakukan Celine lebih baik. Tapi rupanya tragedi dalam kehidupan mereka masih terus berlanjut, seiring dengan duka cita Celine yang tak kunjung berakhir.

Perempuan Harus Jadi Ibu? Peran Gender dan Ekspektasi Terhadap Perempuan

Dalam sejumlah adegan di film ‘Mother’s Instinct’, penonton dibawa menyaksikan berbagai ekspektasi yang dibebankan kepada perempuan pada masa itu.

Bisa dibilang, Alice menjadi salah satu tokoh yang paling banyak menanggung ekspektasi di sepanjang film ini. Sebelumnya Alice bekerja sebagai wartawan, tapi kemudian keluar dari pekerjaannya. Ia lalu menjadi ibu rumah tangga.

Tidak seperti Celine, yang memang ingin berhenti bekerja sebagai perawat dan fokus mengurus rumah tangga, Alice sebetulnya masih ingin bekerja. Kemauannya terhambat larangan dari Simon, suaminya.

Simon bahkan bertanya kepada Alice, “Kenapa kau merasa harus bekerja?” Sebab bagi lelaki itu, pekerjaannya sendiri sebagai akuntan sukses sudah sangat cukup untuk menafkahi keluarga kecil mereka. Sedangkan bagi Alice, persoalannya lebih dari sekadar materi.

Selain itu, masyarakat begitu percaya bahwa perempuan baru ‘utuh’ saat memiliki anak. Keputusan perempuan untuk punya anak seakan ditentukan oleh lingkungan sosialnya. Namun, ketika anak itu hadir, ia justru dipersepsi bukan milik sang ibu. Padahal, perempuanlah yang mengandung, melahirkan, dan membesarkan anak tersebut.

Fenomena ini terlihat ketika Simon berharap ia dan Alice memiliki anak lagi, tapi Alice menolak. Perempuan itu tahu kondisi mentalnya tidak cukup baik untuk mengandung dan melahirkan anak lagi.

Baca Juga: Makan Siang Gratis untuk Ibu Hamil Itu Tokenisme, Salah Kaprah, Tak Selesaikan Masalah

Sedangkan Celine divonis dokter hanya bisa memiliki anak satu kali sepanjang hidupnya. Hal itu membuat Max, putra semata wayang Celine dan Damian, jadi sosok paling berharga dalam keluarga mereka. Kehadiran Max juga membuat hubungan Celine dan Damian lebih berbunga-bunga. Maka ketika Max tewas akibat terjatuh dari balkon, pasangan tersebut begitu terguncang.

Di bulan pertama, Celine kerap histeris dan menjauhi Alice karena ia merasa sahabatnya bertanggungjawab atas kematian Max. Sedangkan Damian menjadi pemabuk usai tragedi yang merenggut nyawa putra mereka. Ia juga mengasingkan Celine karena hal tersebut, sehingga Celine kerap menyalahkan dirinya sendiri lantaran tidak menjaga Max dengan baik.

Klimaksnya, saat Damian menyebut mendiang Max sebagai, “Putranya,” Celine mengoreksi dengan geram: “Putra kita.”

Tuntutan itu pun seakan menjelaskan hancurnya hati Celine saat Max meninggal. Serta sedikit-banyak membantu penonton menebak motif atas tindakan-tindakan yang dilakukan Celine agar ia bisa mengambil Theo sebagai anaknya yang baru.

Baca Juga: “The Desperate Hour” Aksi Ibu Tunggal Selamatkan Anaknya dari Sandera

Tampak pula bahwa perempuan pada masa itu masih sangat dilekatkan pada peran-peran gender tradisional. Perempuan dituntut untuk mengurus keluarga sebagai ibu rumah tangga dan tidak terlalu aktif bekerja di ranah publik. Masyarakat kerap menganggap aneh perempuan yang tetap muncul di muka umum saat sedang berkabung.

Perempuan juga disalahkan atas segala hal dan berujung jadi menyalahkan dirinya sendiri. Seperti Celine, yang mengutuk dirinya adalah ibu yang buruk karena gagal menjaga Max, atau Alice, yang masih dihantui rasa duka usai kehilangan orangtuanya dalam kecelakaan mobil. Akibat penghakiman sepihak terhadap perempuan, mereka pun mengalami alienasi dan kesepian dalam hidup.

‘Lubang Besar yang Menganga’: Bagaimana Mesti Memproses Duka?

Bagaimana seharusnya seseorang, terutama perempuan, memproses rasa duka dan trauma?

Jawabannya beragam. Dalam film ‘Mother’s Instinct’, misalnya, Alice menceritakan sekilas tentang dukanya ketika kedua orangtuanya meninggal akibat kecelakaan mobil yang juga melibatkan dirinya saat masih kecil. Trauma akibat peristiwa tersebut membuat rasa cemas dan paranoia menghantui Alice hingga dewasa. Ia bahkan sempat tidak sanggup menggendong Theo setelah melahirkan putranya itu karena, “Aku takut akan menjatuhkannya.”

Kecemasan akut yang dialami Alice membuatnya harus menjalani perawatan intensif pada saat itu. Alice juga kembali berkonsultasi dengan dokter dan meminum obat-obatan, gara-gara Simon menilai istrinya itu paranoid dan kerap berhalusinasi setelah peristiwa yang merenggut nyawa Max.

Baca Juga: Kamus Feminis: Apa Itu Surrogate Mother atau Ibu Pengganti

Tapi mengenai duka, Celine-lah tokoh utama dalam cerita ini. Anak semata wayangnya tewas secara tragis. Pada malam setelah Max tewas, menjerit histeris; ia tidak terima anak kesayangannya wafat. Celine juga sempat menjauhi Alice karena menganggap sahabatnya itu bersalah karena gagal mencegah Max jatuh dari balkon.

Bulan pertama usai, giliran Celine menyalahkan dirinya sendiri lantaran Max tewas justru saat Celine sendiri sedang berada di rumahnya. Ia merasa jadi ibu yang gagal dan terus menyalahkan dirinya sendiri. Ditambah lagi, Damian jadi mabuk-mabukan dan menutup diri pasca-kejadian.

Bukannya Celine tidak mencoba untuk memulai hidup baru. Sebulan setelah kejadian, ia mampir ke sekolah Max dan Theo, menimbulkan pertanyaan para orang tua murid di sana. Namun tiba-tiba Celine pingsan dan ditolong oleh Alice. Rupanya ia masih bergumul dengan duka dan rasa bersalah.

Setelah itu, semua orang seperti menjaga jarak darinya. Simon, ibu Simon—Nenek Austin—para orang tua murid, Alice, hingga sang suami sendiri, Damian. Celine melalui masa berkabung sendirian—atau tidak sepenuhnya, sebab rasa duka itu sekaligus mempererat hubungannya dengan Theo, anak Alice dan Simon.

Baca Juga: Dari Mulut Ibu, Saya Jadi Tahu Pedihnya Kehidupan Buruh Pabrik

Lalu bagaimana anak kecil memproses duka?

Meski tidak terlalu banyak, penonton ‘Mothers’ Instinct’ bisa sedikitnya melihat Theo belajar mengenal rasa berkabung sejak dini. Ia mempelajarinya ketika Alice berusaha memberikan penjelasan mengenai kepergian Max kepada Theo sehalus mungkin, kemudian dipungkas oleh Simon dengan lugas dan apa adanya.

Sejak itu, teman Theo satu-satunya adalah boneka kelinci kesayangannya—dan Celine. Theo tampak lebih murung dan pendiam sejak kepergian Max dan ekspresinya baru berubah kala ia bersama dengan Celine, yang kerap memberikannya hadiah dan menemaninya bermain.

Puncaknya, Theo menimbulkan kepanikan Alice dan Celine yang sedang berseteru, saat ia berdiri di balkon tempat tewasnya Max. Ia ingin pergi ke, “Tempat yang lebih baik,” bersama Max dan neneknya karena Theo muak melihat permusuhan di antara sang ibu dan sahabatnya itu. Duka Theo belum lagi usai ketika ia harus kehilangan kedua orangtuanya.

Saat itulah Celine hadir menjadi sosok ‘ibu’ bagi Theo. Ia meyakinkan anak laki-laki itu bahwa mereka memiliki satu sama lain. Mereka berharap, luka menganga dalam diri mereka berdua akan mengecil seiring berjalannya waktu, cepat atau lambat.

(Sumber foto: Instagram Film Finity)

Salsabila Putri Pertiwi

Redaktur Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!