Tak pernah terbayang dalam benak Nissa (Michelle Ziudith) bahwa rumah tangganya yang masih seumur jagung akan rusak. Mengizinkan Rani (Davina Karamoy), adik kandungnya, tinggal sementara di rumah bukanlah keputusan yang tepat. Dalam waktu yang cepat, Nissa tidak hanya kehilangan suaminya, Aris (Deva Mahenra), tetapi juga ibunya.
Film Ipar Adalah Maut tengah ramai diperbincangkan, terutama di media sosial. Film yang diadaptasi dari kisah viral di TikTok pada 2023 ini berhasil meraup lebih dari satu juta penonton hanya dalam lima hari penayangan. Hal ini sesuai dengan prediksi produser MD Pictures, Manoj Punjabi yang menunda Ipar Adalah Maut rilis menjadi tanggal 13 Juni 2024.
Sinopsis ‘Ipar adalah Maut’
Emosi penonton dibuat naik dan turun sepanjang film ‘Ipar adalah Maut’ berjalan. Penonton seolah diajak merasakan bahagia ketika melihat pertemuan Nissa dan Aris. Layaknya dua sejoli dimabuk asmara, mereka berdua saling memberikan perhatian dan menghabiskan waktu bersama.
Setelah mendapat restu dari dua keluarga, mereka pun menikah. Penonton dapat melihat betapa bahagianya keluarga kecil dosen dan pebisnis kue tersebut. Mereka membesarkan Raya (Alesha Fadillah) bersama agar menjadi putri yang sholehah.
Ipar Adalah Maut seperti menyatukan emosi penonton. Mereka kompak menyerukan komentar ketika Aris dan Rani saling curi kesempatan. Tak heran jika ada orang yang ingin menonton film Ipar Adalah Maut hanya untuk merasakan pengalaman dan suasana di bioskop.
Frasa “ipar adalah maut” sendiri diambil dari Surat HR. Al-Bukhari no. 5232 dan Muslim no. 2172. Alasannya dikarenakan ipar bukanlah saudara kandung, melainkan saudara dari pasangan. Dalam Islam, ipar lawan jenis hukumnya bukan muhrim. Oleh karena itu, sebaiknya pasangan suami/istri tidak berduaan dengan ipar.
Baca Juga: ‘How to Make Millions Before Grandma Dies’, Realita Care Work dan Ketidakadilan Gender di Baliknya
Asri (Dewi Irawan), ibu Nissa dan Rani luput akan aturan tersebut. Ia sempat meminta Nissa untuk mengizinkan Rani menetap sementara di rumahnya. Asri terlalu paranoid jika Rani tinggal di kos selama berkuliah di Semarang.
Ia memang menarik kembali kata-katanya, tetapi tidak dengan Nissa. Ketika telepon ditutup, Nissa memikirkan permintaan ibunya tersebut. Ia lantas mendiskusikannya dengan Aris. Aris setuju dan mengizinkan Rani tinggal di rumahnya dengan dalih Rani masih saudara kandung Nissa. Sudah sepantasnya Aris sebagai kakak ipar juga ikut melindungi dan menyayangi Rani seperti adik sendiri.
Sebelum pergi, Asri berpesan agar Rani menjaga diri dan tidak bertindak yang melewati batas ketika menumpang di rumah kakaknya. Rani yang polos, tidak pernah berniat akan menjadi orang ketiga dalam hubungan Nissa dan Aris. Niatnya hanya ingin berkuliah di Semarang, menjauh dari tempat tinggalnya di Salatiga.
Nissa begitu percaya kepada adik dan suaminya. Mereka sering berangkat ke kampus bersama. Bahkan, mereka juga memiliki kesempatan berduaan yang sangat banyak. Sebab, Nissa sibuk mengembangkan bisnis bakery-nya bersama Manda (Devina Aureel). Terlebih ketika ada tawaran untuk membuka cabang baru di Yogyakarta.
Baca Juga: Tak Sekedar Cinta Monyet, 5 Hal yang Bisa Kamu Cermati dari Film ‘Dilan 1983: Wo Ai Ni’
Tak disangka, puncak karier Nissa bersamaan dengan nasib rumah tangganya yang di ujung tanduk. Cobaan itu datang bertubi-tubi di tengah kesibukan Nissa mempersiapkan cabang baru untuk bisnisnya. Pikiran Nissa kacau, ia tidak tahu harus berbuat apa. Bahkan untuk mengambil keputusan terbaik pun sulit.
Meski sibuk dengan pekerjaannya, Nissa masih bisa merasakan perubahan sikap Aris tiba-tiba. Ia terlihat semakin sibuk, sering menginap di luar kota, dan kebingungan setiap menjawab pertanyaan dari istrinya. Namun, ia tetap menunjukkan sikap menyayangi keluarganya seperti sedang tidak terjadi apa-apa.
“Badai terbesar justru datang dari sesuatu yang terlihat baik-baik saja,” ujar Manda kepada Nissa ketika sedang memikirkan perubahan sikap Aris.
Dari situ, Nissa pun menyelidiki sesuatu di balik perubahan sikap suaminya. Alih-alih memergoki Aris berselingkuh, ia justru berpapasan dengan Aris dan Pak Junaedi (Susilo Nugroho). Ini membuktikan bahwa apa yang diucapkan Aris adalah benar, sementara perasaan Nissa salah. Padahal, semua skenario ini telah dipersiapkan dengan rapi oleh Rani.
Selain merusak rumah tangganya, perselingkuhan tersebut juga merusak persaudaraan antara Nissa dan Rani. Sementara ibu mereka sedang sakit dan membutuhkan perawatan. Hubungan mereka tak kunjung membaik, terlebih ketika Rani mengaku hamil. Pertengkaran hebat terjadi di rumah tersebut hingga membuat ibu mereka meninggal dunia.
Bangkit dari Keterpurukan
Hidup harus terus berjalan meskipun seseorang tengah merasa kehilangan. Terlalu larut dalam kesedihan juga tidak baik untuk kesehatan mental. Inilah yang terus diupayakan oleh Nissa setelah kehilangan suami, ibu, dan adiknya. Nissa harus kembali bangkit, untuk dirinya, dan untuk Raya.
Nyatanya, perselingkuhan dan kehancuran rumah tangga selalu membuat perempuan merasa dirugikan. Namun, Nissa tidak ingin terlarut dalam kesedihan. Meski tidak dapat dipungkiri bahwa Nissa merasa sangat kehilangan. Apalagi pertengkarannya dengan Rani menjadi penyebab ibu meninggal.
Nissa kembali melanjutkan karier bisnisnya. Cabang bakery baru di Yogyakarta dapat menjadi pelipur lara. Terlebih restoran yang dibangunnya selalu ramai setiap saat. Hal ini membuat perhatiannya teralihkan. Nissa tidak lagi memikirkan tentang nasib rumah tangganya, serta menjauh dari Rani.
Di saat bersamaan, Rani tidak berani menemui kakaknya. Ia masih merasa bersalah atas hancurnya rumah tangga Nissa dan Aris. Sepulang dari pemakaman ibunya, Rani juga menjauh dari Nissa. Hubungan keduanya retak. Pun juga hubungan Rani dan Raya.
Perempuan Selalu Disalahkan dalam Perselingkuhan
Dalam kasus perselingkuhan, perempuan selalu menjadi orang yang disalahkan. Hal tersebut tidak terlepas dari stereotip bahwa perempuan harus menjaga hubungan, mengurus rumah tangga dan anak, memberi afeksi, dan memenuhi kebutuhan seksual pasangannya. Stereotip ini masih langgeng sekalipun zaman sudah modern.
Alih-alih menyalahkan suami atas perbuatannya, masyarakat justru sibuk mencari kesalahan istri karena tidak bisa menjaga rumah tangga. Mulai dari menyalahkan perempuan yang sibuk bekerja, tidak lagi berpenampilan menarik, hingga terlalu bergantung pada pasangan.
Ketika perselingkuhan Aris dan Rani terbongkar, Nissa—yang seharusnya menjadi korban—justru disalahkan. Ia disebut telah mempersilakan Rani tinggal bersama, menjadi “orang ketiga” dalam rumah tangga mereka. Padahal, apa yang dilakukan Nissa sudah berdasarkan persetujuan dari Aris.
Tuduhan tersebut membuat Nissa menjadi kehilangan kepercayaan diri. Ia merasa bersalah karena terlalu sibuk dengan bisnisnya hingga tidak menyadari perselingkuhan yang terjadi di rumahnya. Nissa juga tidak berani mengambil keputusan. Ia takut kejadian sebelumnya akan terulang kembali.
Baca Juga: Helen Keller dan The Miracle Worker yang Mengubah Dunia
Selama ini isu selingkuh sering kali hanya dilihat sebagai soal ‘perempuan vs perempuan’. Padahal, ada laki-laki yang mengatur dan menginisiasi terjadinya perselingkuhan. Serta menempatkan dan mengendalikan sosok-sosok perempuan dalam relasi dengan dirinya sebagai laki-laki.
Selain itu, bukan cuma menyalahkan ‘orang ketiga’, kadang orang-orang juga malah mewajarkan perselingkuhan. Sebab menganggap perempuan pantas diselingkuhi karena ‘tidak dapat membahagiakan pasangan’, ‘wajar laki-laki selingkuh’, dan sebagainya.
Apa pun alasannya, selingkuh adalah tindakan yang buruk untuk dilakukan. Ada banyak cara untuk memperbaiki hubungan dengan pasangan, atau mengakhirinya jika sudah tidak ingin bersama lagi. Mewajarkan perselingkuhan di sekitar kita berarti membiarkan ketidakadilan terjadi dalam hubungan.