Where the Crawdads Sing‘ bercerita tentang seorang perempuan yang tinggal di tengah hutan di North Carolina, Amerika, Catherine atau Kya (Daisy Edgar Jones). Ia tak pernah surut untuk meyakini sesuatu tentang hidup yang sulit dan bisa dijalaninya.
“Hewan-hewan akan bertahan dengan caranya. Jika ia berbuat sesuatu, itu karena ia harus terus hidup dan bertahan.”
Kya dikenal sebagai gadis paya, tinggal di paya di tengah hutan. Umpatan sebagai gadis rawa yang kumuh dan miskin sering diterimanya dari orang-orang kota yang dijumpainya.
“O, si gadis rawa yang aneh itu ya?.”
Paya adalah satuan luasan cahaya dengan rerumputan tumbuh di perairan dan air mengalir ke langit. Sementara rawa yang sebenarnya merayap dalam wujud tanah berlumpur yang terbaring rendah, tersembunyi dalam hutan yang lembab dan dingin.
Hidupnya yang damai dengan alam menjadi terusik ketika ia tiba-tiba berhubungan dengan Chase. Kya nyaris diperkosa oleh Chase, laki-laki muda tinggal di kota, yang pernah dekat dengannya. Chase kemudian ditemukan terbunuh di hutan.
Baca Juga: ‘The Most Beautiful Girl in the World’ Soroti Komodifikasi Kecantikan di Industri Media
Film ini akan mempertontonkan cerita Kya yang dituduh polisi telah membunuh Chase. Kya kemudian ditahan dan diadili. Mengambil alur maju mundur, film ini akan bolak-balik menceritakan tentang Kya kecil sampai ia berjuang di meja persidangan. Penonton akan disuguhi adegan menegangkan, sekaligus misteri pembunuhan Chase.
Sejak umur 6 tahun, Kya tinggal sendirian di hutan kecil itu. Ia mengerjakan semuanya sendiri, dari bekerja menjual kerang untuk menyambung hidupnya, sampai mengurus rumah. Ayahnya, adalah pelaku Kekerasan Dalam Rumah Tangga (KDRT) yang tiap hari kerjanya memukuli ibu dan kakak-kakak Kya.
Ibu dan kakak-kakak Kya lalu pergi menyelamatkan diri dan keluar dari rumah. Ketika Kya mencoba bertahan hidup di rumah berdua saja bersama ayahnya, ayahnya tiba-tiba memutuskan untuk pergi agar bebas dari tuntutan tanggungjawab dan meninggalkan Kya hidup sendiri.
Sampai besar, Kya hidup sendiri di hutan. Namun Kya selalu percaya bahwa alam semesta akan melindunginya.
Untuk menyambung hidup, dari Kya kemudian berjualan kerang yang dijual di kota. Ada suami istri baik pemilik toko yang selalu membeli kerangnya. Mabel (Michael Hyatt) dan Jumpin (Sterling Macer) selalu membantu Kya secara diam-diam. Mereka membeli kerang Kya dan digantinya dengan uang dengan bahan makanan, juga baju-baju. Demikian Kya hidup selama ini, bangun sangat pagi dan mencari kerang, kemudian menjualnya.
Mengambil judul Where The Crawdads Sing, judul ini merupakan kiasan tentang udang karang yang tidak bisa bernyanyi. Judul ini mengingatkan pada ibu Kya yang sering mendorong Kya untuk menjelajahi paya, dimana di masa itu, ibu akan selalu berkata.
“Pergilah sejauh yang kau bisa, jauh di sana, di tempat udang karang bernyanyi.”
Baca Juga: Film Anuja: Perjuangan Perempuan Lepas dari Jerat Eksploitasi Pekerja Anak
Selain Chase, dalam hidupnya, Kya juga berteman dengan Tate (Taylor John Smith), berpacaran, sampai Tate meninggalkan Kya dan harus melanjutkan sekolah. Tate adalah laki-laki muda yang mengajari Kya membaca dan menulis, membantunya untuk membuat karya-karya. Kya menolak diajak Tate untuk pindah dan tinggal ke kota, ia memilih menjadi penjual kerang dan jadi penulis buku. Tate adalah laki-laki yang banyak berjasa dalam hidup Kya.
Where the Crawdads Sing adalah sebuah film misteri drama asal Amerika Serikat berdasarkan novel dengan judul yang sama karya Delia Owens. Disutradarai oleh Olivia Newman dan skenario ditulis oleh Lucy Alibar, dan diproduksi oleh Reese Witherpoon dan Lauren Neustadter dan dibintangi oleh Daisy Edgar Jones sebagai Kya, juga Taylor John Smith, Harris Dickinson, Michael Hyatt.
Secara umum film ini menampilkan kondisi yang sangat kompleks, mulai dari dampak kekerasan dalam rumah tangga terhadap psikologi anak dan bagaimana seseorang bertahan hidup dalam situasi kekerasan tersebut. Tokoh protagonis yang diperkosa dan dituduh sebagai pembunuh.
Kya dalam masa dewasanya, kemudian bertahan hidup dengan menulis dan menggambar, jadi buku, bahkan bisa mendokumentasikan hal-hal “sederhana” di alam sehingga dapat dinikmati publik. Kalau sekarang bisa dikatakan bagian dari healing atau therapy agar tetap bisa terus bertahan hidup pada korban kekerasan seksual.
Film ini melalui Kya mempraktekkan itu, mencintai alam dengan keragamannya sekaligus alam memberikan sumber ekonomi pada padanya. Sekolah formal? Film ini mengkritik institusi pendidikan formal yang bias dan diskriminatif pada mereka yang miskin dan berbeda. Walau pasti film ini tidak sedang menolak sekolah formal, tapi bagaimana pendidikan formal harus bisa melihat realitas alam dan sosial.
Baca Juga: Film ‘Room’, Perjuangan Perempuan Bebas dari Ruang Saksi Trauma Kekerasan Seksual
Dalam konteks isu kekerasan seksual, film ini berfokus pada pembuktian di persidangan dan menggambarkan bagaimana posisi perempuan ketika menjadi korban kekerasan seksual. Aparat penegak hukum, mulai polisi, hakim, jaksa secara umum sering sekali memojokkan korban. Maka Kya kemudian mempunyai cara melawan praktek maskulin itu dengan cara yang unik.
Pesan terakhir yang cukup baik dari film ini yaitu, “Setiap makhluk hidup selalu punya cara untuk bertahan. Setiap makhluk bisa bisa melakukan apapun, termasuk diam, menyerang, bahkan membunuh ketika dalam kondisi terjepit.”
Where The Crawdads Sing adalah tempat udang karang bernyanyi di mana Kya, seorang korban KDRT dan korban kekerasan seksual, bertahan hidup di sana.
(Sumber foto: IMDb)
(Editor: Luviana Ariyanti)