‘Kaka Boss’ jadi salah satu film produksi Imajinari yang berhasil membuat mata saya bengkak ketika keluar bioskop. Sepanjang menonton film, saya seperti diajak merasakan ‘love-hate’ hubungan ayah dan anak perempuan. Penuh dinamika, sekaligus menghangatkan.
Terlebih, bagi siapapun yang sudah ditinggal selamanya oleh sosok ayah. Ada baiknya, kamu mengajak teman atau kerabat terdekat untuk menemani. Karena air mata rasanya akan mengalir terus menonton film berdurasi sekitar 2 jam ini.
Film bertemakan komedi keluarga berlatar Indonesia Timur ini, disutradarai oleh Arie Kriting. Kristo Imanuel selaku asisten sutradara. Sementara, Indah Permatasari sebagai produser eksekutif.
Sebagaimana spesialisasi Imajinari yang memunculkan humor dan khas daerah, film ‘Kaka Boss’ menyusul film-film yang lebih dahulu dibuat. Seperti, ‘Ngeri-Ngeri Sedap’ hingga ‘Agak Laen’. Jajaran pemain yang diajak terlibat terbilang konsisten mayoritas dari komika seperti Aci Resti, Ernest Prakasa, Ge Pamungkas, Priska Baru Segu hingga Ucita Pohan.
Latar belakang ‘Kaka Boss’ mengangkat kultur keluarga timur, sehingga tidak sedikit pemain berdarah timur dilibatkan untuk memperkuat cerita. Film ini turut menggandeng aktor baru seperti Glory Hillary, Chun ‘Funky Papua’, Nowela Elisabeth Mikhelia Auparay, dan Teddy Adhitya didukung oleh Godfred Orindeod, Mamat Alkatiri, Abdur Arsyad, dan pemain lainnya.
Film ini adalah karya debut Glory Hillary sebagai perempuan muda dari Timur. Di samping, ada tokoh seperti Godfred Orindeod yang juga debut bermain di film drama setelah banyak dikenal sebagai aktor film laga. Sepanjang film ini banyak lagu dari penyanyi legendaris Ambon seperti Glenn Fredly diputar dalam film.
‘Kaka Boss’ ini pertama kali ditayangkan di bioskop pada 29 Agustus 2024. Penayangannya dilakukan spesial di 5 kota di Indonesia yaitu Jakarta, Medan, Makassar, Semarang, dan Samarinda.
Upaya Mendobrak Stereotipe
Ferdinand Omakare (Godfred Orindeod) berperan sebagai ‘Kaka Boss’ sekaligus ayah dari Angel (Glory Hillary) sebagai keluarga Orang Timur yang tinggal di Jakarta. Ferdinand berprofesi sebagai bos penagih utang (debt collector) dan pengawal, yang membuat Angel sempat malu dengan profesi ayahnya yang tampak seperti “preman”.
Ini sebagaimana stereotipe yang seringkali menimpa orang Timur. Mereka seringkali mendapat praduga berwatak keras karena punya tubuh kekar dan penampilan luar yang seram dan garang.
Padahal sebetulnya, tak selalu seperti itu. Sebab karakter yang ditunjukkan oleh Ferdinand sebagai ‘Kaka Boss’ adalah sosok yang setia kawan dan berhati lembut. Dia banyak membantu teman-teman sedaerahnya untuk bekerja dengan profesional dan jujur di perusahaannya. Di samping, dia juga sosok yang penyayang keluarga dan anak perempuannya.
Ferdinand pun rela beralih profesi sebagai penyanyi. Supaya anak perempuannya (Angel) tak lagi malu dan bangga. Peran Ferdinand selaku ayah Angel mengupayakan berbagai cara untuk menarik perhatian putrinya. Sekaligus meyakinkan profesi yang dijalani itu tidak ‘menyeramkan’. Ferdinand juga berusaha mengantar Angel setiap pagi ke sekolah, memuji, dan membangun percakapan singkat dengan putrinya. Baik di rumah maupun di luar rumah.
Hingga ada satu scene, yang menunjukkan bahwa Ferdinand bersedih dan menangis, karena merasa gagal menjadi penyanyi dan tak bisa membahagiakan anak perempuannya. Sosok laki-laki yang harus maskulin dan tak boleh menangis, terpatahkan oleh Ferdinand di film ‘Kaka Boss’ ini.
Sebab bagi Ferdinand, kebahagiaan anak perempuannya adalah juga kebahagiaannya.
Melihat Relasi Ayah-Anak Perempuan yang Hangat
Dalam masyarakat patriarki, anak laki-laki lebih diinginkan dibanding anak perempuan. Seringkali, kehadiran anak perempuan tidak selalu disambut sebaik kehadiran anak laki-laki. Ini kaitannya dengan konstruksi maskulin yang menganggap perempuan itu sebagai subordinat. Dia harus tunduk dengan dominasi laki-laki.
Namun, itu tampaknya itu tidak terjadi pada sosok Ferdinand. Dia begitu menyambut anak perempuannya. Meski banyak anggapan bahwa relasi ayah dan anak perempuan memang akan seperti itu. Tapi, Ferdinand merayakan Angel secara utuh.
Angel bagi Ferdinand juga banyak memberikan perkembangan baik. Dia menjadi lebih sabar dan penyayang.
Sebagaimana artikel jurnal berjudul Daughters Increase Longevity of Fathers, But Daughters and Sons Equally Reduce Longevity of Mothers, yang menekankan kehadiran anak perempuan dapat memperpanjang hidup seorang ayah. Dikarenakan dinilai mampu membantu serta memastikan kondisi sang ayah baik materiil atau nonmateriil.
Baca juga: Jika Relasi dengan Ibumu Tak Baik-Baik Saja, Kamu Bisa Belajar Dari Film “Bila Esok Ibu Tiada”
Meskipun relasi ayah-anak perempuan, Ferdinand dan Angel, juga berdinamika. Saat Angel beranjak dewasa misalnya, seakan-akan ia acuh terhadap Ferdinand. Namun, Angel luluh ketika mengetahui alasan utama ayahnya banting stir menjadi penyanyi, adalah demi dirinya.
Bagi Angel, Ferdinand ternyata begitu penting dalam hidupnya. Seperti halnya judul jurnal ‘Father and Daughter Relationship and Its Impact on Daughter’s Self-Esteem and Academic Achievement’ peran ayah dalam hidup seorang anak perempuan bisa membangun rasa percaya diri. Itu misalnya tampak saat Angel yang akhirnya berani tampil di pentas sekolah karena dukungan ayahnya.
Kerap kali pula, Angel menjadikan Ferdinand sebagai ‘bahu sandaran’ saat ia sedang di kondisi tidak baik. Ini menunjukkan bahwa relasi ayah dan anak perempuannya, meskipun penuh dinamika, juga bisa berperan sebagai tempat aman.
Film ini bisa menjadi hal baik yang menghangatkan bahwa semestinya relasi ayah dan anak perempuan itu penuh kasih sayang dan dukungan. Di tengah banyaknya berbagai kasus kekerasan yang menimpa anak-anak perempuan. Mulai dari kekerasan fisik, psikis sampai kekerasan seksual.
Foto: Instagram @film.kaka.boss /
Editor: Nurul Nur Azizah