Barangkali kita sering mendapati penggunaan kata ‘frugal’ belakangan ini. Misalnya, pada pembahasan ‘gaya hidup irit’ atau ‘frugal living’. Tapi kalau ‘frugal travel’, sudah pernah dengar?
Istilah ‘frugal’ atau ‘irit / hemat’ menjadi tren di kalangan warganet selama beberapa waktu terakhir. Bukan cuma dalam percakapan mengenai ‘frugal living’, belakangan istilah ‘frugal travel’ juga marak digunakan untuk menyebut gaya jalan-jalan hemat.
Frugal travel atau budget travel memang bukan sesuatu yang baru dan mustahil. ‘Jalan-jalan hemat’ sedang marak dilakukan masyarakat, baik untuk perjalanan di dalam maupun luar negeri.
Melonggarnya batas-batas wilayah domestik dan internasional hingga ketersediaan layanan transportasi murah, kian mendukung tren melancong yang irit sekaligus tetap menyenangkan ini. Frugal travel seakan mematahkan persepsi bahwa travelling atau bepergian, termasuk ke luar negeri, hanya untuk orang-orang dengan privilese kemewahan.
Tapi tentu saja, jangan salah kaprah! Frugal travel bukan berarti tidak perlu menyiapkan dana yang mencukupi.
Sadar atau tidak, barangkali selama ini kita memang sudah pernah menjalani frugal travel dengan menekan budget seminim mungkin. Aku sendiri sangat gemar travelling, tapi keterbatasan biaya kerap menjadi kendala. Meski demikian, aku berusaha mengakali hobi yang terkesan ‘mahal’ itu dengan berbagai cara. Barulah kesadaran muncul, bahwa frugal travel adalah hal yang biasa kulakukan selama ini.
Aku pernah berkata kepada sahabatku, “Kalau memang niat, ada saja jalannya untuk travelling hemat, kok.”
Bepergian irit bisa jadi terdengar sulit, kalau tidak menyulitkan diri sendiri. Namun sejauh pengalaman pribadi, frugal travel tidak berarti harus membuat diri ‘melarat’ selama travelling. Beberapa hal berikut ini bisa menjadi perhatian saat hendak melakukan frugal travel.
Riset dan Rencana Perjalanan
Prinsip dari frugal travel adalah bepergian hemat. Intinya, mengakali keterbatasan dana agar bisa jalan-jalan irit tanpa terlalu banyak mengorbankan kesenangan dan kenyamanan diri sendiri. Maka dari itu, riset dan menyusun rencana perjalanan jadi penting untuk dilakukan.
Sejujurnya, aku orang yang lebih cenderung fleksibel dan kurang suka merinci kegiatan selama perjalanan. Namun tak bisa dipungkiri, perencanaan strategis memang dibutuhkan untuk dapat berjalan-jalan anti-boros.
Misalnya, ketika aku mengunjungi Singapura pada awal September 2023 silam. Itu adalah kali pertamaku ke sana sendirian, dan aku nyaris tidak tahu apa-apa mengenai negara tersebut. Maka kuputuskan untuk melakukan sedikit pencarian mengenai harga tiket pesawat pulang-pergi, biaya akomodasi termurah, tempat-tempat wisata yang bisa dikunjungi secara gratis, hingga situasi keamanan, cara menggunakan transportasi umum setempat, dan tips-tips ‘receh’ lainnya di internet.
Di sisi lain, tips dari internet juga belum tentu sepenuhnya membantu. Pengalaman ‘hemat’ orang lain bisa jadi tetap terhitung ‘boros’ bagi kita. Pada akhirnya, semua tergantung pada situasi dan kondisi nyata di lokasi.
Untuk mengantisipasi perubahan tak terduga, tidak ada salahnya untuk membuat plan B atau lebih banyak rencana cadangan lainnya. Coba juga untuk membandingkan berbagai informasi yang ditemukan, baik dari riset maupun dari teman yang tinggal atau pernah berkunjung ke destinasi pilihan kita.
Buatku, paling tidak, riset tersebut membantu untuk merencakan perjalanan minim pengeluaran. Termasuk aktivitas dan durasi yang pas, agar tidak membuatku harus mengeluarkan biaya lebih untuk hal-hal tidak terduga.
Transportasi dengan Tarif Terjangkau
Biaya transportasi adalah faktor yang cukup sering bikin anggaran perjalanan membengkak. Melihat perubahan harga tiket kereta api jarak jauh yang melejit pasca-pandemi, atau harga tiket pesawat yang naik hingga 100% untuk rute sekali-jalan saat peak season. Sebagai orang yang terbiasa mengirit-irit budget saat hendak jalan-jalan, siapa tak gentar?
Namun di zaman sekarang, hal ini mulai bisa diatasi. Saat ini sudah banyak agen perjalanan daring (online travel agent atau OTA) yang menawarkan macam-macam promo dan diskon tiket transportasi dan akomodasi. Selain itu, ada berbagai pilihan maskapai penerbangan bertarif rendah (low cost carrier) yang sering ‘banting harga’ tiket pesawat untuk rute dalam dan luar negeri pada musim-musim tertentu.
Itulah yang kucoba saat memutuskan untuk berlibur singkat ke Singapura. Pada Maret 2023, aku mengetahui informasi mengenai promo tiket pesawat murah meriah dari sebuah maskapai low cost carrier.
Singkat cerita, saat itu aku berhasil mendapatkan tiket pesawat rute Jakarta – Singapura seharga kira-kira Rp 350 ribu saja. Tanggal keberangkatannya saat itu masih lama—awal bulan September 2023, dengan tiket yang dibeli sejak Maret—tapi aku tak begitu ambil pusing. Kapan lagi dapat tiket perjalanan ke Singapura dengan harga yang menurutku terjangkau seperti itu?
Baca Juga: 6 Kegiatan Asyik Sambil Menunggu Giliran Suntik Vaksin
Hanya saja, tips berburu tiket kereta maupun pesawat murah mungkin akan bekerja lebih baik saat kita belum menentukan tanggal perjalanan dalam waktu dekat. Atau, saat ada rencana untuk memesan tiket sejak jauh-jauh hari. Sebab, seringkali diskon hanya berlaku untuk periode keberangkatan tertentu.
Jadi, jika jadwal kita fleksibel, kita tinggal memilih tanggal dengan harga tiket termurah dan menyusun rencana belakangan.
Selain itu, menggunakan moda transportasi dengan tarif yang lebih murah biasanya juga berarti kita harus siap berkompromi dengan minimnya kenyamanan dan lainnya. Contohnya, jadwal penerbangan tarif rendah yang kerap delay atau berubah-ubah menjelang keberangkatan. Atau duduk berdesakan di gerbong kereta api ekonomi demi menempuh perjalanan Yogyakarta-Bandung dengan harga tiket 80 ribu Rupiah saja.
Tapi kalau suka berpetualang dan mencoba hal-hal tak terduga, mudah-mudahan berbagai risiko tersebut bukan masalah besar.
Baca Juga: Bagaimana Liburanmu? Sekarang Waktunya Pisah dengan Keluargamu
Bukan hanya tentang transportasi yang digunakan untuk berpindah wilayah saat jalan-jalan. Trik lain yang sangat berguna dalam frugal travel adalah dengan rajin berjalan kaki dan menggunakan transportasi umum di daerah kunjungan.
Selama berada di Singapura, misalnya, aku selalu bepergian menggunakan kendaraan umum. Pasalnya, tarif taksi konvensional maupun daring di sana luar biasa mahalnya. Pengeluaran harian terbesarku selama menggunakan transportasi umum di negara tersebut adalah total 6,31 Dollar Singapura (sekitar 70 ribu Rupiah) untuk perjalanan seharian penuh, gonta-ganti antara menaiki bus sampai MRT.
Sedangkan saat mengunjungi Bangkok, Thailand pada Juni 2023, aku cukup sering menaiki bus, MRT, BTS, hingga kapal. Biayanya beragam; yang bisa kuingat, aku mengeluarkan 20 Baht (sekitar 9 ribu Rupiah) saja saat naik bus dari Bandara Don Mueang menuju pusat kota Bangkok. Tarifnya mungkin agak lebih tinggi untuk penggunaan MRT dan BTS, tapi masih terjangkau.
Di luar semua biaya transportasi itu, membangun kebiasaan berjalan kaki ternyata sangat berguna dalam konsep frugal travel ini. Aku sendiri selalu berusaha untuk memaksimalkan berjalan kaki jika jarak tempuh hanya 1-3 kilometer dari lokasi awal. Bisa membantu berhemat, sekaligus menyehatkan. Juga hitung-hitung menikmati udara yang agak lebih layak hirup ketimbang udara Jakarta.
Akomodasi Murah dan Layak
Mencari akomodasi atau penginapan dengan harga murah selama bepergian itu gampang-gampang susah. Biaya hidup di wilayah destinasi bakal sangat menentukan tarif dan model akomodasi yang tersedia di sana, juga faktor-faktor lainnya.
Perbedaan tarif dan jenis akomodasi di berbagai daerah kadang cukup signifikan. Di Bangkok, misalnya. Dengan modal Rp 300 ribu per malam saja, aku bisa menginap di kamar hotel luas berkapasitas dua orang. Ditambah fasilitas pemanas air, sarapan, hingga suplai air minum berkala. Bonus, pemilik akomodasi yang begitu ramah.
Sedangkan saat berkunjung ke Singapura, aku bahkan sulit sekali menemukan penginapan dengan harga kamarnya di bawah Rp 400 ribu per malam. Berhubung hotel dengan ruang kamar pribadi seharga kira-kira Rp 1 juta per malam di sana, aku memutuskan untuk menginap di hostel dengan konsep asrama (dormitory atau shared room) saja. Toh, aku datang ke sana seorang diri—hemat dan praktis.
Penginapan yang kutempati selama 4 hari 3 malam di Singapura, biayanya sekitar Rp 500 ribu per malam. Modelnya kamar bersama, berisi 8 tempat tidur tingkat dilengkapi dinding sekat. Kamar mandi bersama terletak di luar kamar tidur. Untungnya, hostel juga menyediakan menu sarapan ringan seperti sereal dan roti.
Seperti itu saja mungkin cukup untuk harga akomodasi yang tergolong ‘murah’ di Singapura (tidak, bagiku tetap tidak murah-murah amat).
Tak lupa, penting untuk selalu mencermati penilaian atau review akomodasi yang hendak kita tempati. Meski kadang penilaian di platform daring tidak lantas mengindikasikan kualitas penginapan, setidaknya ini akan membantu kita mengenali akomodasi tersebut dan terhindar dari jebakan penginapan tidak layak dan berbahaya, khususnya bagi perempuan.
Baca Juga: 5 Film Perempuan Yang Bisa Kamu Tonton di Akhir Tahun
Temanku, Michel (24), punya tips yang agak berbeda. Menurutnya, jika berencana pergi dalam rombongan cukup besar, lebih baik menyewa unit properti di platform seperti AirBnB sekalian.
“Itu biasanya kan, sewa serumah atau satu unit apartemen. Kalau yang ikut 6-7 orang aja, pas dibagi bakal jadi lebih murah gitu, harga per malam per orangnya,” jelas Michel, Rabu (21/9/2023). Ia menerapkan hal ini saat kami ramai-ramai berangkat dari Indonesia untuk menonton konser band K-Pop di Bangkok, Thailand, pada November 2022 lalu.
“Enak, lagi. Biasanya udah ada dapur sama peralatan makannya. Beli makanan porsi besar buat ramai-ramai, terus bisa makan bareng,” lanjutnya. Ia berkelakar sedikit, “Anggap aja lagi ngekos.”
Destinasi Wisata Gratis
Ingin liburan hemat dan tetap bahagia? Tenang, tidak perlu mahal-mahal mengeluarkan uang untuk membeli tiket masuk ke Universal Studio Singapore, atau makan di restoran mewah favorit turis mancanegara di Bangkok.
Dalam konsep frugal travel, yang terpenting adalah perjalanan yang bermakna dan berkesan. Sebisa mungkin, sih, gratis.
Aku seringkali lebih percaya pada rekomendasi tempat hingga makanan dari kawan yang merupakan ‘warga lokal’. Saat mengunjungi Bangkok dan Singapura, aku menghubungi beberapa temanku yang tinggal di sana dan meminta saran terkait tempat-tempat yang sebaiknya kudatangi. Setidaknya, rekomendasi yang mereka berikan tidak ‘mainstream’ dan biayanya bisa jauh lebih terjangkau.
Riset mandiri mengenai tempat-tempat wisata yang tak mematok harga tiket masuk juga bisa dilakukan. Di Singapura, contohnya, kita bisa berfoto di dekat patung Merlion dan bagian luar Gardens by the Bay secara gratis. Sebab tiket masuk hanya diperlukan untuk mengakses area-area wisata tertentu di sana.
Atau jika berencana mengunjungi Thailand, banyak kuil dan tempat ibadah terbuka untuk kunjungan wisata dan sayang untuk dilewatkan. Memang ada biaya retribusi, tapi harganya sangat murah. Lalu di Bangkok, Siam Square yang jadi pusat perbelanjaan ramai di daerah Siam hingga kawasan hiburan Asiatique sering jadi tujuan kunjungan favorit. Mampir ke tempat-tempat tersebut gratis saja.
Destinasi tersebut cocok untuk bersantai dan mengambil foto-foto ala turis. Sempatkan untuk berfoto di depan ferris wheel Asiatique, duduk memandangi sungai saat matahari terbenam, dan mencicipi kuliner lezat dan murah di sana.
Pada intinya, frugal travel atau budget travel memungkinkan seseorang untuk jalan-jalan dan bersenang-senang meski dengan minimnya budget. Rupanya tidak perlu sampai ‘menyiksa diri’ demi mewujudkan perjalanan irit biaya dan seru seperti itu.
Jadi, kamu sudah siap frugal travelling?