Pembukaan pameran arsip Toeti Heraty 'Aku dalam Budaya' di Cemara 6 Galeri, Jakarta Pusat. (Foto: dok. Konde.co/Luthfi Maulana Adhari)

Merawat Ingat Kepingan Warisan Toeti Heraty Lewat Pameran ‘Aku dalam Budaya’

Pameran arsip ‘Aku dalam Budaya’ berlangsung di Cemara 6 Galeri, Jakarta Pusat, dari 14 Juni hingga 14 Juli 2024. Pameran ini bertujuan mengenang kontribusi multidimensi Toeti Heraty. Kurator Dhianita Kusuma Pertiwi menampilkan 257 karya ‘Sang Baronese Kebudayaan’, menyoroti pemikiran perempuan sebagai subjek dalam budaya.

Seribu hari berlalu sejak kepergian ‘Sang Baronese Kebudayaan’, Toeti Heraty. Demi mengenang dan merayakan kontribusi besarnya yang multidimensi, pameran arsip bertajuk ‘Aku dalam Budaya’ diselenggarakan di Cemara 6 Galeri, Jakarta Pusat, dari tanggal 14 Juni hingga 14 Juli 2024. Pameran ini dikuratori oleh Dhianita Kusuma Pertiwi dan didukung oleh berbagai lembaga. Seperti Biro Oktroi Roosseni, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Indonesia (FIB UI), Institut Kesenian Jakarta, Lontar Mediatama, Cemara 6 Galeri, dan Dewan Kesenian Jakarta.

Tema ‘Aku dalam Budaya’ menyoroti gagasan subjektivitas manusia dalam budaya. Gagasan itu juga merupakan judul disertasi doktoral Toeti Heraty di Fakultas Sastra UI pada 1979. Disertasi ini kemudian diterbitkan dalam bentuk buku pada tahun 1984 dan 2013. Dalam proses kurasi pameran, ditemukan 257 karya Toeti Heraty yang mencakup puisi, artikel, teks pidato, korespondensi, foto, dan makalah ilmiah dari tahun 1991 hingga 2021.

Baca Juga: Toeti Heraty, Perempuan Pemikir Feminis Telah Tiada

“Kami menemukan hasil karya Toeti Heraty yang bukan hanya dari mesin ketik tetapi juga tulisan tangan,” ujar Dhianita Kusuma Pertiwi, kurator pameran ‘Aku dalam Budaya’ saat pembukaan pameran, Jumat (14/6). “Kemudian kami mencoba menelusuri jejak kekaryaan bu Toeti Heraty yang bisa dilihat di ruang pamer dalam bentuk bibliografi. Kami menemukan dalam kurun waktu 1961 sampai sepeninggal beliau, sudah menulis sebanyak lebih 250 karya dengan bentuk yang beragam.”

“Tantangan kerja kuratorial yang kami lakukan mengarah kepada perspektif yang tepat,” Dhianita melanjutkan. “Kami mengkaji tidak hanya sosok perempuan, tetapi juga pemikiran perempuan.”

Mengenal dan Mengenang Sang Baronese Kebudayaan

Toeti Heraty merupakan perempuan dengan keahlian palugada yang memiliki kontribusi dalam berbagai bidang. Termasuk sastra, filsafat, seni, aktivisme, sampai Hak Kekayaan Intelektual (HAKI).  Kontribusi tersebut yang coba diejawantahkan dalam bingkai ‘Aku dalam Budaya’ oleh Dhianita selaku kurator pameran.

“Ini adalah sebuah tugas dan tanggung jawab yang sangat besar. Sebab seperti yang kita tahu bersama, bu Toeti adalah sosok yang multidimensi. Sepanjang hidupnya beliau memberikan kontribusi yang sangat luar biasa dalam dunia kesusastraan, kesenian. Tidak hanya akademis tapi juga aktivisme, sampai juga sektor yang belum terlalu disentuh di Indonesia seperti HAKI,” jelas Dhianita.

Lebih lanjut, pameran ini berusaha untuk tidak fokus untuk menonjolkan sosok personal Sang Baronese. Tetapi menitikberatkan pada nilai pemikiran Toeti Heraty sebagai representasi laku pemikiran perempuan yang berdaya dan berbudaya.

Baca Juga: Cok Sawitri, Perempuan Seniman Pembongkar Mitos Perempuan

“Jadi, berangkat dari ‘Aku dalam Budaya’ yang sarat dengan pemikiran Toeti Heraty, kami jadikan sebagai tema pameran. Sebagai cakupan dan batasan, kami memilih arsip-arsip tulisan, objek, foto, yang merepresentasikan manifestasi gagasan dalam laku aku, subjek yang berhasil melintas dimensi batasan-batasan sehingga bisa bergerak bebas dalam budaya,” tegas Dhian.

Hilmar Farid selaku Direktur Jenderal Kebudayaan yang menggunting pita pembukaan pameran berharap momen ini dapat mengobati kerinduan terhadap pemikiran Toeti Heraty serta kembali mengenalkan sumbangsihnya pada masyarakat. Hilmar juga membawa kritik situasi hari ini mengenai informasi tokoh intelektual masa lampau yang masih kurang dikenal.

“Masing-masing kita membawa kepingan kenangan-kenangan sosok Ibu Toeti Heraty. Saat ini kita masih sangat kekurangan informasi mengenai tokoh-tokoh intelektual kita. Bagaimana mereka sampai pada pemikiran yang mereka hasilkan,” ujar Hilmar.

Hilmar juga menilai bahwa pemikiran Toeti Heraty yang dikenang dalam pameran merupakan pertukaran pengetahuan yang penting dan berkelindan dengan keseharian.

Baca Juga: Batik Saparinah Sadli Tunjukkan Ketangguhan Perjuangan Pembela Hak Perempuan

“Ketika membaca buku ‘Aku dalam Budaya’, kita sudah bisa melihat di situ ada produk pertukaran pengetahuan yang luar biasa. Berbicara mengenai kebudayaan dalam pembangunan. Kedalaman pemikirannya pada saat itu merupakan bagian dari keseharian,” ungkapnya.

Ungkapan Hilmar terlihat nyata dari upaya Toeti Heraty dalam pendukung pendidikan tinggi bagi perempuan dan minoritas gender. Estafet upaya Toeti Heraty melalui Yayasan Jurnal Perempuan dan Yayasan Toeti Heraty Roosseno diteruskan lewat Beasiswa Toeti Heraty yang telah memasuki tahun ketiga pada 2024. Program beasiswa ini telah membantu 29 pelajar tingkat S-1, S-2, dan S-3 dari berbagai latar belakang. Program ini merupakan bagian dari visinya untuk mendorong akses pendidikan yang setara bagi semua kalangan.

Baca Juga: Feminisme, Sumbangan Pemikiran Perempuan

Toeti Heraty selalu menekankan pentingnya budaya pendidikan yang setara dan usaha menghidupi budaya tersebut. Arsip tulisan, foto, korespondensi, dan karya seni Toeti Heraty yang dipamerkan dapat dikunjungi publik hingga 14 Juli 2024. Warisan pemikirannya mendorong refleksi relasi subjek-objek manusia dengan budaya, terutama dalam konteks peran perempuan dalam masyarakat.

Pameran ‘Aku dalam Budaya’ adalah bentuk apresiasi terhadap dedikasi dan kontribusi Toeti Heraty yang terus memberikan inspirasi bagi generasi penerus. Pemikiran dan karyanya membuka ruang bagi dialog kritis mengenai peran budaya dalam membentuk identitas dan hak individu, terutama bagi perempuan.

(Foto: dok. Konde.co/Luthfi Maulana Adhari)

Luthfi Maulana Adhari

Manajer riset dan pengembangan Konde.co
Republikasi artikel ini, klik tombol di bawah

Creative Commons License

1. Silakan lakukan republikasi namun tidak boleh mengedit artikel ini, cantumkan nama penulis, dan sebut bahwa artikel ini sumbernya dari konde.co, tautkan URL dari artikel asli di kata “konde.co”. Anda bebas menerbitkan ulang artikel ini baik online maupun cetak di bawah lisensi Creative Commons.

2. Artikel kami juga tidak boleh dijual secara terpisah atau menyebarkannya ke pihak lain demi mendapatkan keuntungan material.

Let's share!